Dimana?

4 1 0
                                    

"Pengen deh isekai ke zaman kerajaan Korea gitu, jadi apa aja terserah deh. Yang penting bisa liatin istananya secara langsung." Aku berangan-angan membayangkan kehidupan di kerajaan, ini semua karena aku baru saja selesai membaca manhwa dengan latar belakang kerajaan Korea kuno.

"Keinginanmu akan kukabulkan ..." bisik seseorang, aku menoleh ke belakang. Tidak ada seorangpun di sini, apakah tadi aku hanya berhalusinasi?

Sekarang sepertinya halusinasiku semakin parah, aku sepertinya bisa melihat istana tempat latar belakang manhwa yang tadi kubaca.

Tapi sepertinya ini terlalu nyata untuk sebuah halusinasi, aku bahkan bisa memeluk pilarnya.

Mataku melirik ke arah seorang dayang yang sepertinya habis berlari, aku hanya menatapnya heran.

"Yang Mulia! Hamba menemukannya!"

Aku menatapnya dengan heran sekali lagi, memangnya dia menemukan apa? Kerang emas? Hiasan rambut yang jatuh?

Tidak lama setelahnya muncul rombongan yang terlihat cukup ramai, aku meyakini bahwa yang berada di depan adalah orang yang dipanggil dayang tadi.

"Yang Mulia! Hamba telah menemukan dayang yang menggoda Yang Mulia Kaisar!" ucap dayang itu sembari menunjuk ke arahku.

Hei! Apa-apaan ini? Aku tidak tahu apa-apa! Baru juga aku datang kesini.

"Rupanya kamu ya, dayang rendahan yang berani menggoda suamiku."

Mungkin wanita di depanku ini adalah seorang permaisuri, lagipula apa salahku? Aku cuma tiba-tiba terlempar di dunia ini.

"Hmph, anda sepertinya sudah gila karena tidak dicintai oleh Kaisar ya? Yang Mulia Permaisuri." Suara siapa ini!? Aku tidak mengucapkannya, tapi aku merasa bahwa suara ini keluar dari bibirku.

"Beraninya!" seru Permaisuri dengan marah, dia mengangkat tangannya. Sementara aku memejamkan mata, sungguh apa salah dan dosaku?

"Berhenti, Permaisuri." Seorang pria datang menghentikan pergerakan Permaisuri, aku membuka mataku untuk melihat siapa orang itu.

"Y-Yang Mulia Kaisar! Ini bukan seperti yang terlihat!" sangkal Permaisuri dengan terbata-bata, Kaisar memalingkan wajahnya dan menarik tanganku.

"Ikut aku."

Aku mengikuti dengan patuh di belakang Kaisar, kami berjalan hingga sampai di sebuah sungai.

"Maafkan aku soal perbuatan Permaisuri," lirih Kaisar sembari menatapku dengan lurus.

"Tidak, itu bukan apa-apa. Aku sama sekali tidak terluka."

Aku menatap air sungai yang jernih, seperti sebuah mimpi.

Sepertinya aku tersandung. Bukan, sepertinya aku terdorong ke dalam sungai. Dan satu-satunya orang yang berkemungkinan mendorongku adalah Kaisar, lalu kenapa dia tidak menolongku?

"Dia tidak lagi berguna." Itulah kalimat yang kudengar sebelum melebur menjadi satu dengan air.

The End

Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang