#4

1K 139 4
                                    

Jangan lupa komen+vote


✨️Enjoy✨️



Disaat kau terombang ambing dengan kehidupan, kehilangan arah hidup setiap hari, terasa hampa tanpa tau makna dari takdir yang kau jalani seperti lembaran kertas yang masih nampak kosong tidak terisi.

Apa kalian tahu bagaimana rasanya menjalani kehidupan yang dimana kau sendiri tak menginginkan alur seperti itu.

Yoko hanya mampu menghela napas beratnya, ia bertanya tanya apakah ia mampu mencari arti diantara bayang-bayang yang gelap.

"Berhentilah memikirkan hal yang berat gadis manis, aku yakin kau belum meminum obatmu"

Suara itu membuat yoko tersentak kaget dan beralih menatap sosok yang baru datang tersebut, dengan setelan jas putihnya dan apa yang dipegangnya?....permen kapas?

"Kurasa kau bisa mengetuk pintunya terlebih dahulu Dokter wan, kau membuatku kaget"

"Apa kau yakin saat aku mengetuk pintunya kau akan menyahut?"

"Diamlah aku tak menyukaimu, apa kau datang untuk menyuntikku lagi?"

"Ini masih pagi dan kau sudah marah-marah padaku gadis manis, percayalah saat kau marah kau akan tampak seperti hamster yang menggemaskan, aku yakin tak akan ada yang takut padamu" Goda dokter wan terhadap yoko yang sedang memasang wajah masamnya, namun bagi dokter wan itu hal yang menggemaskan.

"Tapi tetap saja, bagaimana disaat kau masuk tiba-tiba dan disaat itu aku sedang tidak menggunakan pakaian apapun" Ucap yoko asal.

"Tentu saja aku akan melihat tubuhmu dari atas sampai bawah, apa yang kau harapkan"

Mendengar jawaban dokter wan membuat yoko membulatkan matanya, wajahnya berangsur memerah apa dokter ini tidak waras pikirnya.

"Tuan chet tadi menelponku, ia menyuruhku untuk menemuimu dan memastikan apa kau sudah meminum obatmu"

"Ayahku terlalu berlebihan, aku sudah meminumnya dengan teratur sesuai arahanmu DOKTER" Yoko menekankan kalimat akhirnya sambil menatap malas kearah dokter wan.

Mendengar hal tersebut membuat dokter wan terkekeh geli, dokter wan berfikir mengapa bisa ada gadis yang semenggemaskan yoko padahal umurnya sudah mencapai 22 tahun, ia berfikir apa yoko memalsukan umurnya yang dimana umur aslinya ialah 2 tahun 2 bulan.

Tapi siapa sangka wajah manis dan menggemaskan itu harus bertarung dengan takdir yang begitu kejam terhadapnya.

"Berhentilah memasang wajah masam gadis manis, ini permen kapas untukmu, sesekali memakannya tidak apa"

"Aku bukan anak kecil lagi yang disogok menggunakan permen kapas dokter" Sambil melirik permen kapas itu, sejujurnya permen kapas itu sedikit menggiurkan bagi yoko apalagi dia sudah lama tidak memakannya.

"Baiklah jika kau menolak aku akan memberikannya ke pasien yang lain saja" Sambil berpura-pura ingin meninggalkan ruangan bercat putih itu.

"Tunggu dulu, apa kau sama sekali tidak ingin mamaksaku"

"Tidak baik memaksa seseorang jika dia memang tidak mau"

"Ck apa-apaan itu Setidaknya berusahalah untuk membujukku dokter"

Mendengar hal tersebut membuat dokter wan tertawa dan merasa gemas bagaimana tidak Lihatlah bibirnya yang kecil itu sudah manyun.

"Ambillah, aku akan kembali kesini siang nanti untuk memastikan kondisimu, jadi pastikan kau tetap menjadi gadis yang baik agar kau bisa pulang "

"Hem tentu saja aku bosan berada disini, aku merindukan teman-temanku dan ingin kembali masuk kuliah"

Dokter wan hanya mampu tersenyum mendengarkan perkataan gadis yang berstatus sebagai pasien tetapnya itu, sebelum meninggalkan tempat itu tidak lupa ia mengacak acak rambut yoko.

"Yakk astaga rambutku jadi berantakan" Seakan tak menggubris perkataan yoko dokter wan hanya tertawa sambil berjalan meninggalkan gadis itu yang sedang mendumal sendirian.

"Ishh dasar dokter yang menyebalkan" Dumal yoko sambil memakan permen kapasnya.

....

Tangan yang bertengger dikemudi itu, membelah jalanan dengan kecepatan sedang menggunakan mobil porsche 911, lampu merah membuatnya terpaksa menghentikan laju mobilnya untuk sejenak.

"Kenapa berita di zaman sekarang hanya memberitakan  hal yang bodoh" Ucapnya sambil kembali menjalankan mobilnya karena lampu jalan tersebut telah menunjukkan warna hijau.

Saluran radio yang sedang terputar itu hanya memberitakan mengenai kehidupan para selebriti, Faye merasa bukankah mengkhawatirkan kehidupan para selebriti adalah hal yang tidak berguna.

Merasa malas mendengarkan hal-hal seperti itu membuat faye lebih memilih mematikan layar di monitor itu, namun tiba-tiba saja hpnya bergetar menandakan ada panggilan dari seseorang.

"Kau sudah dimana?" Sahut seseorang yang menelepon.

"Lima menit dari sekarang aku akan tiba"

"Baiklah hati-hati" Ucapnya dan langsung dimatikan begitu saja.

Menatap layar hpnya kesal, Faye bertanya-tanya apakah seperti ini rasanya jika panggilan telponmu dimatikan secara sepihak, sepertinya ia harus belajar untuk lebih menghargai seseorang saat menerima panggilan, ternyata rasanya cukup mengesalkan.

Tiba dirumah sakit itu, faye memarkirkan mobil mahalnya itu dengan rapi dan tidak lupa mengambil Hpnya yang terletak di dashboard mobilnya, ia sedikit tergesa-gesa saat memasuki rumah sakit karena pikirnya sahabatnya itu akan merajuk karena dirinya terlambat.

Bagi Faye walaupun ia seorang wanita tapi jujur saja ia juga  terkadang sulit untuk mengerti mood seorang wanita, akan sangat mengesalkan baginya jika dia harus diperhadapkan dengan situasi seperti itu.

Jika ia disuruh untuk memilih antara mengurus 10 anak anjing atau menghadapi satu orang wanita dengan mood yang tidak baik, percayalah ia lebih memilih mengurus 10 anak anjing.

Saat berada di dalam lift tiba-tiba saja terdengar dering telpon masuk di hpnya, ayolah apa sahabatnya ini tidak punya kesabaran sedikit saja, geram faye.

"Bisakah-"

Belum sempat menyelesaikan omongannya tiba-tiba saja sahabatnya itu menyelanya dengan mengatakan hal yang membuat faye sangat ingin menghajar siapapun yang ada di hadapannya saat ini.

"Maafkan aku faye sepertinya hari ini kita tidak jadi untuk pergi berbelanja, aku memiliki pasien kritis yang harus di tangani secara mendadak"

Oh tuhan situasi macam apa ini, apakah hari ini bisa dikatakan hari sial bagi faye, satu sisi ia ingin marah tapi tidak mungkin dia marah pada temannya dan menyuruhnya untuk mengabaikan nyawa seseorang begitu saja, faye juga masih memiliki hati nurani.

"Baiklah, kau tangani pasienmu itu, semangat aku tau kau dokter yang hebat" Dengan pasrah faye mengucapkan hal tersebut.

"Ouhh manis sekali, terimakasih sudah mengerti sahabatmu ini sayangku" Mendengar hal tersebut membuat faye memasang tampang jijik dan ingin muntah, dan panggilan pun terputus menyisakan dirinya yang tak tau harus berbuat apa.











Hayoloh yang belum vote di vote dulu tah teman-temanku✨️


HOPE [Faye×yoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang