Sunoo hanya diam saja saat Mia mengobati lukanya. Bukan karena sakit, tapi Sunoo bingung. Mengapa ia malah dibawa ke ruang kerja ayahnya?
Ruang kerja ini menjadi sedikit penuh karena kehadiran Bastian, Heeseung, dan Jungwon yang ikut memperhatikannya. Bagaimanapun Sunoo tidak suka menjadi pusat perhatian.
"Aku tidak apa-apa, Mia. Ini hanya luka kecil."
Ucap Sunoo yang langsung mendapat tatapan nyalang dari Ayahnya."Jangan meremehkan luka. Itu mungkin bisa infeksi atau membekas. Obati luka nya dengan baik, Mia."
Semua orang mengangguk menanggapi pernyataan dari Grand Duke Parveen.
Sunoo menghela nafas. Sangat aneh mendapat perhatian dari ayahnya seperti ini. Ia sudah terbiasa tidak dipedulikan.
"Ini hanya luka kecil. Tidak akan berbekas. Aku sudah pernah mendapat yang lebih parah dari ini."
Sunoo bergumam frustasi."Kau pernah? Di bagian mana? Kenapa aku tidak pernah mendengarnya?"
Grand Duke Parveen berdiri dan menghampiri Sunoo lalu mencoba memeriksa tubuh anaknya.
"Ayah, Aku itu hadiah dari dewa. Luka tidak akan membekas di tubuhku."
"Ah, kau benar." Grand Duke Parveen berucap canggung.
Seorang pengawal datang menghampiri mereka dan mengatakan bahwa Jay telah berada di depan pintu. Grand Duke mengizinkan anaknya itu untuk masuk.
"Kau tahu apa yang harus kau lakukan?" Tanya Grand Duke Parveen dengan tegas pada Jay.
"Iya Ayah."
Jay kemudian menatap Sunoo. Ia melihat pipi adiknya yang bengkak dan memerah. Wajah cantik adiknya tak sama lagi seperti sebelumnya. Jay menggandeng Sunoo menuju kamarnya.
Sunoo hanya diam dan menuruti langkah Kakaknya membawa dirinya. Tak tertarik untuk sekedar bertanya.
Sesampainya di kamar Sang Kakak, Sunoo terkejut karena melihat kamar tersebut.
Sebuah keranjang bayi masih tersimpan rapi di sudut ruangan. Berbagai lukisan tentang keluarga mereka ada di sana. Kamar ini sangat hangat. Seperti sedang berada di dalam pelukan Ibu mereka.
"Ini adalah kamar ku. Ibu sering menemani ku disini-"
Ucap Jay sambil memegang dan menatap salah satu lukisan Ibu mereka."-Dulu, Aku sangat menunggu kelahiran mu. Aku membeli banyak mainan yang akan ku mainkan bersama mu-" Jay menunjuk sebuah kotak penuh mainan.
"-Tapi itu semua tidak pernah terjadi. Ibu tiada saat melahirkan mu dan aku tidak diizinkan untuk menemui mu. Ayah selalu melarang ku dan mengatakan bahwa kamu tidak berada dalam kondisi baik."
"Apa maksud dari semua ini?" Tanya Sunoo dengan was-was. Ia takut kakaknya itu akan mengamuk lagi.
"Maafkan aku."
Sunoo terdiam.
Ia tidak pernah membayangkan akan mendapat permintaan maaf dari kakaknya."Aku seharusnya menyayangi mu. Seharusnya aku memeluk dan menenangkan mu saat kamu menangis. Tapi sebaliknya, aku yang membuat mu menangis."
Jay mendekat pada Sunoo dan menggenggam tangan adiknya. Kesungguhan bisa Sunoo rasakan.
"Kalau begitu, kenapa Kakak membenci ku selama ini?"
"Entah mengapa hati ku dipenuhi kebencian tidak berdasar pada mu. Maafkan aku."
Sunoo mengerutkan keningnya. Dipenuhi kebencian?
Ia memperhatikan mata kakaknya. Iris mata Jay sedikit berbeda. Biasanya ada warna merah di ujung irisnya itu. Namun saat ini iris matanya hanya berwarna biru.

KAMU SEDANG MEMBACA
F A T E [HIATUS]
FanficSunoo adalah siswa SMA biasa yang hidupnya seperti dipenuhi kemalangan. Suatu hari ia meninggal karena tertabrak bus dan terbangun sebagai putra seorang Duke. Mengapa ia bisa terjebak pada tubuh seseorang? Disclaimer!! : • BXB • Sunoo centrict !! •...