: 38

514 17 4
                                    

Gadis itu berjalan tanpa tujuan yang pasti, ia bingung akan kemana saat ini. Ia tak mempunyai siapa siapa lagi di dunia ini. Bahkan keluarga nya saja telah mengusir nya, jadi harapan apa yang dimiliki gadis malang itu.

Ia hidup namun berkali kali dimatikan, dituntut untuk baik baik saja oleh semesta.

Serapah ibunya mengoyak rongga dadanya, makian ayahnya menghantam dunianya.
Lantas kemana ia harus mengadu? Dimana ia harus didengarkan?

Tertunduk diam, merengkuh tangis menahan amarah, tidak mengerti apa yang harus dirinya lakukan dan hanya berharap agar waktu berlalu dengan cepat. Membawa sakit sakit hati yang semakin menyesak.

Pikiran nya berkecamuk mengingat bagaimana rama memukul kepala nya, bagaimana rama menginjak perut nya, bagaimana rama mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya.

Bahkan mama? Tidak ingin bertemu dengan nya. Sebenci itukah putri anira terhadap nya, bahkan kesalahan itu, tak pernah gadis itu lakukan.

Alisa menahan air mata yang akan jatuh di pipi tirusnya. Kepalanya sakit, serta semua badannya terasa remuk. Hanya untuk berjalan gadis itu terletih letih.

Hari sudah malam, gadis itu bingung akan kemana, ia tak mempunyai tujuan sama sekali.

Agaknya tuhan memberkati gadis malang itu, keyla, gadis itu sedang turun dari mobil. Agaknya gadis itu akan berbelanja, tanpa pikir panjang alisa melangkah mendekati keyla. Gadis itu yakin keyla masih berbaik hati menolong nya.

"Key" panggil alisa dengan senyuman nya, serta lambaian tangannya.

Sang empu yang dipanggil celingukan mencari sumber suara seseorang memanggil dirinya. Karena keadaan gelap, keyla tak melihat seseorang yang memangil nya. Ketika seseorang itu sudah di hadapan keyla, memandang gadis itu yang sudah lebam dimana mana. Keadaan sangat kacau, tetapi ia masih bisa tersenyum.

Senyuman alisa tak dibalas oleh sahabat kecilnya, bahkan hanya ada tatapan benci di wajah keyla.

Keyla memandangi alisa datar, ekspresi nya menunjukan bahwa keyla tak suka dengan keberadaan alisa disini.

Keyla melengos pergi meninggalkan alisa tanpa sepatah kata apapun. Tetapi hal itu di dicegat oleh alisa, gadis itu memegangi tangan keyla.

Keyla menepis tangan alisa kasar. Keyla mendorong alisa, sehingga gadis itu terjatuh di tanah.

"Shhh" alisa meringis kesakitan, ketika batu mengenai tangannya. Bahkan tangannya sudah terluka akibat batu yang tajam.

"Gak usah pegang pegang anjing, gue gak mau ketularan kriminal kayak lo" ucap keyla enteng, mengambil desinfektan di tasnya.

Air matanya lolos, mendengar ucapan keyla, sahabat kecilnya. Gadis itu bingung bagaimana  keyla bisa tau? Apa ada orang yang memberitahukannya. Ingin sekali alisa tertawa, menertawai kehidupan nya yang tak ada kata bahagia di setiap harinya. Gadis itu benci dengan dirinya, bahkan ia benci dengan kenyataan yang terjadi saat ini.

"Key, itu bukan gue, itu fitnah gue gak pembunuh, lo harus percaya sama gue key" ucap alisa meyakinkan keyla.

Keyla memandangi alisa jijik, melihat wajah nya saja keyla sudah muak. Bagaimana gadis didepannya berkata jika ia bukan pembunuh. Padahal sudah jelas ada bukti sebuah foto jika ia melakukan hal krimal terhadap tante nya sendiri.

"Seharusnya lo di penjara, bukanya malah keliaran kayak gini, nanti banyak korban yang lo bunuh" ucap gadis itu sedikit menjauh ketika alisa mencoba menggapai tangan nya.

Alisa memejamkan matanya, air mata sudah deras berjatuhan di pipi nya. Tidak ada seseorang yang mempercayainya.  Se menyedihkan itu kah hidup nya.

Alisa salah jika mengatakan masih ada seseorang yang mempercayai nya, keyla, gadis yang sudah sedari kecil ia ajak enggan untuk mempercayai nya dan mendengarkan kebenaran nya.

"Gue bukan pembunuh key, gue gak pembunuh" lirih alisa menunduk, yang masih duduk di tanah.

"Kalo bokap lo gak bisa penjara in lo, biar gue yang masukin lo ke penjara" keyla sudah mengotak atik ponsel nya menelpon seseorang yang dipastikan itu adalah polisi.

Gadis itu menggeleng kan kepala, sungguh ia takut. Ia tak ingin disiksa lagi nantinya. Gadis itu tau betapa buruk nya di penjara.

"Jangan key, gue mohon jangan, jangan laporin gue, gue mohon, gue gak bersalah ini fitnah" ucap alisa yang bicara kebenaran. Gadis itu memohon, bersimpuh di kaki keyla agar gadis itu tak melaporkan nya ke polisi. Sungguh gadis itu takut.

Tangannya bergemetaran ketika sambungan itu terjawab. "Halo pak ini saya mau melaporkan ada pem---" ponsel itu terjatuh di tanah, bukan alisa penyebabnya, melainkan sosok laki laki yang berada di belakang keyla.

"SIALAN HP GUE" teriak keyla histeris melihat ponsel nya yang tergeletak di tanah. Keadaan ponsel nya sangat mengenaskan.

"R yan?" Alisa terkejut ketika melihat yang membanting ponsel keyla adalah ryan.

"Jangan menghakimi orang lain ketika lo gak tau kebenaran nya sedikit pun"  ucap laki laki itu memandangi keyla remeh, dengan berlipat tangan di dada nya.

"Dia itu pembunuh, dan pembunuh harus di laporin penjara, di gak pantes berkeliaran disaat dia udah membunuh tantenya sendiri" ucap keyla menunjuk alisa dengan telunjuk nya. "Dia seharusnya dapet hukuman yang lebih berat, bukannya malah bebas seperti ini. Dia seharusnya hukum mati, lagipula gak ada gunanya dia hidup, nyusahin orang aja dengan  penyakitan nya itu" ucap keyla menusuk.

Ucapan keyla membuat hati alisa seperti ditusuk benda tajam. Alisa tak pernah menyangka jika keyla, teman semasa kecilnya akan berkata seperti itu terhadap dirinya.

"Dia sahabat lo kalo lo lupa" ucap ryan dengan tatapan datarnya.

"Cih, jijik gue sahabat an sama orang krimal kayak dia, mulai detik ini dia bukan sahabat gue, mana mau gue punya sahabat pembunuh kayak dia" ucap keyla enteng, keyla tidak tau jika sedari tadi alisa menahan tangisannya agak tak terdengar sedikit pun hanya ada air mata yang bercucuran di pipi nya.

Alisa sudah menganggap keyla seperti saudara nya sendiri. Tetapi dengan enteng nya gadis itu tak mempercayai nya dan malah semakin menyudutkan nya.

"Mending lo pergi, sebelum gue laporan lo  ke polisi atas kasus penuduhan" ucap ryan mengangkat alisnya tajam.

Keyla mengepalkan tangannya, menatap tajam alisa yang masih duduk di tanah. "Dia itu pembunuh ryan, pembunuh! Harusnya lo jauh in dia bukan bela dia" rahang ryan mengeras mendengar ucapan keyla. Ingin sekali ryan memukul wajah di hadapan, jika saja manusia di hadapan bukan perempuan, sudah di pastikan wajah nya sudah babak belur akibat pukulan ryan.

"Pergi!" Ucap ryan tegas, menatap tajam keyla yang masih memandangi alisa dengan penuh kebencian.

Keyla melengos pergi meninggalkan alisa dan ryan.

Tangisan alisa pecah, ketika keyla sudah pergi dari hadapan nya. Gadis itu terisak dalam duduknya. Kepalanya menunduk mencerkam batu dengan kuat menyalurkan rasa sakit nya malam ini.

Malam ini gadis itu benar benar hancur, diusir oleh papanya, tak dipercayai oleh sahabat kecilnya. Ingin sekali rasanya gadis itu berteriak sekuat tenaga meluapkan rasa sakit nya.

Uluran tangan membuat alisa mendongakkan kepalanya ke atas. Gadis itu melihat ryan yang memandangi nya dengan senyuman tipisnya. tatapan teduh itu membuat alisa merasa kan masih ada seseorang yang mempercayainya.

"Gue percaya sama lo" ucap ryan tersenyum tipis. Mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri.





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALISA ANANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang