Chapter 2.

13 2 0
                                    





Diam adalah emas, tapi kalau kita cuma diem doang ketika ada orang yang kesusahan? Ga bakal bikin kita kaya bro. Yang ada kita jadi keliatan memiskinkan diri sendiri.

Memang benar adakalanya diam itu adalah benar dalam suatu kondisi. Namun, bukan berarti kamu harus diam selamanya agar dinyatakan selalu benar dalam hidupmu. Itu kata Gilang Guntur Samudera.



"Lang."


Males banget. Ada aja yang suka gangguin setiap manusia yang pengen istirahat.


"Gilang."


Sebenernya kalau boleh, Gilang mau minta pengertiannya dikit aja. Baru aja tadi ulangan harian fisika dadakan.


"Gilang, ada yang manggil atuh."


Plis lah, ini baru aja bel istirahat.


"Woy, anjeng lo Lang. Kasian pacarmu tuh ditungguin daritadi."


Ha?

Pacar?

Oke, Gilang mengalah. Dia bangun dari tidur siangnya. Sambil memperbaiki duduknya, dia peregangan sedikit. Siapa si? Menoleh ke arah pintu, ada Naya teman sekelasnya dan...

Asem, udah ngomong apa aja si merah itu.

"Hai!"





Dari kecil sampai sekarang, Gilang itu males banget kalau disuru interaksi sama orang lain. Jangankan ngomong satu-dua kata, ngeliat muka lawan bicaranya aja udah males. Maka dari itu, Gilang selalu berusaha 'mengurangi' luas dari lingkup pertemanannya. Paling tidak dia kenal sama teman sekelas aja udah cukup. Tapi naasnya, orang-orang ekstrover selalu bisa ngancurin dinding pertahanan yang dia buat. Dan salah satu contohnya ya orang ini, yang lagi duduk di bangku sebelahnya sekarang.

Si merah.

"Ini apaan? Wihh kamera lawass. Boleh liat nggak?" Belum dijawab pemiliknya udah dirampas aja tuh kamera kesayangan Gilang.

"Hm, boleh. Tiati, rapuh soalnya." Gilang diam-diam berusaha menyamankan posisinya agar bisa tidur lagi dengan berbantalkan tas di atas meja.

"Omong-omong kita kan udah temenan kemarin." Keknya dia ga bakal bisa tidur lagi deh.

"Terus?"

"Kita ngga jadian sekarang?"

E buset ni anak. Kebelet banget pacaran. Gilang terpaksa merelakan tidur siangnya hari ini, dia kembali menegakkan tubuhnya. Duduk rapi.

"Cakra. Saya ga ada niatan sama sekali buat pacaran sama kamu. Jujur aja."

"Tapi kan kita udah saling kenal?"

"Yakali langsung pacaran." Gilang mendengar hembusan napas tertahan dari lelaki itu. Biar pun Gilang cuekan tipikalnya, ngebuat orang kecewa tetep bukan gayanya. Cakra kemudian diam saja, termagu menatap jendela memerhatikan anak-anak yang sedang bermain voli di lapangan.

MONOKROM (BL INDO) (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang