~Author
Zayyan semalaman menunggu Leo sadar dan membuka matanya, namun Leo masih belum juga sadar.
Zayyan menatap wajah pucat Leo dan kepalanya yang sudah terikat perban, hidung yang sudah terpasang selang dan tangan yang sudah tertancap jarum infus.
Meski dokter yang memeriksa keadaan Leo bilang tidak ada yang serius dengan luka Leo, ia hanya Shock akibat kepalanya terbentuk begitu keras, itu yang membuat Leo tidak bangun dari semalaman. Meski begitu ia tidak bisa bohong, ia sangat khawatir dengan kondisi adiknya ini.
Malam sudah berganti pagi, akhirnya Leo sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan terbangun, seperti sekarang matanya yang bergerak dan tangannya yang juga bergerak.
Zayyan yang semula nya hendak keluar untuk memastikan Sing sudah pulang apa belum, kini niatnya terhenti setelah melihat pergerakan yang di tunjukkan oleh Leo. Ia langsung mendekati brankar dan menggenggam tangan Leo yang terbebas dari infus.
"Dek, bangun. Leo, Leo!" Panggil Zayyan pelan.
Leo lantas sedikit demi sedikit mulai membuka matanya perlahan.
Zayyan langsung tersenyum dan memeluk tubuh Leo yang membuat Leo menjerit kesakitan.
"Ada yang sakit?" Tanya nya polos.
Leo menggeleng kepalanya pelan sambil tersenyum tipis.
Tukk
Tukk
Tukk
Ceklek, suster yang ingin memeriksa Leo pun masuk sambil membawa nampan berisi bubur dan juga obat-obatan yang harus di minum.
"Dek, waktunya sarapan dan minum obat ya!" Ucap suster.
Dan Zayyan langsung mengambil nampan itu dari tangan suster yang hendak menaruh nya di atas meja.
Sebelum keluar suster itu memeriksa selang infus Leo dan juga mencopot selang oksigen yang ada di hidung Leo agar Leo mudah untuk makan.
"Ya sudah permisi." Pamit suster itu dan di angguki kepala oleh Zayyan. Leo pun tak lupa untuk berterima kasih.
"Waktunya makan Leo-sii!" Ucap Zayyan sambil menyodorkan sendok ke mulut adik nya.
*
*
*
Sing dan juga Nita lagi sarapan di meja makan, rumah yang biasanya ramai kini terasa sangat sepi semenjak Zayyan dan juga Leo pergi dari rumah.
Semalam Nita hendak menemui Leo dan Zayyan yang berada di satu ruang rawat inap. Namum di tahan oleh Sing , sebab Sing tidak ingin Nita memperkeruh keadaan. Sing langsung memaksa Nita untuk segera pulang ke rumah saja.
Kini Nita menyiapkan roti selai coklat untuk Sing karena Sing sangat menyukai coklat.
"Ayo di makan sayang, anak Mama!" Ucap Nita dengan menampakkan senyumnya.
"Ma, urusan semalam_
"Udah lah gak ada yang perlu di jelaskan, sekarang kamu fokus sekolah aja ya!"
"Kalau masalah pacar baru Mama itu, apa Sing juga harus diam?" Ucap nya lantang membuat Nita yang semula nya sedang menikmati roti kaget dan diam.
"Mama udah telat ke kantor, kamu sarapan aja sendirian ya!" Alibi Nita langsung mengambil tas nya dan pergi begitu saja, meninggal kan Sing sendirian di meja makan.
Sing mengejar Mama nya sampai di depan pintu.
"Eh Sing ada apa? Mau berangkat bareng Mama?" Tanya Nita yang sudah berada di dalam mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 SIBLINGS || XODIAC
Teen FictionBerceritakan tentang seorang anak yang di besarkan oleh seorang Ibu yang pilih kasih dalam hal membesarkan anak-anak nya. Awal mula semuanya baik-baik saja. Sampai di suatu peristiwa yang terjadi hingga Ibunya berniat untuk membenci salah satu putra...