s i x

4.1K 424 81
                                    

"Lo langsung balik?" Tanya Ruka pada Jeongyoo yang memakai helm nya.

"Engga, gue jemput kakak gue dulu... Gue duluan ye guys..." Ucap Jeongyoo sebelum pergi dari sana.

"Lo sendiri gimana?" Kini Chiquita bertanya pada Ruka.

"Gue mau jemput mommy gue di bandara..." Ruka naik ke atas motornya.

"Jadi kita ga nongkrong nih?" Celetuk Rora yang memegang helm nya.

"Besok aja dah, gue ntar di gempar kalau telat jemput tuh nyonya besar... Duluan guys..." Ruka langsung menancap gas motornya.

"Jir lah.... Lo gimana, cik?" Rora menatap Chiquita.

"Gue balik dah kayaknya... Soalnya tadi nyonya Ruby Jane nyuruh langsung pulang..." Ucap Chiquita menghidupkan mesin motornya.

"Yaudah dah... Ti ati lo..." Ucapan Rora itu di angguki Chiquita sebelum ia pergi dari sana.

Rora sendiri masih berada di parkiran sekolah, bingung akan kemana karena jika dia bosan berada di rumah jika ia pulang langsung.

"Apa gue ke kantor Asa aja.." Rora yang tampak berpikir sebelum memakai helm nya.

ஐஐ

"Cukup Anton." Asa menatap tajam Anton yang berada di hadapannya.

"C'mon, Asa... Kenapa kamu selalu ngehindar dari aku... Lupakanlah hal yang sudah lama itu..." Ucap Anton memasang wajah memelas.

"Lo mau keluar sendiri dari kantor ini atau gue suruh satpam ngeluarin lo?!" Ucap Asa dengan ketus.

"Ck, ayolah Asa..." Ucap Anton yang sengaja memegang lengan kanan Asa membuat Asa menepis tangan Anton.

"Gue udah bilang kan, jangan ganggu gue lagi... Gue sama lo juga udah lama ga ada hubungan." Asa yang benar benar kesal.

"Maafin aku... Aku mau kamu balik lagi..." Ucap Anton.

"Tapi aku gak."

"Asa?"

Kedua orang yang sedang beradu argumen itu menoleh ke sumber suara yang memanggil Asa. Rora yang masih memakai seragam sekolah nya itu berdiri tak jauh dari mereka, hal itu pula membuat Asa tersenyum.

"Ah, kamu datang, sayang?" Asa yang langsung mendekati Rora membuat Anton menyirit.

"Sayang?" Ucap Anton.

Pria yang lebih dewasa itu menatap tajam Rora yang hanya menatap santai dirinya.

"Siapa dia? Kenapa kamu memanggilnya sayang?" Anton yang terlihat tak suka.

"Dia? Pacar ku.." Asa yang langsung menggandeng lengan kanan Rora.

"Pacar? Huh? Kamu berpacaran dengan seorang bocah SMA?" Anton yang terkekeh meledek membuat Rora menatap datar dirinya.

"Ya, kenapa? Apa ada yang salah?" Asa yang memutar bola mata malas.

"Kamu ga pantes sama bocah SMA yang lugu itu... Bahkan dia lebih muda darimu kan? Kamu lebih pantas bersamaku... Aku seorang pria tangguh dan kaya.... Dia terlalu bocah bersama dengan dirimu... Lihat saja tampangnya juga seperti bocah ingusan..." Ucapan Anton itu semakin membuat Rora kesal.

"Excuse me sir? Bocah lugu? Bocah ingusan? Cih... Sombong sekali orangtua bermulut wanita ini..." Ucap Rora terkekeh licik.

"Apa maksud mu?!" Anton yang menaikkan sebelah alisnya.

"Anda merasa tersaingi kan karena saya pacar nya Asa?" Ucap Rora tersenyum miring.

"Aku masih tidak percaya kamu pacar nya Asa sekarang... Kamu pasti adik sepupunya bukan? Kamu sengaja seperti itu supaya saya tidak mendekati Asa lagi..." Anton yang berdecih.

"Adik sepupu mana yang berani mencium kakaknya sendiri?" Rora yang tiba-tiba saja menarik pinggang Asa lalu mengecup bibir milik si wanita yang lebih tua dari nya.

Hal itu pula membuat Asa sedikit terkejut karena perlakuan Rora, begitu juga dengan Anton yang terkejut dan semakin kesal.

"Anda masih tidak percaya tuan?" Rora yang kembali memberi dua kecupan pada bibir milik Asa tadi.

"Ugh, anak kecil.. Kau... Berhenti melakukan hal itu..." Ucap Anton yang marah.

"Panas ya?" Rora yang memasang wajah meledek dan kembali memberi kecupan.

"Lihat saja, saya akan kembali." Anton menatap tajam Rora.

"Balik aja, saya tungguin kok..." Balas Rora.

"Saya pastikan Asa bersama saya lagi..." Ucap Anton.

"Coba aja, toh tetap gamau sama orangtua bermulut wanita seperti mu..." Ucap Rora sebelum Anton benar benar pergi dari sana.

"Dasar orangtua... Aneh banget, umur doang yang tua, kelakuan kayak bocah..." Rora yang memutar bola mata malas.

"Ra..." Panggil Asa membuat Rora menoleh.

Sedetik kemudian ia sadar apa yang ia lakukan tadi membuat kedua telinga Rora memerah dan langsung melepaskan tarikannya.

"Ekhem... Cie cie cie cie!" Ternyata ketiga sahabat Asa melihat kejadian mereka tadi dari ruang kerja milik Asa membuat Rora semakin malu.

"Belum juga udah sah udah ada adegan kiss kiss nya... Mana ga sekali lagi..." Ucapan Ahyeon membuat Rami dan Pharita tertawa.

"Brondong lo jago juga ya manasin mantan lo..." Ucap Pharita yang masih tertawa.

"Menyala brondong Asaa!" Ucapan Rami membuat mereka semakin tertawa.

Sedangkan Rora benar benar malu sekarang, ia bahkan tidak berani menatap Asa yang menatap dirinya.

"A-aku mau bilang kalau aku ke rumah mommy di suruh daddy tadi... Takutnya kamu nyariin..." Ucap Rora tiba-tiba karena tau apa yang ada di pikiran Asa.

"A-aku pergi dulu ya.. Bye.." Ucap Rora saat Asa hendak berbicara.

"Lah anjir kabur..." Rami yang keluar dari ruangannya.

"Fiks dia malu.." Pharita yang ikut keluar.

"Ngapain malu anjirrr.. Aneh tuh bocah.." Ucap Ahyeon.

"Ya abis lo bertiga berisik.." Asa yang bersedikap dada.

"Salahin noh yang ngide..." Pharita menunjuk Rami.

"Yeee tapi seneng kan lo..." Ucap Rami menaik turunkan kedua alisnya.

"Cie cie first kiss nya di ambil ama brondongnya..." Ahyeon menyenggol lengan Asa.

"Bacot lo pada... Ayo masuk, jangan berisik di sini, karyawan gue masih pada kerja." Ucap Asa.





















Ayo buat kesepakatan,sepakat ga kalau gue tiap hari up, tapi tiga kali seminggu nya itu chaesoo (ntah itu hari Kamis atau hari apapun yang pasti chaesoo nya seminggu tiga kali), terus tiga kali nya lagi Rorasa, baru buat hari minggu nya terserah saya mau up Chaesoo atau Rorasa ☺, nah tujuh kali kan? Tujuh kali = tujuh hari, tujuh hari = seminggu, gimana? btw vote and comment😉

Young Husband (RORASA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang