𝑑𝑢𝑎𝑝𝑢𝑙𝑢ℎ𝑑𝑢𝑎

417 34 1
                                    

Setelah ketujuhnya selesai sarapan, Marva mulai membagi orang-orang yang ia yakini untuk belanja. Marva juga harus hati-hati memilih orang karena jika salah milih orang yang ada sia-sia uang yang dikeluarkan untuk membeli bahan-bahan. Nevan, Lian, Rai dan Javi adalah orang yang dipilih Marva untuk membeli bahan masakan.

"Uang udah gue tf ke Rai, beli seperlunya dan secukupnya."

Mereka mengangguk dan pergi untuk belanja. Di vila kini tersisa Hamza, Calvin dan Marva. Ketiganya akan bertugas untuk bersih-bersih villa dan lain sebagainya yang bisa mereka kerjakan disana.

"Semalem lo nggak tidur?" Tanya Marva saat melihat mata Calvin yang sayu tidak seperti biasanya

"Hmmm."

"Tidur gih, kita liburan buat seneng-seneng, jangan sampe lo sakit," ucapnya

Calvin hanya bergumam dan menuju dapur untuk mengambil minum. Air dingin menjadi pilihannya untuk menyegarkan tubuhnya yang sedikit lemas karena belum sempat tidur. Calvin duduk disalah satu kursi disana sembari meminum airnya. Pikirannya kembali berlabuh saat ia pernah sakit karena insomnianya yang kambuh.

"Kamu tuh kenapa bisa sakit gini sih," omelnya sembari mengompres Calvin

"Ya kalo sakitnya izin ke aku dulu juga bakal aku tolak, sayang," sahutnya

"Nyenyenye," cibirnya

"Gemes banget sih kesayangannya Calvin," mencubit pelan pipi Yesa yang membuat sang empu langsung mengerucutkan bibirnya

Calvin terkekeh ringan saat mengingat momen tersebut. Yesa memang selalu bisa membuatnya merasa nyaman dan tenang. Hanya Yesa yang mampu merawatnya dengan baik selain orang tuanya. Apakah akan ada orang seperti Yesa?

Calvin menggeleng ringan guna menghempas pikiran naifnya.

"Pikiran konyol macam apa itu, Calvin," gumamnya pada dirinya sendiri

Calvin bangkit dan menaruh botol bekas minumannya ke tempat sampah. Sepertinya Calvin memang butuh tidur untuk menjernihkan pikirannya. Sedari kemarin pikirannya sudah kesana kemari. Calvin pun memasuki kamarnya dan tidur untuk mengisi daya tubuhnya yang terkuras karena insomnianya.


....


"Calvin mana?" Tanya Hamza saat tak menemukan Calvin di ruang tengah

"Gue suruh tidur. Kayak dia semalaman nggak tidur," jelasnya

Hamza menggelengkan kepala saja dan membuang sampah ke luar. Udara disana masih terbilang sejuk meskipun jam sudah menunjukkan pukul 10. Coba saja lihat udara di Ibukota, jam segini mungkin polusi sudah beterbangan dengan suara bising yang berasal dari banyaknya kendaraan.

Hamza masuk kembali ke dalam vila setelah membuang sampah. Hamza akan bersantai ria sembari menunggu yang belanja pulang ke vila.

"Bosen nggak sih?" Tanya Marva setelah mendudukkan diri di sebelah Hamza

"Bosen sih, masa ngobrol cuma berdua doang kan."

"Itu dia, nggak mungkin juga bangunin Calvin."

"Udah gile bangunin orang yang semaleman nggak tidur, bisa migren itu bocah."

Keduanya memilih hening dengan ponsel di tangan masing-masing. Tak lama, Calvin ikut bergabung dengan mereka. Padahalkan Calvin lagi tidur, kenapa anak itu bangun lagi.

"Kenapa bangun?"

"Nggak bisa tidur," sahutnya dengan tubuh yang sudah terbaring di sofa dengan paha Hamza yang dijadikan bantal untuk menyangga kepalanya

SURREPTITIOUS (END) || (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang