17. Masih Berharap

24 4 0
                                    

"BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM"

Selamat membaca Friend..💚

🍃🍃🍃

Kasmaran boleh, bodoh jangan

_Mazaya Aurelia Kamila_

☁️☁️☁️

Tibalah hari dimana aku dan Mazaya melaksanakan ujian tutup. Masalah yang terjadi beberapa hari ini, terlupakan dengan kesibukan mengurus persiapan ujian tutup dan persiapan lainnya. Aku tersenyum bahagia, karena perjuangan ku selama 4 tahun berkuliah dengan mengandalkan beasiswa dan juga biaya dari pekerjaan paru waktu ku sebagai freelance mendesain gambar membuahkan hasil.

Kini, gelar sarjana S.pd AUD telah melekat di belakang nama ku. Bangga rasanya dengan diri sendiri, tetapi tak bisa ku pungkiri juga bahwa aku sedih, sedih karena perjuangan ku selama ini tanpa support keluarga di dalamnya.

Apa memang aku yang egois? Padahal Ayah menginginkan ku kembali kepada keluarganya, tetapi aku menolak. Namun, terlepas dari penolakan ku, aku sudah memaafkan Ayah. Hanya saja, untuk kembali ke dalam keluarga mereka rasanya tak sanggup.

Apalagi sekarang, Zafran dan Naura resmi bertunangan dan sebentar lagi mereka akan menikah. Isunya akan di langsungkan 3 bulan ke depan. Pikirku, sudah tak ada lagi harapan untukku.

Kak Zafran pun sampai sekarang tak pernah menunjukkan jika ia menolak perjodohan ini seperti yang di pikirkan Genta waktu itu. Meskipun ku akui aku kecewa dan sakit hati, namun aku kembali tersadar jika penyebab sakit hati ku bukan mereka, melainkan karena ekspektasi ku sendiri.

Aku yang memutuskan untuk menyukai kak Zafran, maka aku juga harus bisa menerima segala konsekuensi yang ada, termasuk merasakan kecewa. Kak Zafran dan Naura tak salah apapun, sebab dari dulu memang cinta ku pada kak Zafran sepihak bukan? Jadi tak ada alasan untuk menyalahkan mereka.

Selama ini, hanya perasaan yang ku andalkan bukan logika. Dan Mazaya benar, nasihatnya tentang menyukai seseorang secara berlebihan adalah hal yang paling menyiksa, itu baru ku sadari sekarang.

Berbicara perihal Mazaya, aku dan dia sudah kembali akur setelah ku marahi ia habis habisan karena tak jujur padaku sedari awal. Tetapi terlepas dari itu, mana tahan aku untuk tak mengobrol dengannya. Hanya dia satu satunya orang yang selalu tahan dengan sikap ku yang keras ini dan hanya dia pula yang selalu setia mendengarkan ku.

"Yundaa." Mazaya terlihat setengah berlari ke arah ku, setelah ia baru saja selesai melaksanakan ujian tutup di prodinya.

"MasyaaAllah, akhirnya kita mendapatkan gelar sarjana, aku terharu Yun." Ungkap nya lagi, setelah sampai di hadapan ku.

"Alhamdulillah, jadi setelah ini mau kemana kita?"

"Langsung pulang saja, tapi aku mau foto berdua sama kamu." Ucapnya, lantas mengeluarkan ponsel, setelah itu ia memanggil salah satu orang yang berlalu lalang di depan fakultas agar dapat memotret kami berdua.

Sebelum memanggil, di belakang kami seseorang menyahut.
"Biar saya saja yang memotret kalian."

Kami menoleh, mendapati kak Zafran yang berdiri mengenakan kemeja polos putih seperempat lengan, lalu tak lupa kacamata yang bertengger di matanya.

"Kak Zafran?" Mendadak aku gugup, namun masih berusaha untuk menormalkan mimik wajah.

Ia tersenyum.
" sini HP nya, saya saja yang memotret kalian."

Mazaya memberikan ponsel nya kepada kak Zafran. Kami mulai berdiri di salah satu papan nama fakultas. Kak Zafran mulai menghitung, lalu kami pun siap dengan menampilkan senyuman termanis.

Langit dan KenangannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang