: 30

320 7 4
                                    

Serangkaian senyum miring tercetak jelas terlihat di bibir laki laki di hadapan nya. 
Mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu terjatuh karena kecerobohan nya? Haha itu hanya mimpi bagaimana bisa seorang shaka Wijaya Aditama mengulurkan tangannya untuk membantu adik bungsunya. Sekuat tenaga alisa untuk bangun dari jatuh nya di lantai. Menepuk nepuk rok nya yang sedikit berdebu di bagian belakang.

"Wow lihat ni si ratu caper udah berani bolos, belum puas lo di hukum sama papa atau lo emang sengaja ngelakuin ini supaya buat papa malu punya anak yang gak tau diri kayak lo" ucap shaka seraya menatap alisa atas sampai ke bawah.

Tangannya terkepal erat sampai telapak tangannya memutih, menahan rasa ingin meninju wajah tampan di depannya. Ucapan yang tak benar apa adanya selalu saja di lontarkan oleh orang-orang yang tak tau apa apa tentang dirinya bahkan kedua orang tuanya pun sama.

Ingin rasanya alisa membungkam mulut lemes shaka dengan kaos kaki nya, apakah ia tak lelah untuk mengatai dirinya. Apakah ia tak mempunyai rasa kasihan terhadap nya. Begitu mudah nya dia berkata seperti itu dihadapan teman temannya.

Gadis itu tak menjawab atau bersuara sedikit pun ia lebih memilih untuk berjalan ke kelasnya daripada meladeni manusia seperti shaka.

Melengos pergi tanpa mengiraukan ejekan ejekan dari shaka. Sungguh alisa sangat lelah jika harus meladeni omongan shaka.

Beberapa omongan shaka  yang keluar dari mulut nya tak dihiraukan kan nya tapi satu suara berhasil membuat langkah alisa berhenti.

"Udah kasih apa aja buat ryan, sampai sampai ryan bela in lo segitu nya" ucap shaka dengan kekehan kecilnya.

Bisma, Krisna dan shaka tertawa kecil sedangkan gio dan argantara hanya diam menatap alisa.

Tangan alisa terkepal erat, saat ini ia tak tahan lagi, apakah boleh ia membalas semua ucapan shaka sehingga laki laki itu bisa diam.

Mencoba menarik nafas, menetralkan emosi saat ini juga. Bagiamana bisa shaka membawa nama orang lain dalam masalah ini. Apakah dia tak tau malu, alisa rasa seperti itu.

Alisa membalikan badan nya menatap datar shaka masih dengan kepalan di tangannya. Mendekat ke arah shaka sehingga tidak ada jarak di antara kakak dan adik itu.

Shaka menaikkan alisnya dengan senyuman remeh nya. Tangan alisa tak kuat dan detik itu juga alisa menampar pipi shaka, sehingga shaka tertoleh ke samping. Nafas alisa naik turun ia melihat tangan nya. Apa yang telah ia lakukan kenapa ia menampar pipi shaka. Sungguh ini pertama kali nya alisa berani menampar pipi shaka.

Shaka merasakan nyeri di pipinya, menatap tajam alisa yang diam menatap tangan seraya bergumam minta maaf. Shaka terkekeh hingga shaka mendorong alisa keras. Alisa terjatuh ke lantai, kepalanya terbentur ubin keramik yang keras. Tidak ada yang membantunya, argantara dan yang lainnya hanya diam menatap nya tanpa ingin menolong ataupun mengulurkan tangannya.

Alisa merasakan darah segar keluar dari belakang kepala nya, sakit, sungguh dorongan shaka tak main main.

Shaka maju mendongak ke bawah menarik dagu alisa kasar, mencengkram nya erat.

"Berani lo tampar gue ha!!" Marah shaka mencengkram lebih erat dagu alisa sehingga gadis itu meringis ke sakitan. Bukan hanya kepalanya saja yang sakit sekarang. Perut nya pun mulai sakit sekarang. Kenapa disaat seperti ini perutnya sakit. Mencoba biasa saja tanpa sakit yang ia rasakan. Alisa tak ingin shaka melihat nya ke sakitan dan menertawai nya.

"Dasar jalang gak tau diri lo" shaka mengempaskan cengkraman nya di dagu alisa sehingga gadis itu tertoleh ke samping. Shaka melayangkan tangannya ingin menampar pipi alisa, alisa memejam kan matanya ia pasrah jika shaka menampar nya. Adil bukan? Jika itu membuat shaka memaafkan nya walaupun alisa rasa shaka tak akan memaafkan nya sampai kapanpun. Sedetik dua detik alisa tak merasakan tamparan di pipinya melainkan ia melihat shaka sudah ambruk di lantai dengan darah segar yang menetes di sudut bibir nya.

ALISA ANANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang