#9 Simbol Semicolon

43 15 4
                                    

"Harapan itu pasti kembali, seiring dengan perjalanan waktu yang membawa pada titik balik kehidupan,"

-Lissy Allea-

Lissy baru saja menelepon Anggika untuk sekedar mengabari bahwa saat ini dirinya sedang dirawat di rumah sakit dan mendapat kabar bahwa nyaris saja Lissy gagal dalam masa training-nya. Sebab, Pak Hendra, supervisor Spicy Chicken di tempatnya bekerja memberikan kesempatan kedua untuk Lissy. Lissy juga baru saja menjalani sesi konseling dengan psikiater, Lissy merasakan kelegaan ketika bisa mengeluarkan semua uneg-unegnya selama ini. Lissy mendapatkan diagnosa MADD (Mixed Anxiety and Depressive Disorder) oleh pskiater yang menanganinya. Lissy juga mendapatkan beberapa obat dari diagnosa psikiater.

Hari ini, Alan datang lagi. Kali ini ia datang dengan membawa banyak sekali makanan untuk Lissy.

"Hai, gimana kondisi lo?" tanya Alan dengan senyumnya yang merekah.

"Jauh lebih baik, makasih, ya, berkat lo gue jadi merasakan sesuatu yang begitu menenangkan hari ini. Gue didiagnosa MADD sama psikiater, gue lega akhirnya semua uneg-uneg gue tersalurkan ke orang yang tepat," ungkap Lissy.

"Gue seneng dengernya. Oh, ya, ini gue bawa banyak makanan, lo makan, ya," katanya sembari meletakkan makanan-makanan yang dibawanya ke dalam nakas samping bankar Lissy.

"Iya. Oh, ya, Al. Gue mau tanya sesuatu boleh?" tanya Lissy.

Alan mengangguk. "Tanya apa?"

Lissy menunjukkan tato non-permanen yang ditempelkan Alan kemarin. Hingga sekarang, Lissy masih belum mengetahui makna dibaliknya.

"Itu tato semicolon, Lis. Itu simbol sebenernya. Semicolon project yang digagas sama Amy Bluel ini punya maksud. Isinya kayak gini kalo nggak salah, ...," ucap Alan sembari mengingat-ingat.

"Simbol itu dipakai saat penulis seperti memilih untuk mengakhiri sebuah kalimat, tapi ternyata nggak jadi. Ibaratnya, penulisnya adalah lo sendiri dan kalimatnya adalah hidup lo. Begitu pula maksud tato titik koma ini. Dia menjadi sebuah gambaran fisik dari kekuatan seseorang dalam sebuah perjuangan batin," jelas Alan dengan sangat rinci pada Lissy.

Lissy mengangguk. Lalu tersenyum ketika telah mengerti arah pembicaraan Alan. "Wah, gue dapat ilmu baru sekaligus nasehat buat tetap bertahan,"

Alan tersenyum simpul. "Maaf kalo pertanyaan gue mungkin sedikit buat lo ke-trigger. Lo ada keluarga?" Alan bertanya dengan hati-hati.

Lissy menunduk. "Ada. Tapi gue kehilangan peran mereka di hidup gue."

"Terus setelah lo sembuh nanti, lo mau kemana?" tanya Alan.

"Gue nggak tau, gue masih bingung," ujar Lissy.

"Gue ada komunitas Sejiwa Peduli, kebetulan gue founder-nya. Gue punya basecamp yang dijadikan satu sama kantor Sejiwa Peduli. Kalo lo masih takut buat pulang, lo bisa ke sana. Di sana dipisah, kok, ruang buat cewek sama cowoknya. Kalo minat juga, lo bisa bergabung menjadi keluarga Sejiwa Peduli. Di sana lo akan mendapat sesi konseling bersama ahlinya dan tentunya temen-temen baru yang akan saling support," jelasnya sembari tersenyum ramah.

"Lo baik banget, padahal kita baru kenal," ucap Lissy. Ia merasa tidak enak hati dengan Alan yang notabane-nya orang asing.

The Second Breath [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang