#12 Melangkah

42 18 11
                                    

Percaya bahwa setiap langkah menuju ke hal-hal yang baik akan selalu bernilai,

-Lissy Allea-

Satu bulan berlalu sejak kepulangan Lissy ke rumah, keadaan rumah tidak ada masalah hingga Lissy mengungkapkan jika ia bekerja di restoran cepat saji. Orang tua Lissy tidak lagi mengekang Lissy, mereka membiarkan Lissy untuk mengambil pilihan dalam hidupnya dan melakukan apa pun yang ia suka. Lissy senang karena keputusannya untuk memaafkan dan pulang tidak salah.

Lissy menata ulang hidupnya setelah keterpurukan yang menimpanya. Satu bulan itu, Lissy gunakan untuk fokus memperbaiki mentalnya sembari bekerja seperti biasa. Setiap hari, Lissy selalu menyempatkan bermeditasi untuk menyeimbangkan jiwa, raga, dan pikirannya. Sesekali, Lissy juga mengunjungi Komunitas Sejiwa Peduli dan bertemu Alan untuk menjaga komunikasi dengannya. Alan menjadi seseorang yang memiliki peranan penting dalam proses penyembuhan dari semua pergolakan jiwanya. Sampai-sampai, Lissy menjadi sangat akrab dengan Alan.

Saat ini, Lissy sedang siap-siap berangkat ke tempat kerjanya. Ia berharap, Mitha tak mengganggunya hari ini. Lissy tak pernah lupa meminta kepada Tuhan agar Mitha dapat kembali ke jalan yang lurus dan selalu berdoa di setiap langkah yang ia ambil setiap harinya ke tempat kerja dapat bertransformasi menjadi hal-hal baik.

"Mau berangkat kerja?" tanya ayah.

"Iya, Yah. Berangkat dulu, ya, Assalamualaikum!" pamit Lissy.

"Waalaikumsalam, hati-hati!" balas ayah.

•••

Sesaat sampai di tempat kerja, terdapat keributan di ruang khusus istirahat karyawan. Lissy yang baru sampai jadi takut jika akan terjadi sesuatu yang buruk. Semua karyawan, baik yang magang maupun dalam masa training diminta berkumpul di sana oleh Pak Hendra, supervisor.

"Telah hilang uang senilai satu juta seratus delapan puluh dua ribu rupiah kemarin di tempat kasir. Kasir melaporkan jika pendapatan kemarin berkurang. Komputer yang terhubung dengan CCTV masih dalam keadaan error dan dalam masa perbaikan saat ini. Jika ini dilakukan orang luar, baiknya kita lebih hati-hati! " ungkap Pak Hendra dengan tegas.

Semua yang ada di ruangan itu diam mendengarkan. Tidak ada yang berani bersuara sedikit pun. Hingga, telepon masuk dari staf teknisi komputer yang mengabarkan pada Pak Hendra jika komputer telah selesai diperbaiki dan video CCTV itu sudah dapat diputar. Staf itu mengirim video CCTV yang ada di komputer ke ponsel Pak Hendra.

Pak Hendra menghubungkan ponsel miliknya ke televisi besar di ruang karyawan untuk memutar video CCTV.

"Mari kita lihat, siapakah pelakunya?" ujar Pak Hendra.

Semua di ruangan itu terkejut melihat pelakunya. Ternyata, yang mengambil uang di kasir itu adalah Mitha. Betapa malunya Mitha melihat seluruh mata yang saat ini memandanginya dengan tatapan hina.

"Saya nggak nyangka kamu pelakunya, Ta!" kata Pak Hendra dengan tatapan tak percaya. Karyawan yang tujuh tahun bekerja di tempat ini berkhianat.

"Maaf, Pak. Saya terpaksa melakukan itu," balas Mitha sembari menunduk dan menangis.

"Buat apa uangnya?" tanya Pak Hendra.

"Bayar pinjol, Pak," jawab Mitha singkat.

"Apa pun itu, mencuri itu tidak dibenarkan!" ujar Pak Hendra dengan nada meninggi.

The Second Breath [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang