'Ada beberapa hal yang sulit untuk dilenyapkan dalam hati, salah satunya adalah rasa.'
-Lissy Allea-
Sudah lebih dari satu minggu sejak Fasya marah pada Lissy dan tiada interaksi apa pun. Bahkan, ketika tidak sengaja kontak mata keduanya saling membuang muka. Lissy terlalu takut penolakan dan kata maaf, sebab pernah Lissy membela diri dan memohon maaf pada seseorang namun ujungnya sia-sia dan tidak diterima. Meski Lissy tak bersalah sekalipun ketika itu. Namun, ada hal yang membuat Lissy senang sekaligus sedih di satu waktu sesaat mengetahui Fasya dan Elgard yang semakin dekat satu sama lain seminggu terakhir ini. Kesekian kalinya Lissy mendapatkan kekalahan dalam hidupnya. Rasa senang ketika bisa membuka hati kembali, tidak lama setelahnya selalu saja tak pernah berakhir bahagia.
Lissy memutuskan keluar kelas untuk sekedar berjalan-jalan di area sekitar taman sekolah. Ini yang terakhir kalinya Lissy menginjakkan kaki di rumput taman paling nyaman di sekolah ini karena besok ia harus berangkat ke PTN impiannya untuk melakukan serangkaian seleksi. Headphone di telinganya saat ini sedang terutar lagu milik Henry Moodie yang berjudul Drunk Text. Lagu ini sesuai dengan apa yang dirasakannya saat ini, di tambah dengan semilir angin pagi menyentuh pori-pori di wajah Lissy dengan lembut. Rasanya sedikit tenang, hingga seseorang mengacaukan waktu berharganya secara mendadak.
"Woi!" panggil Elgard. Kemudian Elgard melepas headphone yang terpasang di telinga Lissy dengan paksa.
"Ish, ada apa sih El?" tanya Lissy, kedua alisnya mengkerut karena kesal.
"Lagi dengerin apa sih? Tenang amat?" Elgard memasang headphone itu di kedua telinganya.
"Balikin ga El?!" Lissy mencoba meraih barang miliknya yang dipakai Elgard.
Elgard semakin gencar menggoda Lissy agar tidak bisa mengambil barang miliknya dengan cara berlari mengelilingi taman, sedangkan Lissy mengejar Elgard yang masih saja mengejeknya dari kejauhan karena tidak bisa lagi mengejarnya. Napas Lissy terasa berat untuk mengejar Elgard. Lissy melambaikan tangannya tanda menyerah. Elgard tampak tertawa penuh kemenangan di ujung taman sana, lalu berjalan ke arah Lissy yang terduduk lemas di bangku panjang taman sambil mengatur napas karena kelelahan.
"Nih, lagi galau lu?" tanya Elgard.
"Bukan urusan lo!" jawab Lissy sinis, Lissy merebut paksa kembali headphone miliknya.
"Halah, siapa sih cowoknya? Barangkali gue kenal, biar sekalian gue comblangin kayak lo comblangin gue ke Fasya," ujar Elgard.
Apa boleh gue sebut kalo lo cowoknya? batin Lissy sembari menunduk dengan pura-pura memandangi headphone miliknya. Sebab, jika memandang manik mata Elgard rasanya tak mampu.
"Kok diem?" tanya Elgard.
"Ngga, oh ya cepet jelasin kenapa lo kesini? Ada perlu apa?"
"Gue kesini mau kasih lo kenang-kenangan, Lis. Sekalian buat hadiah karena lo dah berhasil buat gue sama Fasya jadi dekat," ungkap Elgard.
"Apa?"
Elgard mengambil tangan kanan Lissy dan menyematkan gelang di sana. Betapa kagetnya Lissy dengan apa yang dilakukan Elgard baru saja.
"Gimana?" tanya Elgard. Memastikan barang pemberiannya disukai oleh Lissy.
Namun, Elgard tak kunjung mendapat jawaban. Gadis berambut pendek di depannya ini dari tadi hanya terdiam.
"Lis!" panggil Elgard sekali lagi.
"Hah? I-Iya El?" Lissy terkesiap, panggilan dari Elgard membuyarkan lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Breath [TERBIT]
Teen Fiction[CERITA LENGKAP] Apa makna keberhasilan bagi setiap orang? Kesuksesan? Atau mungkin suatu tanda kemajuan dalam mencapai sesuatu dalam hidup? Dia adalah Lissy Allea, seorang perempuan tangguh yang hidup ditengah-tengah tanda tanya. Arah hidup yang sa...