𝑠𝑎𝑡𝑢

1.8K 94 2
                                    

Pagi hari yang cerah kali ini akan disambut oleh Marva yang sedang memperhatikan murid-murid yang terlambat masuk.

"Marva, ada 10 orang yang terlambat, 2 diantaranya Calvin dan Javi," adu seseorang yang memegang buku catatan

Marva menghela napasnya dan menghampiri Calvin serta Javi.

"Halo, Marva," sapa Calvin seolah ia tak bersalah

"Kali ini apalagi Calvin?"

"Hanya seonggok tikus," sahutnya ringan

"Anak ini," desisnya

"Kalian semua keliling lapangan 3 kali, dan untuk kalian berdua," menunjuk Calvin serta Javi

"Khusus kalian 5 kali putaran," ucapnya tak terbantahkan

"Lo gila?!" Pekiknya tertahan

"Biar kalian kapok," pergi

Mau tak mau, suka tak suka, keduanya menjalankan hukuman yang sudah ditetapkan oleh Marva.

Pagi yang buruk, itu dumelan seorang Javi sedari tadi.

Heyy Javi itu paling benci bekerja keras di pagi hari okay. Jadi bukan salah Javi kalau ia menjalankan dengan malas-malasan.

"Lo duduk," perintahnya pada Calvin

"Belum selesai," kekeh menjalankan hukuman

Javi keras, begitupun dengan Calvin. Karena sifat keduanya yang sama-sama keras, hanya Rai lah yang bisa mengimbangi mereka berdua.

"Duduk, Calvin."

"Berisik, gue belum selesai," lanjut menyelesaikan hukuman

Javi tak sesabar itu untuk melihat Calvin menuruti perkataannya.

Javi menarik paksa pergelangan tangan Calvin hingga mereka berhasil berada dipinggir lapangan. Calvin menghela napas jengah dengan kelakuan Javi yang terlalu over kepadanya. Sudahlah terlalu posesif, sekarang overprotective, besok apa lagi?

"Gue nggak selemah itu, Javi."

"Liat kulit lo, udah merah semua," menunjuk tubuh Calvin

"Lo keliatan cabul kalau nunjuk tubuh gue," candanya

"Iya kah?" Memberikan smirk andalannya

"Bangke, gue aduin Rai ya lo," menunjuk wajah Javi

"Ya ya ya.... tuan muda memang beda," memutar bola matanya malas

Sudah biasa jika Calvin berkata seperti itu. Javi bahkan sudah kebal dengan apa saja yang terlontar dari mulut Calvin.

Tak ingin terlalu lama diam, Javi memutuskan kembali menjalankan hukuman dan Calvin pergi tanpa sepengetahuan Javi. Calvin pergi menuju lapangan indoor untuk bermain basket. Daripada Calvin bosan, lebih baik Calvin bermain basket bukan?

Calvin bahkan sudah asik dengan bola basket ditangannya. Yahh jangan lupakan pesonanya yang hanya mengenakan kaos oblong berwarna putih yang dijadikan dalaman seragam dan celana abu yang melapisi kaki miliknya. Ditambah rambut yang mulai lepek ia kibaskan kebelakang karena menutupi dahinya.

Heiiii pesona macam apa ini?

Saat asik men-dribble bola, Calvin tak sadar jika sedari tadi ia diperhatikan oleh seseorang.

"Seharusnya gue yang lebih pantas jadi kapten basket, bukan si pucet itu," batinnya

Calvin tahu jika ada orang yang mengawasinya. Peduli setan kepada orang itu yang penting tak diusik. Sudah cukup itu saja.

SURREPTITIOUS (END) || (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang