#15 Napas Kedua

58 21 26
                                    

Kita tidak pernah tau, hingga kita mencoba dan menang,

-Lissy Allea-

Lissy baru seja keluar dari restoran dan hendak pulang. Di parkiran motor, Lissy masih ragu untuk menyalakan motor miliknya. Anggika yang melihat itu, menghampiri Lissy yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas speedometer.

"Kok, masih di sini?" ujar Anggika.

Lissy mendongakkan kepalanya, mendapati Anggika yang sedang mengacak pinggang. "Bingung,"

"Pulang tinggal pulang, kok, bingung, aneh, lu!" seloroh Anggika.

"Nggak tau," jawab Lissy seadanya.

"Kenapa? Soal Alan?" tanya Anggika seolah mengerti alasan Lissy bertingkah lagi, hari-hari sebelumnya juga sama seperti itu.

Lissy mengangguk. "Tau aja!"

"Ya, taulah, orang tiap hari lo chat gue bahas Alan mulu," kata Anggika.

Lissy hanya terkekeh. "Hehe,"

"Apa, sih, yang masih buat lo ragu buat jadian sama Alan? Gue kasih tau, ya, Alan itu cowok super langka yang green flag parah kalo lo nggak segera sama dia, jangan nangis kalo di ambil orang! Lagi pula, lo itu cantik dan pekerja keras, dan Alan juga udah nerima lo apa adanya," jelas Anggika.

"Tapi, Alan bilang mau nunggu sampai gue mau jawab," sanggah Lissy.

"Ya, nggak, selama ini juga kali, Lis. Sebulan loh!" ucap Anggika.

"Lo udah suka, kan, sama dia?" sambung Anggika.

Lissy bergeming. Ia masih belum bisa menjawab pertanyaan Anggika. Karena, ia bingung dengan perasaannya sendiri saat ini.

"Gue cuma takut aja nanti kalo misal, nih, jadian sama Alan terus dikenalin sama orang tuanya yang tajir melintir. Pandangan mereka apa coba ke gue nanti? Gue cuma pelayan resto, Nggi," jelas Lissy.

"Ya, elah, lo itu terlalu takut sama hal-hal yang belum pasti dan belum lo coba. Buktinya, nih, dulu lo, kan, sempet terpuruk dan sekarang bisa bahagia lagi. Lo, kan, nyoba buat bangkit dan akhirnya berhasil, coba pikirin maksud gue," terang Anggika.

Lissy kembali bergeming. Apa yang dikatakan Anggika ada benarnya.

"Ya, udah, ya, Nggi. Makasih saran lo," ujar Lissy lalu menyalakan mesin motornya.

"Yoi! Kalo bingung lagi, jangan lupa pegangan sama tiang listrik, ya!" sahut Anggika sembari menertawai Lissy yang menatap horor ke arahnya.

•••

Malam ini Sejiwa Peduli sedang ada kunjungan ke panti asuhan untuk memberikan sumbangan. Lissy yang baru pulang dari kerja dan langsung menyempatkan untuk datang. Di sana sudah ada Alan yang berbicara di depan anak-anak panti sembari membawa dua boneka di tangan kanan dan kirinya. Sepertinya, Alan sedang mendongeng. Lissy bergabung dengan tim Sejiwa Peduli yang lain, mereka sedang mempersiapkan kado untuk anak-anak panti ini.

Di sela-sela itu, Lissy mencuri pandang ke arah Alan. Lissy menatap Alan dengan perasaan kagum. Laki-laki dengan segudang prestasi dan multitalenta itu satu bulan yang lalu menyatakan perasaan padanya. Lissy terkadang merasa tak percaya, laki-laki sehebat itu memilih dirinya yang sangat jauh dari kata sempurna.

The Second Breath [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang