Virus Vampire

22 7 0
                                    

Di dunia ini, terdapat banyak hal yang tidak masuk akal. Termasuk juga virus mematikan yang membunuh banyak orang, mereka menyebutnya, 'Virus Vampire'.

"Vis!"

Gadis yang bernama Avis itu menoleh, menatap orang yang memanggilnya tadi.

"Apa?" tanya Avis dengan wajah penasaran, tasnya tanpa sadar dia jatuhkan. Sembari memberikan gestur meminta maaf kepada orang di depannya, Avis mengambil kembali tasnya.

"Katanya virus 'Vampire' memakan banyak korban lagi ya, apalagi virus ini nyebar lewat nyamuk. Lebih serem daripada demam berdarah!"

"Masa sih? Serem banget kalo gitu!" Avis menatap tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan temannya, dia bahkan memeluk tasnya karena merinding.

"Iya! Mereka yang meninggal karena virus ini tuh mati kekurangan darah, kayak digigit pampirr.... Misal nih, lo digigit nyamuknya pagi. Siang itu lo bakalan ngerasa lemes, terus sorenya tiba-tiba Lo meninggal."

Saking tak percaya dengan ucapan temannya, Avis menjatuhkan tasnya lagi. Dengan wajah malu dia memberi gestur meminta maaf, Avis mengambil kembali tasnya yang terjatuh.

Tanpa diduga, suara bel masuk sekolah berdering. Dengan terburu-buru mereka berlari menuju kelas, beberapa kali Avis hampir tersandung karena ada lumayan banyak murid yang hampir telat.

Tanpa sadar langkahnya berhenti, dirinya menatap seorang pria tampan yang sedang memegang buku catatan.

Jantungnya berdebar, matanya terus menatap lekat pria yang tidak pernah ditemuinya. Pria itu meletakkan buku catatannya dan melambaikan tangan ke arah Avis, belum sempat Avis membalas lambaian tangannya dia sudah terlebih dahulu diseret oleh temannya.

Mereka akhirnya sampai di kelas dengan selamat, tidak terkena hukuman maksudnya. Kelas cukup sunyi setelah pelajaran dimulai, hanya ada suara guru mereka yang sedang mengajar.

Suara ketukan pintu membuat semua murid di kelas mengalihkan pandangan, setelah pintu dibuka tampaklah Kepala Sekolah. Mereka membicarakan sesuatu sebentar, tak lama kemudian Kepala Sekolah mengizinkan seseorang masuk ke kelas.

Pria tampan yang tadi dilihat oleh Avis memasuki kelas, membuat keadaan kelas sedikit ribut. Beberapa ada yang berbisik-bisik bertanya siapa yang masuk, tapi mereka sama-sama tidak tahu.

"Perkenalkan, ini dokter yang akan memvaksinasi kalian. Dokter, boleh berkenalan terlebih dahulu."

Pak Guru mempersilahkan pria tampan yang merupakan seorang dokter itu untuk berkenalan, pria tampan itu tersenyum kecil yang membuat semua siswi di kelas itu menjerit dalam hati.

"Perkenalkan, nama saya Allen. Di sini saya bertugas untuk memvaksinasi kalian, mohon bantuannya." Suara lembut pria itu merasuk dalam telinga Avis, senyumannya terekam dengan jelas di otaknya.

Murid-murid mulai berbaris dengan rapi, menunggu giliran untuk divaksinasi. Ketika sedang memvaksinasi orang Allen tetap tersenyum, membuat para siswi tidak sabar untuk divaksinasi.

Kini giliran Avis, Allen tetap tersenyum menatap Avis. Jantungnya kembali berdebar, Avis memalingkan wajahnya.

Semua orang sudah divaksinasi sekarang, Allen  berpamitan pergi. Tidak lupa sebelum pergi dia melambaikan tangan kepada murid-murid di kelas, senyuman ramahnya terpasang kembali.

"Hei!" Seseorang memanggil Allen dari belakang, wajahnya sudah pasti tidak asing untuk Allen.

"Ada apa lagi? Aku sibuk, Manuel." Allen menatap kesal Manuel yang berada di depannya, dia tidak punya waktu untuk ini.

"Sibuk? Kurasa itu yang terakhir, karena targetmu sudah tercapai. Lagipula kau memakai yang lebih mematikan daripada biasanya kan?"

"Daripada mengurusi diriku kenapa kau tidak melanjutkan target '1000 orang'?" Allen berbalik, mengambil langkah untuk pergi.

"Tapi aku heran, kenapa vampir bangsawan sepertimu mau menjadi manusia. Padahal kau tidak kekurangan apapun," kata Manuel sembari  bertanya-tanya sendiri.

"Bunuh 1000 orang tanpa meminum darah mereka, adalah satu-satunya cara untuk para vampir bisa menjadi manusia lagi. Itu tawaran yang cukup menggiurkan, daripada hidup abadi tapi kesepian."

Sunyi, diantara mereka kini tidak ada percakapan satupun. Suara teriakan yang cukup nyaring membuat mereka terkejut, mereka melihat asal suara tersebut.

Suara itu berasal dari lantai 2, atau lebih tepatnya kelas 2-2. Kelas tempat Avis berada tadi.

"Sepertinya sudah mulai, mau lihat bersama?" tanya Manuel kepada Allen, setelah menimbang beberapa saat, Allen setuju.

Allen berubah menjadi burung gagak dan hinggap di pohon dekat kelas itu, sedangkan Manuel berubah menjadi nyamuk dan memasuki kelas itu. Pemandangan yang terlihat disana membuat Allen terkejut, seolah merasa tidak mungkin.

Di tengah tumpukan mayat teman-temannya, hanya Avis yang masih hidup. Bahkan tidak ada satupun gejala virus itu padanya, itu semua ... terlihat tidak masuk akal.

The End

Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang