Gebrakan meja yang kuat membuat satu ruangan menjadi melihat ke arahnya, terlebih pemilik dua meja ini.
"Akademik ini bukan punya lo, jadi tolong jangan asal ngerusak fasilitas" Saragas yang merasa terganggu pun memproteskan kelakuan Rolan.
Rolan yang terkenal dengan sifat chill dan jailnya, hanya tersenyum santai mendengar protes Saragas. Dia menatap Saragas dengan mata yang berbinar penuh kelakar, lalu dengan gaya santai, dia berkata, "Relax, Ga. Gue cuma kasih sedikit drama biar nggak bosen. Lagipula, meja ini masih utuh, kok. Nggak ada yang rusak."
Rolan kemudian mendekati meja yang tadi dia gebrak, memeriksanya sejenak dengan cermat, lalu mengangkat bahu sambil tersenyum lebar. "Lihat, nggak ada retak atau goresan. Dijamin meja ini masih bisa dipakai buat belajar, bahkan buat main catur kalau mau."
Dia kemudian berjalan kembali ke tempat duduknya dengan langkah santai, menepuk pundak Saragas pelan dan berkata dengan nada menggoda, "Jadi tenang aja, Ga. Akademik ini masih aman di tanganku." Rolan mengakhiri dengan kedipan mata yang penuh kenakalan, membuat suasana yang tadinya tegang jadi lebih ringan.
"Btw, lo jadi masuk tim basket Akademik?" tanya Jorell, memecahkan suasana hening dan menoleh ke arah Rolan yang sudah duduk di tempatnya.
"Masih gue pikirin sih. Gue nggak ada pengalaman sama sekali di bidang basket. Kasihan kalau gue asal nerima malah jadi beban di tim," jawab Rolan sambil mengangkat bahu. Hanya itu yang terpikirkan olehnya.
"Ambil aja. Itu juga nggak asal nerima member baru ke timnya. Bisa jadi lo juga masih di trainee dulu sampai bener-bener masuk ke tim inti basket di Akademik ini," ucap Saragas yang tiba-tiba mengeluarkan suara tanpa melihat ke arahnya.
"Huu, lo penasaran ya sama obrolan ini, padahal tadi marah keliatannya, hahaha," balas Rolan dengan tawa tengilnya.
Saragas memutar matanya, tapi belum sempat menanggapi, bel istirahat kedua berbunyi. Ruangan kelas mulai kosong saat para siswa menuju kantin atau sekadar berjalan-jalan di sekitar Akademik. Namun, suasana berubah ketika suara deru helikopter terdengar dari luar. Semua siswa keluar untuk melihat, termasuk Rolan yang penasaran.
Helikopter itu mendarat di lapangan utama, dan turunlah Heli, ketua OSIS sekaligus ketua tim basket Akademik. Dia berjalan dengan penuh percaya diri ke arah Rolan yang berdiri di tengah kerumunan.
"Rolan!" teriak Heli dari kejauhan, suaranya tegas dan menggema di seluruh lapangan.
Rolan melambaikan tangan dengan santai, sambil tersenyum lebar. "Ada apa?"
Heli berhenti beberapa langkah di depan Rolan, tatapannya tajam dan serius. "Dengar-dengar lo ragu buat masuk tim basket. Gue datang langsung buat yakinin lo. Akademik kita bakal ada Hari Olahraga Antar Akademik bulan depan. Kita butuh pemain tambahan, dan gue yakin lo punya potensi."
Saragas, yang berdiri tak jauh dari situ, mendengarkan dengan seksama. Wajahnya semakin greget melihat tingkah tengil Rolan yang malah membuat situasi jadi makin seru.
"Aduh, gue kan masih cupu banget main basket, Hel. Ntar malah jadi beban tim," kata Rolan dengan gaya sok merendah, tapi matanya berkilat penuh tantangan.
Heli tidak tertawa. Wajahnya tetap serius. "Makanya kita ada latihan. Lo nggak langsung masuk tim inti. Lo bakal jadi trainee dulu, sampai lo bener-bener siap."
Rolan mengangkat alis, "Gue masih ngga yakin, dan itu pasti acaranya gak bakal lama lagi kan. Yakali seorang gue yang nggak punya pengalaman langsung bisa cepet naik ke member inti."
Heli menepuk bahu Rolan dengan tegas. "Lo mending masuk aja. Kalau emang lo beban, gue nggak akan maksa lo lagi. Tapi sebaliknya, kalau gaya lo memungkinkan masuk, lo harus masuk tim."
![](https://img.wattpad.com/cover/369675669-288-k667317.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Kematian [ SELESAI ]
TerrorRolan adalah seorang individu yang dilahirkan dengan kekuatan luar biasa yang melebihi batas manusia biasa. Sejak usia muda, dia menyadari bahwa dia memiliki kemampuan unik untuk berinteraksi dengan makhluk gaib dan melihat kejadian masa depan, teru...