17 ; Awal dari sebuah akhir (2)

784 136 6
                                    

"Aku akan membunuh mu.... Kim Sunoo...."

Sebuah kekacauan terjadi di pesta. Kilatan mata yang menyiratkan kebencian itu tampak nyalang di tujukan pada satu orang.

Sunoo Aiden.

Atau Kim Sunoo?

Entahlah, tapi semua orang yakin ini akan berbahaya. Karena yang sedang menodongkan pedang berkilau nan tajam itu adalah Kakaknya sendiri.

Sang singa ahli pedang sekaligus Kesatria hebat dari Keluarga Aiden.

Jay Aiden.

"Apa yang terjadi! Jay, turunkan pedang mu itu!"

Grand Duke Parveen memerintah Jay dengan tegas. Meskipun ia sendiri tampak bingung dengan apa yang sudah dilakukan oleh putra sulungnya.

"Dia tidak seperti Jay."

Sunghoon menggenggam erat pedangnya. Merasakan ada hal buruk yang lebih besar akan terjadi.

"Anda benar Yang Mulia. Dia tidak seperti Jay yang ku kenal."

Heeseung membenarkan apa yang dirasakan oleh Putra Mahkota. Jay yang dia kenal tidak akan menjatuhkan harga diri Keluarga Aiden dengan hal konyol seperti ini.

"Iris mata kakak berubah lagi. Ada warna merah di ujungnya."

Meskipun takut dan tubuhnya gemetar, Sunoo tetap bersikap tenang. Ia memegang pundak Sang Putra Mahkota dengan erat.

Pasti ada alasan yang membuat Kakaknya bersikap seperti ini.

Seolah merasakan kekhawatiran yang dirasakan oleh tunangannya, Sunghoon menatap Sunoo dan mencoba menenangkannya.

"Apa kamu yakin itu, Sunoo?" Tanya nya dengan lembut.

"Saya sangat yakin. Saya memperhatikannya sejak lama. Kakak selalu bersikap aneh ketika warna merah itu muncul di iris matanya."

"Jika kamu meyakini itu, maka aku percaya."

Sunghoon memercayai apa yang dikatakan tunangannya. Pasti ada sesuatu yang jahat dibalik ini semua.

"Hentikan ini kak! Tolong kendalikan diri mu."

Dengan mengumpulkan keberanian, Sunoo mencoba untuk maju beberapa langkah mendekati kakaknya.

Ia tahu yang Jay incar adalah dirinya. Sunoo tidak bisa membiarkan orang lain dalam bahaya karena ini.

Tapi tanpa diduga, Jay melemparkan sebuah pedang tepat kearah adiknya.

"Sunoo!"

"Tuan Sunoo!"

Teriak Sunghoon dan Heeseung bersamaan.

Beruntunglah.
Sunoo bisa menangkap pedang itu. Semua orang menghela nafas lega.

"Apa kalian masih belum paham? Omega itu berani memegang pedang. Bukankah itu melanggar aturan?"

Jay sudah benar-benar diluar kendali. Ia seperti orang yang berbeda dalam sekali kedipan mata. Pria ini siap untuk mengamuk kapan saja.

"Kalian telah terhasut pengaruhnya. Lihat saja, aku akan membunuh omega rendahan aib keluarga ini, Ayah!"

Sang sulung keluarga Aiden itu berlari kearah Sunoo.

Tidak sempat.
Heeseung dan Sunghoon tidak bisa mencapai Sunoo untuk melindunginya.

Ctaangg.....

______________________________________
Flashback
______________

"Apa anak ibu sudah kenyang?"

Ini adalah suara lembut dari wanita yang sangat Sunoo kenal.

"Masih lapar, ibu!" Jawaban semangat dari seorang anak kecil...

Tunggu,
Bukankah itu dirinya semasa kecil?

Kenapa ia melihat hal yang telah terjadi di Korea?

Kenapa ia tidak bisa mengingat wajah ibunya?

"Sepertinya anak ibu makan dengan banyak karena ingin cepat besar ya?"

Wanita itu tidak marah sama sekali. Meskipun ia tahu makanan yang tersisa untuk hari ini tidak akan cukup dimakan berdua.

Dengan tenang dan penuh kelembutan, ia berdiri. Mengambilkan makanan yang tersisa untuk dimakan oleh putra nya.

Tidak apa kelaparan malam ini asal anaknya bisa tidur dengan nyenyak. Pikir wanita itu.

"Aku sayang ibu! Terimakasih banyak!"

Sunoo kecil segera makan dengan lahap. Perutnya belum cukup kenyang.

Wanita itu menatap dengan lembut dan penuh kasih sayang. Ia mengelus rambut Sunoo yang sedikit berantakan.

"Maafkan ibu ya sayang. Hari ini ibu hanya bisa membuatkan lauk seadanya."

Sang anak menggeleng dengan cepat.

"Tidak, tidak. Ibu sudah memberi ku lebih dari cukup." Ucapnya sambil memberikan senyuman yang sangat cerah.

Sang Ibu mengangguk lalu beranjak menuju sofa dan melanjutkan kegiatan menyulamnya. Ia mendapat pesanan untuk membuat baju sebagai satu-satunya mata pencaharian di keluarganya.

"Kenapa kamu bisa berada di Korea ini, Sunoo?"

Wanita itu bertanya entah pada siapa. Karena tidak ada yang bisa memberikan jawaban.

Sunoo dewasa yang sedari tadi memperhatikan apa yang di lihatnya saat ini hanya terdiam.

Matanya hanya tertuju pada Ibunya.

"Aku kira Parveen akan melindungi mu. Tapi kamu malah berada disini. Apa yang sudah terjadi pada Sunville ya."

Sekali lagi gumaman dari ibunya terdengar. Sunoo tidak ingat sama sekali ibunya pernah mengatakan hal itu. Mungkin karena ia masih kecil, jadi sering melupakan banyak hal.

"Sepertinya kamu bernasib sial karena aku. Maafkan ibu, nak."

Tak ada yang tahu bahwa air mata dari wanita cantik itu menetes. Ia menangis tanpa suara. Tidak ingin putra semata wayangnya mendengar.

Sunoo dewasa tanpa sadar mendekat pada ibunya. Ia hendak memeluk wanita yang paling ia sayangi di dunia ini tapi tidak bisa. sepertinya ia tidak bisa menyentuhnya.

"Jangan menangis, ibu. Ini bukan salah ibu."

-TBC-

Hellow!!
Spesial double update buat ganti minggu kemarin yang kosong, Yoohoo!! ^^
Benang merahnya mulai terhubung kan....
Atau malah bikin bingung? T_T

Kalian makin penasaran apa makin bosen nihh?

Coba kasih komen yaa~
Sampai jumpa minggu depan🩵

—Sierra

F A T E [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang