e i g h t

3.6K 389 37
                                    

Rora menatap malas pria yang berada di hadapannya itu. Anton sendiri memberi tatapan tajam pada Rora yang sengaja duduk di kursi milik Asa.

Sedangkan wanita yang menjadi sasaran mereka sedang sibuk memeriksa dokumen yang di berikan oleh Anton itu.

"Cih, seleramu benar benar rendah sekali..." Ucapan Anton di dengar oleh keduanya.

"Justru dia beruntung mendapatkan ku daripada dia bersama dengan tukang selingkuh seperti mu..." Ucapan Rora membuat Anton berdecak sebal.

"Jaga ucapanmu anak kecil..." Ketus Anton.

"Baiklah orangtua..." Rora yang tersenyum miring.

Asa sendiri hanya menggeleng saja dan menahan untuk tidak tertawa.

"Asa, kamu tetap akan memperpanjang kontrak kerja sama kita kan?" Anton beralih menatap Asa yang berdiri di hadapannya.

"Em, tidak tau.. Aku bakal pikirin nanti..." Ucap Asa menatap menatap sekilas Anton.

"Ah ya, apa kamu nanti malem sibuk?" Anton bertanya lagi.

"Iya, dia sibuk sama aku, om..." Celetuk Rora membuat Anton kembali merengut menatap dirinya.

"Om?" Anton menaikkan sebelah alisnya.

"Biar lebih sopan pada yang tua... Anda kan sudah tua..." Rora mengangkat kedua bahunya tak acuh.

"Apa apaan kau ini..." Anton yang kesal.

"Berhentilah membuat keributan di kantorku... Jika kau ingin ribut, sebaiknya jangan di kantor ku..." Asa yang menengahi pertengkaran keduanya.

"Asa apa kamu sibuk malam ini?" Anton yang mengulangi pertanyaannya.

"Em, apa yang di bilang Rora tadi bener... Aku sibuk nanti malem sama dia..." Asa yang mengelus kepala Rora membuat Rora memeluk pinggang Asa sembari tersenyum meledek pada Anton.

"Sudah dibilangin juga... Batu amat..." Ucap Rora memutar bola mata malas.

"Cih, baiklah baiklah.. Jadi bagaimana dengan dokumen nya?" Anton yang sedikit merengut.

"Sudah lebih baik dari sebelumnya... Kita tetap melanjutkan pekerjaan yang sebelumnya sampai kontrak kita habis..." Ucap Asa.

"Kamu tidak memperpanjang kontrak nya?" Anton menaikkan sebelah alisnya.

"Akan ku pikirkan terlebih dahulu Anton... Dokumen sudah di periksa... Kau bisa pergi..." Asa memutar bola mata malas.

"Ck, baiklah aku keluar, terimakasih..." Ucap Anton sebelum pergi dari sana.

Asa menghadap ke arah Rora membuat bocah itu menyembunyikan wajahnya di perut Asa dan tetap memeluk dirinya.

"Kamu kenapa? Kenapa tiba-tiba meluk aku?" Asa mengelus kepala Rora dengan kedua tangannya.

"Emang kenapa... Aku ga boleh yang meluk kamu?" Rora menatap Asa sembari mempoutkan bibirnya.

"Engga, bayi... Ga gitu maksud aku... Biasanya kamu kan suka malu duluan... Mangkanya aku tanya... Boleh kok kamu meluk aku.. Justru aku seneng kamu duluan yang meluk aku..." Asa menangkup rahang tegas Rora sembari mencubit pipinya.

"Aku ga suka pria jelek itu mendekati kamu terus, mommy..." Rora yang merengut seperti anak kecil.

"Apa? Mommy?" Asa yang sedikit menyirit.

"Heem... Mommy Eisa...." Rora yang menggangguk membuat Asa Terkekeh gemas.

"Tenang lah anak kecil... Kamu terlalu khawatir sekali..." Ucap Asa yang tetap mengelus rambut Rora.

"Karena si tua jelek itu berusaha mengambil dirimu..." Rora kembali menyembunyikan wajahnya di perut Asa sembari menggeleng.

"Kamu lucu ya, bayi..." Asa yang benar benar gemas.

"SA!"

Tiba tiba saja pintu ruangan terbuka memunculkan ketiga sahabat Asa membuat Asa dan Rora terkejut. Bahkan Rora melepaskan pelukannya karena dia malu.

"Ehh, ada Rora.." Ucap Ahyeon yang tersenyum jahil.

"Cie cie brondong nya nyamperin..." Ucap Rami yang masuk sembari menaik turunkan kedua alisnya.

"Pasti abis tengkar sama si Anton, soalnya gue liat tuh cowo di parkiran tadi..." Kini Pharita berbicara.

"Hem, tuh orang kayak memang hobi ya nyari masalah..." Ucap Asa.

"Ya emang!" Serentak ketiganya membuat kedua orang tersebut terkejut.

"Ngomong ngomong lo bertiga barengan ke sini nya?" Tanya Asa saat ketiga wanita itu duduk di sofa ruangan.

Ia menarik kedua tangan Rora agar kembali memeluk dirinya sembari mengelus rambut Rora.

"Engga, gue bareng pacar gue... Dia katanya nyusul, lagi di kamar mandi.." Ucap Pharita sembari bersandar.

"Gue sih sama, tapi pacar gue tadi angkat telpon appanya dulu..." Ucap Rami menyambung.

"Lo yeyon?" Tanya Asa menaikkan sebelah alisnya.

"Brondong gue lagi parkir mobil di belakang... Paling ntar lagi naik..." Ucap Ahyeon.

"Bentar... Ini lo semua kesini karena apa?" Asa menyirit.

"Jalan yuk, sa.... Gue bosenn..." Ucapan Pharita itu di angguki keduanya.

Sebelum Asa berbicara, pintu di ketuk dari luar membuat Asa menyahuti ketukan tersebut.

"Iya, masuk.." Ucap Asa.

Hal tersebut membuat pintu tadi terbuka memunculkan tiga orang yang membuat Rora melotot.

"Lah!" Ucap Rora membuat ketiganya menoleh dan ikut terkejut.

"Lah anjirr!" Serentak ketiganya yang sama terkejut.

"Kalian ini kenapa deh..." Rami menyirit.

"Anjirr si Rora ngapain di sini..." Chiquita yang menunjuk Rora.

"Loh? Kalian saling kenal kah?" Ahyeon bertanya.

"Ya kenallah.. Nih orang juga kunyuk kita juga..." Ruka yang menjawab.

"Jir... Ngapain lo pada kesini, pulang pulang, hus hus..." Rora yang mengusir.

"Anak anj lo, gue kesini juga di suruh pacar gue ege..." Jeongyoo mendekati Rami.

"Tau ni, lo pikir ini kantor istri lo..." Ucap Ruka asal.

"Ya memang kantor istri gue, bego..." Ucapan Rora membuat mereka terkejut kembali.

"HAH?!" Serentak ketiganya.

"Berisik ya bocah bocah ini..." Gunggam Pharita menepuk jidatnya.

"Anjir, jangan bilang temennya yeyon yang bakal jadi istri lo.." Ucap Chiquita duduk di samping Ahyeon.

"Ya memang iya..." Rora memutar bola mata malas.

"Ini kalian masih mau debat kah?" Celetuk Ahyeon.

"Engga kok kak.." Serentak Jeongyoo, Ruka dan Rora.

"Sempit amat dunia gue, ketemu lo bertiga mulu..." Ucap Rora yang berdiri.

"Dih anak anj..." Ucap Jeongyoo.

"Je." Tegur Rami.

"Iya maaf, hehehe..." Jeongyoo menyengir.

"Dih penakut..." Ledek Ruka.

"Sadar diri lo ege..." Chiquita memutar bola mata malas.

"Bacot.." Ucap Ruka.
















Good morning, awali hari mu dengan sarapan nasi bukan sarapan harapan ok?😉

Vote and comment😉

Young Husband (RORASA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang