3. Bandara

6.2K 309 3
                                    

Seiring Helia yang menginjak usia remaja, gadis itu semakin cantik, menawan. Helia dengan segala pemikirannya yang brilian, membuat keluarga besar barunya terkagum padanya.

Ibu angkatnya, Arieta. Sudah menyiapkan pendidikan tinggi untuk Helia, apalagi Helia anaknya cerdas, sehingga Arieta sudah merencanakan untuk menguliahkan Helia di bidang kedokteran.

Tujuannya adalah agar Helia bisa memegang salah satu rumah sakit besar yang akan mereka wariskan padanya.

Di sisi lain, ada beberapa teman Viria yang sempat bertemu Helia, mereka sulit percaya kalau Helia adalah anak dari seorang pelayan. Kecantikan Helia memancarkan aura yang membuatnya tampak seperti putri dari dunia yang berbeda.

Viria, dengan hati yang penuh kasih, tidak pernah berniat untuk mengungkapkan status sosial Helia kepada orang lain. Ia lebih memilih untuk memperkenalkan Helia sebagai adiknya.

Rasa sayangnya pada Helia bagaikan samudera yang tak bertepi, luas dan dalam, memenuhi setiap sudut hatinya. Sejak dahulu, Viria telah lama mendambakan memiliki seorang adik perempuan. Dan Helia dalam pandangannya, adalah wujud dari impiannya.

"Hel, nanti ikut gue yuk,"

"Kemana?" tanya Helia, ia sambil memberikan kupasan buah apel untuk sang kakak.

"Ikut gue jemput Zion. Di bandara, gue canggung kalo sendirian," balas Viria.

Apalagi sudah tiga tahun keduanya tidak bertemu, sehingga di pertemuan ini tentunya membuat ia belum berani dan bisa saja ia gugup saat berhadapan dengan Zion, yang dua tahun lebih dewasa darinya. 

"Hm, gimana ya? Aku lagi ada tugas yang harus di kerjain.." jawab Helia ia menolak dengan cara paling halus dan beralasan.

"Yah, bisa di tinggal bentar nggak?" Viria tak biasa pergi sendirian, kemanapun dirinya pergi, ia pasti akan membawa Helia bersamanya.

Di sisi Helia. Meski dirinya memiliki status sebagai anak angkat dan menjadi bagian dari keluarga Sagara, tapi jiwanya yang menjadi seorang pelayan tentu saja masih melekat dalam dirinya.

Sehingga apapun yang di minta Viria, ia pasti akan mengabulkannya, selagi ia mampu melakukannya. Dan pada akhirnya... Helia tida bisa menolak ajakan Viria.

"Iya deh, aku ikut.." sahut Helia pasrah. Membuat senyuman manis di bibir Viria langsung tersungging.

__ooOoo__

"Tuan Muda akan di jemput Nona Viria di bandara," ucap Maven yang merupakan tangan kanan Zion.

Apapun yang akan dilakukan Zion, hampir semua yang mengatur adalah Maven. Segala jadwal sampai urusan pertemuan dan asmara tuannya dengan Viria, Maven yang merencanakan semuanya.

"Dengar-dengar Nona Viria bertambah cantik, saya harap Tuan Muda membelikan sedikit hadiah untuk Nona Viria.." saran Maven meski dirinya di abaikan oleh tuannya sendiri.

Maven tidak mau menyerah. Ia harus membuat tuannya tertarik dengan Viria, seperti yang telah di sampaikan Tuan Besar padanya. Memang secara nyata Zion masih belum memiliki ketertarikan pada Viria.

Tapi Maven harus mencoba banyak cara. "Nona Viria suka dengan alat musik, bagaimana jika tuan muda membelikannya Gitar? Atau Violin?" saran Maven.

Zion melepaskan earphone yang sempat menutupi telinganya. "Pesankan saja dua benda itu." Lalu pria itu kembali membuang muka keluar jendela pesawat.

"Nona Viria juga menyukai konser, klub, dan segala bentuk hiburan dan pesta. Bagaimana jika tuan muda mengajak Nona Viria nonton konser? Berhubung di Singapura akan ada konser Eras Tour, sepertinya Nona Viria sangat menyukainya,"

ZION'S INFERNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang