Latihan Basket Terakhir

107 7 0
                                    

Rolan, yang sekarang lebih kuat dari sebelumnya, Dia tahu bahwa masa lalunya yang kelam tidak akan pernah sepenuhnya hilang, tetapi dia juga tahu bahwa dengan dukungan dari teman-temannya, dia bisa melanjutkan hidup dengan penuh harapan dan keberanian.

Kemampuan Rolan juga tidak berhenti, tante Lila meminta maaf karena tidak bisa menghilangkan kemampuannya tersebut. Jadi Rolan hanya bisa menerima lapang dada untuk kemampuan spesialnya ini. 

Apapun itu dia akan mensyukurinya sejak perjuangannya tentang Bi Surti, Jevan, dan Rena. 

Rolan diberitahukan untuk latihan basket kembali jika tubuhnya sudah kuat dan pulih sepenuhnya untuk berlari kesana kemari mengambil bola basketnya, dan Rolan memaksanya untuk ikut tubuhnya sudah benar-benar pulih. 

Heli yang akan menjabat kapten terakhir kali di tim inti Akademik ini pun merasa bangga kepada anggotanya terlebih dengan Rolan, tekadnya yang kuatnya membuatnya bisa tetap hidup dan menjalankan hidup seperti biasanya. 

Pelatih berkata untuk pemasan terlebih dahulu sebelum latihan dimulai dengan uji coba duel dengan anggota cadangan. Hasilnya tim inti memang lebih unggul, pelatih menjadi lebih yakin kalau mereka akan memenangkan kembali juara tersebut. 

Selepas istirahat sejenak dari latihan, Rolan tidak melihat sosok apapun diatas tribune. Dia bisa bernafas lega kali ini, tapi yang dia pikirkan bagaimana dengan sosok-sosok yang dikamarnya jika teringat ternyata sosok jahat itu memang benar mengikuti nya sampai ke rumahnya. 

 Rolan yang sedang bersantai dengan meminum sisa-sisa air yang dia bawa pun disamper oleh Selen yang juga duduk disebelahnya, "gimana kondisi lo? gue perihatin banget denger beritanya" tanya nya khawatir. 

 "Buset sekasihan itu kah gue" Rolan menghadap langit-langit gymnasium, "tapi gue lebih baik lah sekarang bang terlebih gue juga lebih bisa ngendalikan kemampuan gue ditambah gue bisa bedain mana sosok yang jahat ma baik" balasnya. 

 Selen mengangguk lalu terdiam sejenak, "pelaku tabrak lagi Jevan kenapa sampe sekarang belom ditemuin ya?" 

Rolan meneguk sisa airnya sambil merenung sejenak sebelum menjawab, "Ya, gue juga berharap pelaku tabrak lari itu cepat ketemu. Kasihan banget Jevan dan keluarganya. Gue cuma bisa berdoa semoga keadilan cepat didapat," ujarnya dengan nada penuh harap.

Selen mengangguk setuju, "Bener banget, Lan. Gue juga setiap malam nggak lupa doain yang terbaik buat Jevan dan keluarganya. Semoga mereka diberi kekuatan."

Rolan menatap Selen dengan serius, "Lo jangan nyerah ya, Len. Gue tahu ini berat buat kita semua, tapi kalau lo sampai keluar atau pindah dari akademi gara-gara nggak bisa terima kenyataan kalau Jevan udah nggak ada, gue khawatir banget."

Selen menunduk, merasakan kehangatan dari perhatian temannya, "Sempet kepikiran begitu, Lan. Rasanya berat banget tanpa Jevan. Tapi gue inget sama lo, sama Heli, Jovian, Jorell, dan Sagaras. Kalian masih ada di sini. Gue nggak bisa ninggalin kalian. Kita udah melalui banyak hal bareng-bareng."

Rolan tersenyum, merasa lega mendengar keputusan Selen, "Gue senang denger itu, Len. Kita semua butuh satu sama lain sekarang. Jangan sampai kita kehilangan lagi."

Selen menghela napas panjang, merasa sedikit lega setelah mengutarakan perasaannya, "Iya, Lan. Gue nggak akan ninggalin kalian. Kita harus tetap kuat, demi Jevan dan demi kita sendiri."

Mereka berdua duduk dalam keheningan sejenak, merasakan kebersamaan yang kuat di antara mereka. Meski kehilangan Jevan begitu menyakitkan, mereka tahu bahwa persahabatan dan dukungan satu sama lain adalah kunci untuk melalui masa-masa sulit ini.

"Ooh iya terus kalian mau lanjut kuliah atau kerja?" tanya Rolan penasaran.

"Kita udah janji dari awal masuk asrama buat satu kampus, Lan. Kita juga udah berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi janji itu, untuk hasilnya masih doa yang terbaik aja sih nanti gimana," jawab Selen dengan semangat.

Mata Kematian [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang