#8

1.1K 127 13
                                    

Jangan lupa komen+vote


✨️Enjoy✨️


Ruang kerja di mansion itu, sedang duduk seorang pria paruh baya yang usianya tidak lagi terbilang muda, kerutan di wajahnya menggambarkan bahwa banyak sekali beban yang ia tanggung, menyadarkan tubuhnya sambil memejamkan matanya.

Dua puluh dua tahun yang lalu, saat ia resmi menjadi seorang ayah senyum itu mengembang sangat lebar, putri kecilnya yang cantik lahir ke dunia, dia berjanji akan merawat anaknya itu dan menyaksikannya tumbuh kembangnya sendiri, tak akan ia biarkan anaknya terluka sedikitpun bahkan oleh gigitan seekor semutpun.

Tapi kebahagiaan itu tidak bertahan lama, tergantikan oleh mimpi buruk yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Menjadi seorang kepala keluarga tentunya mengharuskan dia lebih tegar dan kuat agar bisa menopang keluarga kecilnya, apalagi ditengah badai yang sedang menerjang keluarganya.

"Sayang sarapannya sudah siap, putri kita sudah menunggu dibawah"

Panggilan istrinya membuatnya membuka matanya, senyumnya terbit memandang wajah sang istri yang tidak lagi muda tapi namun masih saja cantik . Ia pun berdiri, menuju sang istri untuk memeluknya.

"Apa kau sedang memikirkan sesuatu" Tanya phiangfa dalam dekapan sang suami

"Aku hanya memikirkanmu dan putri kita"

"Chet" Chet tau saat istrinya memanggil dia dengan nama itu menandakan bahwa ia sedang serius.

"Kenapa hm"

"Boleh aku meminta sesuatu"

"Tentu saja, apapun untukmu sayang"

"Ini bukanlah permintaan seorang istri, ini permintaan seorang ibu" Chet hanya diam menunggu sang istri melanjutkan kalimatnya.

"Bisakah kau membuat putriku tetap berada disisiku" Chat terdiam, lidahnya terasa sangat kaku untuk menjawab pertanyaan istrinya.

"Dia bukan cuman putrimu, tetapi dia juga putriku, aku tidak akan membiarkan takdir sialan itu merebutnya dari kita sayang" Chet bisa merasakan tubuh istrinya bergetar menandakan bahwa ia sedang menangis.

"Bukankah kita pernah berjanji untuk tidak bersedih di hadapannya, jadi hapus air matamu dan ayok kita sarapan, aku tidak mau diomeli oleh putrimu yang cerewet itu karena terlalu lama menunggu" Bujuk chet yang berusaha menenangkan sang istri.

Di sisi lain dari arah luar ruang kerja itu ada seorang gadis yang sedang mendengarkan percakapan mereka.

Awalnya yoko berniat menyusul kedua orang tuanya karena ia sudah sangat lapar, yoko yang awalnya ingin masuk langsung saja mengurungkan niatnya, ruang kerja ayahnya sedikit terbuka sehingga yoko dapat mendengarkan percakapan mereka berdua.

Melihat kedua orang tuanya menangis sungguh sangat menyakitkan bagi yoko, apalagi tangisan itu bersumber dari dirinya.

Entah berapa banyak lagi luka yang akan ia goreskan pada orang-orang tersayangnya, sungguh bukanlah kemauannya, rasa sakit itu buka saja menghancurkan raganya tapi juga batinnya.

....

Suasana meja makan itu terkesan tenang, sesekali diisi oleh obrolan-obrolan kecil, yoko sesekali malihat kearah ayah dan ibunya, wajah mereka seperti tidak menunjukkan bahwa mereka baru saja menangis.

Setelah mendengar percakapan mereka yoko memutuskan untuk turun lebih awal dan menunggu mereka di bawah saja, yoko tidak ingin menambah kesedihan mereka jika mereka menangkap keberadaannya disana.

HOPE [Faye×yoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang