4. Ketertarikan

390 19 2
                                    

"Gadis kecil cukup berani ya?" tutur Zion dengan suara rendah dan terdengar berat yang berhasil membuat gadis itu merinding.

"Dengar ya__" ucapan Zion terpotong oleh seseorang yang tengah memanggil gadis di depannya.

"Helia!" panggil Viria.

Saat hendak memperingatkan gadis di depannya, dari belakang Zion dengan jarak yang cukup jauh, ada seseorang yang tengah memanggil gadis yang berhadapan dengannya. Tebakannya benar, tidak salah lagi kalau dia adalah Helia.

Helia memilih meninggalkan Zion, ia beralih menghampiri Viria. "Kak, itu orangnya, yang sudah melemparku dengan puntung rokok!" adu Helia pada Viria. Namun di abaikan.

"Nona Viria?" sapa Maven.

Namun tak di hiraukan oleh Viria, sama seperti Helia sebelumnya. Sebab Viria termangu menatap tunangannya yang sudah dewasa, dan makin... menawan?

Viria menggeleng cepat, berusaha menyadarkan dirinya agar tidak terhipnotis akan wajah rupawan tunangannya.

"Sudah lama menunggu?" tanya Viria pada Zion.

"Hah?" Helia melongo, dengan nada suara Viria yang begitu halus saat berbicara dengan lelaki di depannya. "Tunangan kakak?"

Viria mengangguk. Helia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Syok saat tahu pria yang di balas lemparan puntung rokok penuh amarah adalah tunangan kakaknya.

"Oh, iya aku belum mengenalkan adikku. Dia Helia," ucap Viria sembari menarik tangan Helia agar berdiri di sampingnya.

"Jadi nona manis ini adiknya Nona Viria?" ucap Maven tenang, ia sebenarnya terkejut, masih tidak percaya.

"Iya dia adikku__"

"Adik angkatnya," tukas Helia membenarkan. Meski kemudian mendapatkan senggolan bahu Viria.

Helia mencondongkan tubuhnya ke Viria. Gadis itu mendekatkan kepalanya seraya berbisik, "Kak, tunanganmu bisu?"

Viria teringat dengan aduan Helia tentang sosok bocah yang membuang puntung rokok di topi adiknya.

"Mana bocah yang membuang puntung rokok sembarangan? Kita hajar tuh bocah habis-habisan!" Viria lebih fokus pada bocah yang sempat membuat kesal adiknya.

"Kak, udah!" seru Helia, menyenggol bahu kakaknya, ia merasa tidak enak.

Maven yang tahu, tentu saja terkekeh pelan. "Saya minta maaf nona, yang melemparkan puntung rokok__"

Ehem! Zion berdeham agar Maven diam.

"Aku." Jawab Zion singkat.

Viria di buat terkejut dengan pengakuan Zion. Bagaimana tidak, dirinya baru saja menyinggung kata bocah, pada orang yang di rasa keterlaluan pada adiknya. Namun siapa yang menyangka, kalau orang itu adalah Zion... Yang jelas-jelas, dia bukanlah seorang bocah. Dan Zion dua tahun lebih tua darinya.

Helia mengangguk mengiya saat di tatap penuh isyarat oleh Viria. Helia mendekatkan wajahnya di telinga Viria. "Aku kira tunangan kakak bisu, ternyata enggak..."

"Ck!" Zion berdecak kesal. Pikir Helia Zion tak mendengarnya, padahal dengan jelas rungu Zion sangatlah peka.

__ooOoo__

Hening, suasana dalam mobil saat perjalanan pulang. Baik Zion maupun Viria tak ada yang berniat untuk membuka obrolan.

Helia yang duduk di kursi belakang, menatap keduanya penuh telisik. Ia memajukan badannya. "Kalian beneran tunangan? Kok nggak ada topik mesra atau kangen-kangenan gitu? Atau saling cubit pipi... Kenapa diam? Kalian masih manusia bukan patung, kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZION'S INFERNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang