Surat?

6 4 1
                                    

Hari ini hari Senin, hari yang paling sering menerima hujatan dari para manusia. Terutama murid sekolah, tapi tunggu dulu! Kalian pikir para guru juga tidak membenci hari Senin?

Bagi sebagian guru juga, hari Senin itu merupakan kutukan. Yah ... seperti yang dialami Sinta saat ini.

Disaat semua guru sedang berada di lapangan melakukan acara, Sinta malah berada diruang guru sembari berkutat dengan layar laptopnya. Enak? Mana ada! Dia selama di ruang guru selalu diawasi oleh Dirga, atau bisa kita panggil senior.

Kenapa dipanggil senior? Karena Dirga merupakan guru yang paling unggul dibandingkan guru yang lainnya, dan termasuk guru yang paling galak.

"Hitungan nilainya masih salah, cepat benarkan." Dengan nada ketus Dirga mengkoreksi hasil kerja Sinta, dia beranjak pergi dari bangku disebelah Sinta menuju ke pojok.

Sementara Sinta sedang terheran-heran, biasanya Dirga akan mencelanya dengan kata-kata kasar jika ada kesalahan di laporannya. Seperti 'Kau ini bodoh ya?' 'Muridmu saja bahkan lebih pintar darimu' seperti itu kira-kira.

Berusaha mengabaikan apa yang dipikirkannya, Sinta kembali membenahi apa saja yang salah tadi. Setelah selesai mengerjakannya, Sinta memanggil Dirga untuk mengeceknya.

Dirga menatap layar laptop milik Sinta dengan serius, disaat seperti ini jantung Sinta berdebar kencang. Psst, ini rahasia kita ya! Sinta sebenarnya menyukai Dirga waktu awal mula bekerja di sekolah ini, tapi karena kelakuan Dirga yang membuatnya darah tinggi akhirnya dia mencoba untuk move on.

"Sudah benar semua, sekarang sana pergi ke kelasmu!" usir Dirga, Sinta yang mendengar hal itu langsung melirik ke arah jam. Sekarang sudah waktunya jam pelajaran, bisa-bisa murid-muridnya ribut di kelas.

Sinta mengambil tasnya dan pergi ke kelas, dalam pikirannya berkecamuk banyak hal. Sementara itu Dirga kini meraih laptop miliknya sendiri dan mulai mengetik satu demi satu kata, wajahnya tampak serius saat menatap layar laptopnya.

Bel istirahat berbunyi, semua murid berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing. Sementara beberapa guru pergi ke ruang guru atau tetap berada di kelas, Sinta termasuk ke golongan yang pergi ke ruang guru.

"Oh Sinta, ini filenya coba kamu cek juga." Dirga memberikan sebuah flashdisk pada Sinta, lalu beranjak pergi dari ruang guru.

Sinta memasang flashdisk itu ke laptopnya, dia membuka satu-satunya berkas file yang ada di flashdisk itu. Ketika membukanya Sinta cukup terkejut, tapi dia tetap membacanya.

Untuk Sinta.

Hei, ini aku Dirga. Sebelumnya aku ingin meminta maaf padamu soal ucapanku yang mungkin cukup keterlaluan.

Kau tahu? Apa yang terjadi padaku sekarang? Aku jatuh cinta, apakah terdengar cukup aneh di telingamu?

Orang itu adalah dirimu, sejak pertama kali bertemu denganmu aku langsung jatuh cinta. Tetapi karena tidak tahu bagaimana caranya berinteraksi denganmu, aku malah membuatmu terlihat kesal denganku.

Jadi Sinta, aku menyukaimu. Tidak perlu membalasnya jika kau tidak mau, aku tidak akan memaksamu.

Tertanda Dirga.

Sinta tertawa kecil melihat surat dari Dirga, dia bisa membayangkan wajah cuek itu menulis surat ini dengan wajah memerah. Sinta memainkan jemarinya di atas keyboard laptopnya, memberikan balasan dari surat Dirga.

Sinta membuka pintu ruang guru, hendak mencari Dirga. Tapi tidak perlu mencarinya jauh-jauh, dia langsung menemukan Dirga yang duduk di sebelah pintu keluar ruang guru.

"Nih, suratmu lucu juga." Sembari tertawa kecil Sinta pergi kembali masuk ke ruang guru, dia membayangkan wajah Dirga yang sedang membaca balasan suratnya.

Di depan, Dirga membuka berkas file suratnya tadi. Isinya masih sama, kecuali dengan tambahan kata terakhir yang tidak dia tulis.

Aku juga menyukaimu :p

The End

Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang