~Author
Pagi harinya Leo sudah siap dengan seragam sekolahnya. Meskipun kondisi punggung nya yang masih agak sakit ia tetap ingin pergi ke sekolah di karenakan ia tidak ingin membuat Mama nya semakin marah pada nya.
Setelah ia pastikan di dalam tas ransel nya sudah terisi buku-buku yang ia perlukan, kemudian ia memutuskan untuk mengaitkan tangannya hanya sebelah di tasnya, sebab tidak lah mungkin untuk nya pakai dikarenakan punggung nya yang masih nyeri.
Setelah itu ia langsung keluar dari kamarnya dan menuju ke arah meja makan, ia berharap di sana sudah ada Zayyan yang menunggunya, sebab setelah kejadian semalam ia jadi merasa takut dan canggung berhadapan dengan Mama nya.
Dan bener saja Zayyan memang terlihat sudah terduduk di meja makan bersama dengan Sing dan juga Nita dan ia langsung menghampirinya.
Namun sebelum ia menghampiri ke meja makan, ia terpaku melihat interaksi Sing dengan Nita yang terlihat tengah menyuapkan roti ke mulut Sing, sesekali Zayyan juga dapat suapan roti dari Nita, mereka terlihat sangat gembira dan keluarga ini nampak sangat bahagia tanpa dirinya.
"Gak boleh iri Leo, ini sudah biasa" batin Leo menguatkan dirinya sendiri.
"Leo mau sekolah?" Tanya Zayyan yang menyadari kedatangan Leo dan melihat Leo sudah siap dengan seragam sekolah nya.
"Iya Bang, Leo mau sekolah aja" ucap nya yang kini telah duduk di meja makan bersebelahan dengan Zayyan dan berhadapan dengan Sing dan juga Nita.
"Yah, padahal Abang sengaja gak bangunin kamu loh. Abang pikir lebih baik Leo istirahat saja untuk hari ini dan biar Abang yang ke sekolah ketemu sama wali kelas Leo" ucap Zayyan.
"Udah gak papa Bang, punggung Leo udah mendingan kok, jadi gak ada salahnya Leo hadir di sekolah" ucap nya sambil mempersiapkan roti tawar yang menjadi sarapan nya di pagi ini.
Sing dan juga Nita hanya menyimak obrolan antara kakak beradik itu, sebab mereka sudah selesai sarapan. Namum di saat mendengar ucapan Zayyan barusan Sing jadi teringat akan sesuatu yang mengharuskan nya untuk berbisik ke telinga Nita.
Dan Nita yang paham dengan apa yang di beri tau oleh sing pun kini angkat bicara.
"Zayyan, Mama tidak mengizinkan kamu untuk ke sekolah" ucap Nita yang menatap wajah Zayyan.
"Loh Mah! Memang kenapa kalau Zayyan ke sekolah? Trus siapa juga yang menggantikan Mama untuk bertemu dengan wali kelasnya Leo?"
"MAMA BILANG GAK BOLEH YA TETAP GAK BOLEH ZAY!!" Ucap Nita sambil sedikit menggebrak meja makan. Melihat Nita yang marah pun membuat ketiga putranya seketika terdiam tak bergeming.
"Mama akan suruh bibik untuk mewakili kita!" Sambung Nita setelah berfikir sejenak akhirnya ia menemukan solusinya.
"Loh gak bisa gitu dong Ma! Emang kenapa kalau Zayyan ke sekolah? Lagipula Zayyan hari ini gak ada keperluan di kantor"
"Bang Jay, udah gapapa turuti aja kemauan Mama ya!" Ucap Leo sambil menggenggam tangan Zayyan.
"Tapi Le_
"Makanya jadi anak jangan suka bolos apalagi tidur di kelas, syukur-syukur udah di sekolahin malah gak tau diri!" Ucap Sing. Zayyan yang mendengar itu pun hendak menampar Sing, beruntung Leo sigap menahan lengan Zayyan dan alhasil Sing tidak kena tampar.
"Udah gapapa Bang!" Ucap Leo sambil mengukir senyum. Melihat Leo yang bersikap seperti itu pun membuat Zayyan semakin geram, namun tak ada pilihan lain ia terpaksa harus tetap menahan diri.
"Apa-apaan kamu Zay, Berani-beraninya mau menampar adik kamu!" Ucap Nita.
"Maaf Ma" ia terpaksa minta maaf karena masih menghargai Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 SIBLINGS || XODIAC
Teen FictionBerceritakan tentang seorang anak yang di besarkan oleh seorang Ibu yang pilih kasih dalam hal membesarkan anak-anak nya. Awal mula semuanya baik-baik saja. Sampai di suatu peristiwa yang terjadi hingga Ibunya berniat untuk membenci salah satu putra...