Helia menatap kosong pada cermin besar membentang di hadapannya. Bekas kemerahan dimana-mana. Mulai dari leher, dada, tangan, bahkan sampai pahanya, tak luput dari bekas Kissmark yang Zion tinggalkan.
Zion benar-benar telah menelisik tubuhnya tanpa cela. Pria itu sudah mendapatkan apa yang dia mau, dan berhasil membuat Helia pasrah akan keadaan.
Helia, dia tidak bisa mempertahankan prinsipnya. Dirinya sudah di lecehkan oleh tunangannya sendiri. Not only that, but Zion had been raping her all night.
Buliran air mata meluruh perlahan. Zion, bukanlah sosok pria yang dia inginkan, Helia tidak suka cowok kasar, pemaksa, sok peduli.
Padahal nyatanya selalu terselubung rasa ingin memiliki yang berlebih.
Zion, dia bersikap berlebihan dalam segala hal. Mengklaimnya kalau dia adalah miliknya, sangat jelas kalau Zion hanya terobsesi padanya.
Zion itu menakutkan untuk seorang Helia. Rasanya makin sesak, saat wanita itu mengingat bagaimana Zion menenangkannya dengan kata-katanya, namun sangat berbeda dengan tindakannya.
"Ini bukan masalah, lagipula kita akan menikah. Melakukannya setelah menikah atau belum, hasilnya akan sama saja. Jadi diam saja dan nikmati permainanku, kamu pasti akan menyukainya."
Bukan masalah dan Helia akan menyukainya, katanya. Tapi dia baru saja sudah merusak kepercayaan Helia, prinsip Helia.
Dari mana kalau tunangannya itu akan percaya?
Zion telah membuat Helia trauma tanpa ia sadari. Dan Zion, berhasil memberikan neraka untuk Helia.
Harusnya Zion memberikan Helia waktu. Mereka tunangan juga masih di bilang masih dalam hitungan hari. Tapi Zion sudah memperlakukan Helia sejauh ini?
Mana sisi lembut Zion? Mana sisi perhatian Zion? Dan mana sisi Zion yang selalu panik kalau membuat salah? Jawabannya tidak ada, sisi baiknya itu palsu.
Kebaikan yang Zion tunjukan, itu hanya bualan. Pria itu tak akan bersikap baik tanpa alasan.
"Anak kita akan baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir."
Tidak, kalau dirinya stress tentu saja bayi yang tengah di kandungnya tidak akan baik-baik saja.
Kata-kata yang Zion ucapkan beberapa waktu yang lalu, hanya membuat Helia merasa buruk. Tak ada kata penenang yang membuatnya merasa aman, namun justru sebaliknya. Helia merasa terancam.
Helia sadar betul, kalau Zion tak akan memberikan rasa aman terhadapnya, pria itu justru makin memupuk ketakutan Helia terhadapnya.
Tanpa Zion sadari, perbuatanya bisa saja membuat Helia menjauh darinya. Entah Zion mengejarnya atau gimana, namun Helia akan mencari celah agar bisa pergi darinya.
Helia, dia tidak mau terjebak di tempat yang sama, dengan orang yang sama. Helia, mau hidup bebas, tanpa di kekang, di jebak. Ia mau melanjutkan cita-citanya, ia tidak mau berkorban dan merelakan apa yang sudah dia usahakan seumur hidupnya.
Bertahan hidup itu memang tidak mudah, apalagi bertahan dari seorang Zion Gelvara. Sungguh, tak ada kata mudah untuk menghindari lelaki brengsek yang sudah semena-mena memainkan tubuhnya.
"Sayang?" panggil Zion, dari luar kamar mandi, di sertai dengan ketukan pintu.
Helia menoleh ke arah pintu. Segera ia mengusap air matanya kasar. Lalu membasuh wajahnya, agar terlihat baik-baik saja.
Ya, dia harus bertingkah seperti biasa saja, meski hatinya hancur tak berbentuk sedemikian rupa.
Suara pintu yang terkunci terdengar di kedua rungu Helia. Kontan wanita itu langsung mengambil handuk untuk menutupi tubuhnya yang polos.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZION'S INFERNO
Romansa[DARK ROMANCE STORY] Zion pernah bertemu dengan gadis kecil, namanya Helia. Ia bertemu Helia saat acara pertunangannya berlangsung. Ia mengingat sosok gadis kecil itu, hingga waktu mempertemukan mereka kembali, namun gadis itu bukan lagi pelayan mel...