#13 Keadilan Tuhan

45 19 6
                                    

"Tak perlu mengotori tangan untuk membalaskan dendam, cukup tunggu dan menyaksikan. Karma dari Tuhan pasti akan datang memberi hukuman, entah di waktu dan situasi yang seperti apa,"

-Lissy Allea-

Sudah tiga bulan berlalu, akhirnya Lissy dapat secara resmi berkeja di Restoran Spicy Chicken sebagai karyawan tetap. Sejak Mitha tidak lagi bekerja bersama Lissy, hidupnya menjadi tenang. Tidak ada lagi yang menyindir atau sekedar mengganggunya lagi. Karyawan lain pun merasa demikian, tak jarang mereka juga mendapat sindiran maupun sikap yang tidak menyenangkan dari Mitha. Di tempat kerjanya ini, Lissy mendapatkan banyak teman yang mendukung dan membantunya dalam pekerjaan. Sehingga, Lissy merasa nyaman untuk dapat berproses menjadi pekerja yang profesional.

Lissy mengendarai Scoopy-nya sore ini di jalan raya yang lumayan penuh dengan orang-orang pulang dari tempat kerja.

Mata Lissy memincing melihat banyak sekali polisi di depan. Lissy curiga jika akan ada pemeriksaan surat-surat kendaraan. Lissy berhenti sejenak di tepi trotoar untuk memeriksa semua surat-surat kendaraannya di dalam dompet.

"Aduh, bawa nggak, ya?" gumam Lissy panik sembari mengecek satu per satu ruang di dompetnya.

Saat melihat laminating STNK dan BPKB miliknya di salah satu ruang di dompetnya, Lissy merasa lega. "Akhirnya, ketemu juga,"

Lissy meletakkan dompetnya di dashboard depan motornya agar nanti sewaktu melewati para polisi di depan akan lebih memudahkannya. Lissy kembali melanjutkan perjalanannya. Sesaat mendekati para polisi dan mobil mereka yang berbaris beruntun di samping trotoar, para polisi itu hanya mengarahkan kendaraan agar tetap melaju. Beberapa dari mereka ada yang sibuk dengan handy talky-nya. Lissy penasaran dan turun dari sepeda motornya hanya untuk sekedar bertanya.

"Sore Pak, apakah ada pemeriksaan surat-surat kendaraan?" tanya Lissy pada salah satu polisi.

"Sore, Kak. Tidak ada pemeriksaan surat-surat hari ini, silakan untuk melanjutkan perjalanan," balasnya.

"Lantas, ada apa, ya, Pak kok banyak sekali bapak-bapak polisi di sini?" tanya Lissy lagi.

"Kami sedang melakukan penangkapan kepada empat orang wanita yang terjerat kasus narkoba," terangnya.

"Oh, baik, Pak. Terima kasih penjelasannya, permisi!"

Lissy kembali ke sepeda motornya. Sesaat akan menayalakan motor, Lissy mendengar keributan dari sekelompok wanita yang di borgol tangannya dengan wajah tertutup baru saja keluar dari Golden Serenity Hotel. Sepertinya, polisi berhasil menangkap mereka.

Kok, kayak pernah kenal mereka, ya, tapi di mana dan siapa? batin Lissy.

Lissy mencoba untuk tidak menghiraukannya dan melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah untuk pulang. Namun, di tengah perjalanan, Lissy melihat punggung seseorang yang familiar di matanya sedang berjalan sendirian di trotoar. Setelah melewati orang itu, Lissy menengok dan ternyata orang itu adalah Fasya. Ia sedang menangis. Refleks, Lissy mematikan mesin motornya dan menghampiri Fasya.

"Fasya!" panggil Lissy.

Fasya mendongakkan kepalanya. "Lissy?"

"Kok, lo nangis? Lagi ada masalah?" tanya Lissy hati-hati.

Fasya mengangguk.

The Second Breath [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang