Bagi Helia, kuliah itu jalan keluar untuk tidak terlalu bergantung pada keluarga Sagara. Dan sudah waktunya ia berusaha untuk mandiri. Meski kiriman uang dari keluarga Sagara masih mengalir deras di atm nya.
Namun percayalah, Helia hanya sedikit menggunakan uang itu. Ia tak pernah memakai uang kiriman mamahnya untuk foya-foya, ia memakai uang kalau dirinya membutuhkan.
"Padahal kuliahnya masih satu bulan, terus kenapa sibuk nyari sewa apartment sekarang? Kenapa nggak tinggal di apartment kakakmu aja?" tanya Arieta yang baru masuk ke dalam kamar anaknya, dengan membawa beberapa tangkai bunga mawar, matahari, dan Lily.
Helia menggeleng. Meski ia fokus dengan ponsel di tangannya, tapi ia merespon baik perkataan mamahnya. "Nggak usah mah, apartment nya bentar lagi kan bakalan di tinggali Kak Viria sama Kak Zion, aku nggak mau satu apartment sama mereka."
"Tapi nggak apa-apa kamu tinggal sendirian?" tanya Arieta.
Helia adalah anak baik, dan Arieta juga menyayangi nya sama seperti ia menyayangi Viria, jadi... ia akan sangat menghawatirkan Helia. Tidak hanya dirinya, tapi seluruh keluarga besar Sagara juga menyayangi Helia.
Helia menghela nafas panjang, meski ia tidak yakin, namun ia harus melakukannya. "Yakin mah, jangan khawatir, Helia pasti baik-baik saja kok."
"Mah..." panggil Helia, ia menyingkirkan ponselnya, lalu mengalihkan atensi sepenuhnya pada Arieta yang tengah merangkai bunga untuk di masukkan ke dalam vas bunga.
"Hm?"
"Bisa jangan kirim uang ke Helia? Uang yang mamah kirimkan sangat banyak, jadi mamah berhenti kirim uang ya?"
Dahi Arieta mengernyit heran. "Kenapa?"
"Helia mau cari uang sendiri mah, lagipula Helia sudah 18 tahun, jadi... Helia akan usaha cari uang sendiri."
"Dengan cara?" tanya Arieta, sebab ia tidak biasa membiarkan anaknya kesusahan di luaran sana, apa guna hartanya yang menumpuk setinggi gunung, kalau bukan untuk di berikan pada anak-anaknya?
"Helia buka usaha toko kue mah, dan sementara Helia mau pakai uang yang udah mamah kasih di atm Helia."
"Terus?"
"Mamah nggak perlu nambahin lagi. Dan mulai hari ini mamah nggak usah ngasih uang atau kirim uang sepeserpun ke rekening Helia."
"Yakin bisa?"
Helia mengangguk antusias. "Bisa mah. Lagian Helia juga udah belajar tentang dunia bisnis dari papah, jadi Helia yakin bisa."
Arieta berpikir sejenak, ia tidak yakin. "Biaya kuliah?"
Oh iya. Helia lupa ngasih tau mamahnya kalo dirinya dapat beasiswa. Segera ia langsung mengambil surat pemberitahuan dirinya yang mendapatkan beasiswa di fakultas kedokteran.
"Mamah buka!" seru Helia antusias, ia menatap mamahnya yang tampak heran, sambil memperhatikan amplop surat di tangannya.
"Apa ini?"
"Mamah buka dulu, buruan!"
Arieta menghela nafas panjang. Perlahan, ia lalu membuka amplop putih yang terdapat stempel universitas kampus milik salah satu rekannya.
"Hah?! Beasiswa?! Yang bener kamu?!" pekik Arieta tak percaya. Apalagi jurusan yang di ambil anaknya itu mirip seperti yang ia mau.
"Mamah nggak perlu kirim uang buat Helia kuliah, dan juga masalah jajan, uang dari mamah kan masih banyak, jadi udah cukup itu aja dan jangan ditambahin."
Dengan begini Helia sudah tidak lagi bergantung padanya? Entah kenapa, jika Arieta memikirkannya, ia merasa sedikit sedih, anak yang di asuhnya beberapa tahun sudah mau melangkahkan kakinya sendiri tanpa bantuannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZION'S INFERNO
Romance[DARK ROMANCE STORY] Zion pernah bertemu dengan gadis kecil, namanya Helia. Ia bertemu Helia saat acara pertunangannya berlangsung. Ia mengingat sosok gadis kecil itu, hingga waktu mempertemukan mereka kembali, namun gadis itu bukan lagi pelayan mel...