#16

812 116 29
                                    

Jangan lupa vote+komen


✨️Enjoy✨️



Waktu telah menunjukkan pukul 9 pagi namun yoko belum juga terbangun dari tidurnya, gadis itu masih nampak terlelap seperti seseorang yang sedang bermimpi indah dan enggan terbangun dari tidurnya.

Chet serat phiengfa juga merasa aneh melihat putrinya itu yang sangat lelap dalam tidurnya, mereka sebenarnya tak ingin mengganggu, karena mereka berfikir mungkin saja putrinya terlelap akibat pengaruh obatnya.

Namun jika tidak membangunkan putrinya mereka tidak akan bisa pulang, dimana sudah dua hari berlalu sejak yoko sadar, kondisinya sudah terbilang stabil namun seperti biasa dia harus selalu kontrol dan tidak melewatkan obatnya, seperti itulah pesan dari dokter wan.

"Nak bangunlah" Phiangfa dengan sangat lembut membangunkan yoko, diusapnya kepala anaknya tidak lupa ia mencium jidat yoko agar putrinya terbangun.

Nampaknya hal yang dilakukan phiengfa berhasil, hal itu membuat yoko menjadi gelisah dan perlahan membuka matanya akibat merasa terganggu.

"Nak ayo bangun, apa kamu ingin disini terus, kata dokter wan hari ini putriku sudah bisa kembali pulang"

Yoko yang awalnya masih mengumpulkan nyawanya langsung saja merasa segar saat itu juga, perkataan ibunya sungguh membuatnya senang bukan main, sungguh yoko sudah merasa suntuk berada disini.

"Benarkah ibu?"

"Tentu saja nak, tapi dengan beberapa syarat...." Chet langsung menyahut menjawab pertanyaan anaknya, namun belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya yoko langsung saja memotong perkataannya.

"Kau harus selalu rutin meminum obatmu, jangan beraktivitas berlebihan, jaga pola makanmu, ck aku bahkan sudah menghafalnya ayah" Yoko memutar bola matanya sambil menirukan kalimat yang selalu di ucapkan dokter wan.

Chet dan phiangfa yang melihat celotehan putrinya hanya bisa menggeleng sambil tertawa kecil, mereka berdua sangat menyukai jika anaknya sudah berada dalam mode cerewet.

Mereka berharap kedepannya akan selalu melihat putrinya seperti itu, entah badai seperti apa yang mereka hadapi kedepannya, mereka berdua berjanji akan terus mempertahankan putri semata wayangnya yang sangat manis itu.

"Baiklah kalau begitu kalian bersiaplah, ayah akan turun lebih dahulu dan menunggu kalian di bawah" Chet secara berdiri dari sofa, menunju bangkar tempat putrinya berada, tidak lupa mencium jidat putrinya serta istrinya sebelum benar-benar meninggalkan kamar rawat itu.

"Ibu" Yoko memanggil phiengfa, namun matanya tidak terlepas dari arah pintu.

"Ada apa nak, apa kamu ada keluhan hm" Ujar phiangfa yang langsung saja terfokus pada yoko

"Aku melihat mata ayah merah, seperti seseorang yang sedang menahan tangis"

Phiengfa terdiam, ia tidak tahu harus menjawab seperti apa, memang benar yang dikatakan putrinya, ia juga sempat melihat bahwa mata suaminya sedang berkaca-kaca, phiengfa paham dengan kondisi suaminya saat ini, banyak beban berat yang ia tanggung apalagi posisinya sebagai kepala keluarga.

"Mungkin saja mata ayahmu sedang kelilipan nak, makanya bisa seperti itu"

"Usiaku 22 tahun ibu, aku bukanlahlah anak kecil yang tidak bisa memahami perasaan seseorang" Ujar yoko sambil melihat kearah ibunya.

HOPE [Faye×yoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang