𝑑𝑒𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑏𝑒𝑙𝑎𝑠

389 34 11
                                    

//flashback

Dor.....

Marva mendapat luka tembak pada lengannya kala tanpa sengaja lengah terhadap pergerakan musuh yang semakin intens.

"MARVA, MUNDUR," teriakan Calvin menggema di dalam ruangan yang penuh dengan suara tembakan

Mau tak mau Marva mundur karena kalau ia memaksa untuk bertahan, hal itu akan menghambat pergerakan Calvin. Di luar, Marva mulai melihat siapa yang bisa ia pilih untuk membantu Calvin di dalam sana.

"JAVI, BANTU CALVIN DI DALAM," teriakan itu membuat Javi menembak secara brutal dan langsung memasuki ruangan di mana Calvin berada

Marva masih membantu yang di luar karena ia menggantikan posisi Javi. Yang di luar tak  separah yang di dalam. Masih bisa di handle agar tidak memasuki ruangan. Alasan itu juga yang membuat Marva memilih Javi untuk masuk ke ruangan, karena hanya Javi yang memiliki pergerakan tenang saat melawan musuh. Akan menguntungkan juga jika Javi yang menggantikan ia untuk masuk ke dalam.

Nafas Marva terengah seraya ia mendudukkan diri di lantai begitu saja. Orang-orang yang berada di luar sudah tuntas semua.

"Lo terluka," suara Rai terdengar seiring Marva merasa jika ada sesuatu yang mengikat lengannya

"Lo oke?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Hamza saat tiba di hadapan Marva dan Rai beserta Lian serta Nevan.

"Javi dan Calvin di dalam?"

Baru saja Marva akan menjawab, suara tembakan serta teriakan Calvin terdengar hingga membuat mereka bergegas menuju ruangan di mana Calvin dan Javi berada. Terdengar juga beberapa tembakan yang membabi buta.

"CALVIN...." teriak mereka berlima secara bersamaan

Calvin masih menembak dengan membabi buta dengan Javi yang terus menahan tangan Calvin dari belakang tubuh Calvin. Tak ada satu pun dari mereka berlima yang tahu bagaimana kisah awalnya.

"Y-yesa," suara lirih Rai berhasil menyadarkan mereka berempat dan melihat ke arah Rai memandang

Tak....

Calvin menjatuhkan pistol ditangannya dengan tubuh yang perlahan meluruh. Dengan tangan gemetar, Calvin memangku kepala Yesa yang sudah tak bergerak sama sekali dengan darah yang terus merembes dari tubuhnya.

"Y-yes....."

Suara Calvin terdengar bergetar dengan gumaman tak jelas.

"Cal."

Lian mendekati sang sepupu yang sedang memangku kepala Yesa. Kondisinya buruk dengan darah yang mengalir tanpa henti. Lian memeriksa denyut nadi Yesa dan menghadap mereka yang berada di belakang.

Mereka membulatkan mata kala Lian memberikan gestur menggeleng.

"Yesa udah nggak ada," gerakan bibirnya memberikan kode kepada yang lain

Calvin masih setia memangku kepala Yesa dengan sesekali mengecupi dahinya.

"Sayang bangun, jangan tidur," ucapnya lirih

"Kamu masih punya wishlist banyak sama aku, bangun ya."

Calvin menyatukan keningnya dengan kening Yesa. Calvin diam dengan air mata yang turun.

"Maaf nggak bisa jagain kamu dengan baik."

"Maaf karena aku, kamu harus berakhir seperti ini."

SURREPTITIOUS (END) || (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang