#13

1.2K 141 26
                                    




Jangan vote+komen


✨️Enjoy✨️



Sudah hampir setengah jam yoko menunggu, duduk sendirian dilorong rumah sakit menunggu kedua orang tuanya yang sedang berbincang dengan dokter wan, bahkan waktu telah menunjukkan waktu makan siang tapi mereka belum juga kembali.

Hari ini adalah jadwal check up yoko, itulah mengapa pagi tadi kedua orang tuanya mengosongkan jadwalnya demi mengantarkan putri semata wayang mereka bersama-sama.

"Huftt kenapa mereka lama sekali" Tanya yoko pada dirinya sendiri, sungguh dia sudah sangat bosan berada disini.

Karena merasa bosan menunggu sendirian, yoko memutuskan untuk menyusul kedua orang tuanya, dia yakin pasti yang membuat mereka lama karena mendengarkan ceramah panjang dokter wan yang selalu menasihati mereka apa saja yang tidak boleh ia lakukan.

Berjalan sendirian dilorong rumah sakit itu menuju ruangan dokter wan guna menyusul kedua orang tuanya, tetapi saat mencapai ruangan dokter wan belum sempat yoko masuk, dia mendengar suara isak tangis yang cukup menyayat hati.

Bukan hanya suara tangisan yang ia dengar namun teriakan seseorang dari dalam ruangan itu, kerana merasa penasaran yoko membuka pintu itu sedikit untuk mendengar obrolan mereka yang berada dalam ruangan itu.

Yoko dapat melihat ayah dan ibunya disana bersama dokter wan, namun keadaan mereka cukup kacau, mata ibunya yang sembab berderai air mata, bahkan ayahnya sendiri sedang tertunduk frustasi.

"Maafkan saya tuan chet, kami sungguh telah melakukan yang terbaik" Ujar Dokter wan.

"Terbaik katamu, coba jelaskan pada kami dimana letak terbaik itu, coba JELASKAN DOKTER" kali ini phiangfa angkat bicara, ibu satu anak itu berteriak menguncang tubuh Dokter wan.

Dokter wan terdiam, dia juga tidak tahu harus menjelaskan seperti apa lagi, dia sangat tahu kondisi kedua orang tua yang sulit untuk menerima takdir putrinya.

"Dan kalian fikir kalian adalah tuhan, berani sekali kalian memvonis bahwa sisa umur putriku hanya tinggal 6 bulan" Ujar Chet dengan wajah merah padam menunjuk wajah dokter wan.

"Sama Seperti yang saya katakan terakhir kali tuan, bahwa tidak cara lain selain menunggu datangnya pendonor"

Terkadang seorang dokter harus menyampaikan sebuah fakta menyakitkan agar mereka siap dengan segala kemungkinan yang akan datang daripada mengiming-imingi mereka dengan kalimat manis yang membuat mereka hidup dalam bayang-bayang yang palsu.

Sama halnya dengan Dokter wan dia juga ikut merasakan kesedihan akan berita yang dia sampaikan, bahkan yoko sendiri sudah dia anggap seperti adiknya sendiri, dia juga sulit untuk menerima fakta itu.

Disisi lain yoko yang mendengar semua percakapan mereka hanya mampu membeku ditempatnya, air matanya perlahan keluar, badannya seakan akan tak memiliki tulang untuk menopang badannya.

Fakta yang barusan ia dengar benar-benar seperti menghancurkan segala kekuatan yang telah ia bangun untuk bertahan sejauh ini.

Pintu itu dibukanya, membuat semua orang yang berada dalam ruangan itu seketika kaget, melihat wajah yoko yang sembab membuat mereka sadar bahwa anak itu mendengar semua percakapan mereka.

"Nak kamu disini, apa kamu sudah lapar, kalo begitu ayo kita pulang ibu akan memasakan makanan kesukaanmu" Phiangfa dengan cepat menghapus air matanya, dan berusaha menampilkan senyum terbaiknya.

Sedangkan chet tidak berani menatap mata putrinya, cukup menyakitkan baginya melihat air mata jatuh dari pelopak mata putrinya, sungguh ia mengutuk dirinya sendiri yang tidak becus menjadi seorang ayah.

HOPE [Faye×yoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang