"Lagi ngapain sendiri di sini?" Ashel menghampiri Adel yang sedang duduk sendirian di samping kolam renang, tidak, lebih tepatnya Adel berbaring di sun lounger. Ashel duduk di kursi lainnya.
"Gapapa, nikmatin suasana aja." Adel melirik Ashel yang memakai jubah tidur. Adel bergerak mengubah posisinya jadi duduk. "Dingin tapi, boleh duduk di depan aku gak?"
"Bo-boleh." Entah kenapa, Ashel tidak bisa menolak itu, nada lembut Adel selalu mampu meluluhkan hatinya. Ashel bangkit, duduk tepat di depan Adel. Darahnya langsung berdesir saat sepasang tangan Adel melingkar di perutnya.
"Kamu kenapa selalu cantik?" bisik Adel tepat di belakang telinga Ashel. Adel menghirup aroma tubuh Ashel, masih sama, sangat wangi. Adel tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak menjatuhkan bibir di leher Ashel. "Aku udah tiga hari gak sentuh siapapun, aku stres Shel, tolong aku."
"A-aku harus gimana?" tanya Ashel menelan ludahnya dengan susah payah. Dalam sekejap, jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Ashel sebenarnya mengerti apa maksud Adel, tetapi ia masih ragu.
"Anak-anak udah pada tidur kan?" Adel menyibak rambut pendek Ashel agar ia bisa menjatuhkan bibirnya di tengkuk Ashel. Pelukannya kian erat, bibirnya bergerak, menyapu setiap sudut leher Ashel.
Nafas Ashel mulai memburu, darah yang mengalir di tubuhnya memanas, bukan menolak, mata Ashel reflek terpejam. Bahu Ashel bergerak resah, menikmati sentuhan lembut yang Adel berikan. Untuk pertama kalinya, ia lupa bahwa ia mempunyai seorang kekasih.
"Sengaja ya pake jubah biar gampang dilepas?" Adel menarik tali yang melingkar di perut Ashel, tangannya dengan mudah bisa menyentuh perut Ashel, terus bergerak hingga sampai pada dadanya. "Jangan berisik ya, sayang? Aku izin yaa?" Tanpa menunggu jawaban Ashel, Adel menyentuh dada Ashel.
Nafas Ashel yang sudah semakin berat kini perlahan berubah menjadi desahan pelan, ia sampai menggigit bibir bawah untuk menahan suaranya. Namun, percuma saja, desahan itu lolos dari bibirnya ketika Adel menyentuh dadanya tanpa terhalang sehelai benangpun.
"Sini." Adel memeringkan sedikit tubuh Ashel, ia meraih digunakan Ashel sebelum menciumnya dengan sangat liar. Adel menggigit bibir bawah Ashel, meminta izin untuk melesakan lidahnya hingga ia bisa bertemu dengan lidah Ashel. Lidah keduanya saling bertaut cukup lama, tidak ada penolakan dari Ashel, Ashel malah mengalungkan tangannya di leher Adel.
Adel melepaskan ciumannya sebentar, mengusap bibir Ashel yang sangat basah karena ulahnya. Adel menyadarkan dahinya di dahi Ashel, ingin memandang wajah Ashel lebih lama lagi. Adel bisa merasakan nafas Ashel yang memburu menerpa wajahnya.
"Wangi," puji Adel tersenyum. "Maaf ya aku ngelakuin ini, kamu izinin aku nerusin?"
Ashel memejamkan mata sejenak, berusaha menimbang jawabannya, Ashel sebenarnya tidak enak karena ia memiliki Azizi, tetapi sikap Azizi pada Marsha benar-benar tidak bisa ia toleransi. Ashel membuka mata, mengangguk mengizinkan.
"Makasih." Adel berdiri, menyadarkan tubuh Ashel di kursi sebelum menindihnya. Adel kembali mencium bibir Ashel, mengulum bibir bawahnya, lidahnya bergerak, menggelitik bibir Ashel. Tangannya tidak tinggal diam, kembali memainkan dada Ashel.
Tubuh Ashel sudah semakin resah, bergerak seiring dengan gerakan yang Adel ciptakan kian cepat, puncak dadanya dimainkan dengan sangat liar. Jari Adel bergerak cepat, tetapi sangat lembut. Ashel melepaskan ciumannya, Adel yang mengerti langsung mencium leher Ashel, mengecupnya lembut sambil terus turun hingga berhasil bermuara di puncak dada Ashel.
"Hhhhh Del." Ashel menekan kepala belakang Adel, menikmati lidah Adel di dadanya, Adel bahkan sesekali menggigitnya, membuat tubuhnya menggelinjang sesekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKARA
FanfictionApa yang lebih sulit selain menjalin hubungan dengan seseorang yang masih terikat oleh masa lalunya?