: 33

386 12 2
                                    

Bibir pucat itu terus saja bergetar merasakan perutnya yang seperti tertikam ribuan pisau. Gadis itu rasa ia sedang mandi es, tubuhnya terasa sangat dingin. Sangat dingin rasanya, sungguh gadis itu butuh pelukan sekarang juga. Memejamkan matanya seraya bergumam memangil mama. Gadis itu butuh sosok ibu, meringkuk di atas kasur dengan keadaan yang tak bisa di bilang baik baik saja.

Sensasi dingin menjalar di tubuh nya, gadis itu menggigil kedinginan padahal ac di dalam kamar nya sudah di matikan tetapi tubuh terasa terkena hembusan angin yang kencang. Sesekali meringis merasakan rasa sakit bekas pukulan di seluruh tubuh nya.

Pintu terbuka, alisa hanya melirik sekilas samar samar ia melihat dua laki laki dengan gaya angkuhnya berdiri di ambang pintu. Alisa tak jelas melihat nya tetapi ia yakin jika itu adalah kedua abang abangnya.

Menarik sudut bibir nya, laki laki itu mendekati gadis yang meringkuk di atas kasur dengan tubuh yang banyak di hiasi dengan lebam lebam. Tanpa belas kasihan laki laki itu menekan luka gadis itu dengan keras sehingga alisa  meringis kesakitan.

Alisa  meminta abang nya untuk menghentikan aksi gilanya itu. Tetapi laki laki itu menulikan pendengarannya, sedikit tertawa kecil diatas penderitaan adiknya, laki laki itu merasa senang atas penderitaan alisa. Menekan dengan keras seraya sedikit memukul nya.

"Udah ka udah berhenti sakit" mohon alisa meringis kesakitan, tubuh nya melemas merasakan siksaan yang diberikan oleh abangnya. Alisa menunduk hingga air matanya jatuh, gadis itu tak ingin abang abangnya melihat ia menangis. Walaupun rasanya wajar jika ia menangis menahan rasa sakit yang di ciptakan oleh abangnya. Sebisa mungkin alisa menahan kakinya agar tidak banyak darah yang keluar dari kakinya. Bagaimana mungkin ia untuk tidak menangis walaupun itu rasanya mustahil.

Shaka mengangkat alisanya tajam, laki laki itu tak senang jika gadis lemah didepannya memohon shaka ebih senang jika alisa melawan nya. Shaka menghentikan aksinya sebelum ia menekan luka alisa ia memakai sarung tangan, laki laki itu tak ingin jika tangannya terkena kuman dari tubuh gadis di depannya. Melepas sarung tangan nya melempar kan di wajah alisa.

Tergelojak kaget alisa memejam kan matanya, wajahnya sudah di hiasi darah dari sarung tangan shaka. Lagi dan lagi shaka menoyor kening alisa sehingga kepala alisa terbentur dinding, tak sampai di situ shaka menjambak rambut alisa sehingga gadis itu mendongak ke atas. Alisa memberanikan membuka matanya, walaupun gadis itu harus menahan rasa sakit di kepalanya ditambah lagi shaka menjambak rambut nya. Pandangan alisa dan shaka bertemu, shaka menarik sudut bibir nya melihat alisa yang meringis kesakitan. Tidak ada lagi permohonan terlontar dari bibir gadis di depannya, gadis itu bungkam tetapi air matanya mengeluarkan cairan bening, dan itu berhasil membuat shaka puas atas hasil nya menyakiti gadis di depannya.

Argantara hanya diam menikmati kelakuan kedua adik adiknya, argantara akui ia juga menikmati pemandangan di depannya. Ia tak melerai ataupun melindungi alisa dari siksaan shaka. Argantara tersenyum tipis melihat alisa kesakitan seperti ini. Benar benar puas dengan hukuman papanya kali ini, biasanya rama hanya menghukum gadis itu dengan menguncinya kamarnya dan tak membiarkan nya makan. Tetapi beda dengan ini, dan yang pasti kedua laki laki itu senang atas hukuman ini.

"Gue mohon lepasin ka kepala gue sakit" permohonan terlontar lagi di bibir gadis itu, shaka menahan amarah nya mengapa harus memohon jika melawan gadis itu bisa.

Shaka mengeram, menguatkan Jambakan di rambut lurus alisa sehingga banyak yang rontok di rambut nya. Melepaskan jambakan nya, melihat tangan nya yang banyak terdapat helai rambut.

Akhirnya gadis itu bisa bernafas lega, walaupun masih sangat terasa sakit di kepalanya. Alisa menunduk ia sangat takut jika shaka kembali menyiksa nya, ia tak mempunyai tenaga hanya untuk melawan shaka.

ALISA ANANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang