"Kamu pernah mencintai seseorang yang tidak mencintai kamu?" Adel menatap Anin yang sedang memeluknya sekarang setelah lelah dengan permainannya.
"Ngga, semua orang yang aku cintai selalu mencintai aku, kamu gak liat secantik apa aku?" Anin menarik pipi Adel, menjatuhkan ciuman di bibirnya. "Kamu itu lembut banget mainnya, aku suka, gak dibayar aja kayanya aku mau."
"Aku akan tetap bayar kamu karna itu pekerjaan kamu." Adel tertawa kecil sambil mengeratkan pelukannya.
Tiba-tiba saja Adel terhanyut dalam lamunannya sendiri, ia ingat bagaimana besarnya rasa cemburu Marsha pada Azizi kemarin, menunjukan bahwa Marsha masih sangat mencintai Azizi, sampai kapan ia terus berharap pada Marsha? Kenapa matanya tidak terbuka sama sekali? Setidaknya untuk sadar bahwa Marsha tidak akan mungkin mencintainya.
"Kamu sempurna, siapa yang mematahkan hati kamu?" Anin jadi penasaran, gadis mana yang tidak menyukai anak kecil semanis ini?
"Sahabat aku." Adel menghela nafas kasar. "Dia masih belum bisa melupakan masa lalunya."
"Mencintai sahabat sendiri saja sebuah kesalahan, ditambah mencintai seseorang yang masih terjebak di masa lalu, jangan heran kenapa rasa sakitnya berlapis-lapis." Anin bergerak dari pelukan Adel. Anin mengambil pakaiannya yang berhamburan di setiap sudut kamar ini.
"Mau ke mana, kak?" Adel bingung karena Anin sepertinya ingin pergi.
"Ara gak cerita ya? Tugas aku cuma sampai permainan berakhir, bukan nemenin sampai pagi." Anin menggeleng heran sambil memakai celana dalamnya di depan Adel.
"Aku kasih lima juta, jangan pulang sampe pagi, boleh?" Adel tersenyum ketika Anin mengangguk dan kembali memeluknya. "Aku butuh temen cerita." Adel menyandarkan pipinya di puncak kepala Anin yang bersandar di dadanya. "Aku udah berusaha lupain dia tapi aku selalu gak bisa, setiap kali aku liat mata dia, setiap kali aku liat senyuman dia, aku selalu kembali jatuh cinta."
"Kamu tau? Kadang balasan dari mencintai bukan memiliki, senyuman yang terukir di wajah kamu setiap kali kamu dekat sama dia itu juga bisa berupa balasan."
"Keinginan aku untuk memiliki dia sama besarnya dengan rasa cinta aku."
"Jangan terlalu dalam berpikir tentang cinta kamu yang tidak terbalas, nikmati aja setiap waktu yang kamu habiskan dengan dia dan semua kebahagiaan yang melibatkan kalian di dalamnya. Dari sana, kamu akan lebih ikhlas dalam mencintai, semuanya tidak akan terasa sakit lagi."
"Terima kasih ya. Aku boleh nanya? Udah berapa banyak orang yang tidur sama kamu?"
"Gak banyak, aku hanya menerima orang yang bener-bener kesepian dan butuh aku, aku juga gak terima laki-laki, jadi harusnya aman yaa dari penyakit kelamin, kamu tenang aja."
"Bukan itu yang aku khawatirkan, aku hanya bertanya soalnya Ara bilang kamu premium."
"Ah dia mah kacau." Anin tertawa kecil. Anak satu itu memang sulit dikendalikan sikapnya.
Adel menatap Anin, meraih dagunya dan kembali menikmati bibir Anin dalam pejamnya. Adel tidak bisa memastikan Anin perempuan ke berapa yang tidur dengannya, tetapi mulai sekarang sudah dapat dipastikan ia hanya akan mendatangi Anin jika ia butuh.
"Adel pasti lagi having sex deh sama cewek itu, kesel deh aaaaaak." Marsha menggigit bantal sofa di rumah Indah. Menyebalkan sekali malam Minggu kali ini.
"Dih ngape lu? Cemburu?" Oniel yang sedang menonton TV jadi melirik sekilas ke arah Marsha. Aneh sekali Marsha malam ini, sedari tadi tidak berhenti marah-marah hanya karena Adel menghabiskan waktu bersama gadis lain.
"Ngga cemburu, kesel aja dia gak nemenin aku." Marsha melipat kedua tangannya di depan dada. Marsha bisa saja egois dengan melarang Adel pergi tadi, tetapi ia tidak tega mengingat Adel adalah orang yang aktif secara seksual.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKARA
ФанфикApa yang lebih sulit selain menjalin hubungan dengan seseorang yang masih terikat oleh masa lalunya?