𝑡𝑢𝑗𝑢ℎ

679 55 0
                                    

Masih berada pada latar yang sama dan tokoh yang sama juga. Keduanya masih sibuk membahas tentang nama panggilan dari masing-masing.

"Lalu salahnya dimana Javi? Memangnya kepribadian yang cocok untuk dipanggil Onel itu seperti apa? Gue rasa, gue fine aja dengan diri gue yang sekarang," herannya

Javi benar-benar membuat Calvin sukses kebingungan mencerna perkataannya. Oh ayolah, kenapa Javi terlalu bertele-tele sih. Apa yang salah dengan panggilan Onel?

"Ya kan saat itu lo dan gue masih sama-sama imut dan menggemaskan," kesal

"Bedebah memang."

Ingin sekali rasanya Calvin meninju dan membanting tubuh Javi di tanah saat ini juga. Apakah para readers setuju?

"So? Gue nggak masalah lo mau panggil gue apa aja. Kemana lo yang dulu yang selalu ngikutin gue kemana pun gue pergi bahkan nggak ada sehari pun gue nggak denger nama Onel terdengar oleh telinga gue. Why, Jav?"

"Lo berubah, lo udah bukan yang dulu. Kepribadian lo yang sekarang terlalu misterius," jujurnya

"Life goes on, lo nggak bisa berdiri di satu sisi aja, Jav. Bukankah sedari dulu lo nggak mempersalahkan hal itu?"

"Seterluka itukah karena percintaan, Cal? Sampai-sampai kepribadian lo nggak ketebak," kini Javi memancing sebuah memori yang Calvin berusaha lupakan

"Nevermind, bagaimana jika kita lanjut Kris?"

Dan panggilan Kris adalah nama panggilan yang sering ia ucapkan kepada Javi yang diambil dari nama belakang pemuda itu.

"Hemmm time zone kayaknya boleh juga. Gimana, Onel?"

"Let's go."

Keduanya benar-benar menuju time zone. Mereka berdua asik menghabiskan waktu bersama untuk membayar semua waktu yang mereka gunakan sehingga lupa untuk bermain bersama. Meskipun hampir setiap saat bertemu, keduanya tak pernah bermain, hanya kumpul dan membahas sesuatu lalu pulang ke rumah masing-masing.


.


.


.


.


"Jadi gimana?"

Hari Senin ini ketujuhnya memutuskan untuk berkumpul setelah pulang sekolah. Ralat, maksudnya hanya Marva, Rai, Calvin dan Javi saja yang bersekolah karena sekolah Lian, Hamza dan Nevan diliburkan.

"Tidak mencurigakan, hanya saja terasa janggal."

"Gapapa, lakukan semuanya perlahan. Jangan terlalu terburu-buru karena kita masih mengemban tugas sebagai pelajar SMA," ingat Marva

Sisanya mengangguk mendengar ucapan Marva. Kini mereka bertujuh merasa bosan karena tak melakukan kegiatan apa-apa.

"Kalian berdua selama dua hari ke mana aja?" Tanya Hamza pada Calvin dan Javi

"Kulineran dan main."

Jawaban yang diberikan Javi membuat mereka menghela napas. Bisakah Javi menjelaskan yang lebih rinci lagi?

"Serah lo dah," pasrah

Javi dan Calvin saling pandang lalu menggedikkan bahu. Keduanya tak merasa salah menjawab, lalu mengapa tanggapan Hamza se-pasrah itu. Keduanya memutuskan untuk meninggalkan markas terlebih dahulu dengan berbagai macam alasan, terutama Calvin. Anak itu harus memberikan alasan yang logis agar tidak ditanya macam-macam oleh Lian.

SURREPTITIOUS (END) || (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang