𝑑𝑢𝑎𝑝𝑢𝑙𝑢ℎ𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡

430 37 12
                                    

"Kekecewaan apa yang lo maksud, Calvin?"

Calvin hanya tersenyum tipis, "selesai nanti, silakan tanyakan apa yang ingin kalian tanyakan, gue tau kalau kalian pasti punya banyak pertanyaan kan?"

"Terutama Nevan yang pasti bertanya kenapa bisa ayahnya ada di sana. Benarkan?"

Nevan hanya diam. Apa yang dibilang Calvin benar kalau Nevan pun penasaran kenapa bisa ayahnya ada di sana. Tapi saat ini bukan hal itu yang paling penting, karena yang paling penting adalah 'dia' sudah berada di depan mata mereka.

.

.

.

.

"Bagaimana persiapannya?" Tanya Calvin setelah menyiapkan perlengkapannya

"Sudah, lalu bagaimana Leo?"

"Lakukan sesuai rencana awal, ketua dari 3 tim yang sudah di bagi silakan ajak mereka berenam," menengok ke arah yang lain

"Leo, apa semua yang kamu buat sudah yakin?" Ayah Nevan memastikan kembali dengan rencana yang dibuat oleh Calvin

"100% yakin," jawabnya mantap

Pergerakan dari Calvin membuat yang lainnya menjadi enggan untuk bertanya lebih lanjut kepada Calvin. Semua seolah-olah berputar dengan Calvin yang menjadi pusat.

"Apa mungkin ini yang dimaksud dengan semua ilusi bergerak dengan orbitnya tersendiri?" Batin mereka berenam

Calvin memimpin jalan memasuki ruangan. Calvin bergerak sendiri sedangkan 3 tim yang sebelumnya sudah dibagi, bergerak sesuai rencana yang di buat Calvin. 3 tim tadi benar-benar fokus dengan tugas mereka bahkan suasana juga jauh lebih menegangkan daripada yang sebelumnya.

"Leo, di sini kosong," lapornya melalui eaprhone yang sudah di atur oleh Calvin

"Periksa tempat lain dan hati-hati."

Tak ada yang tahu posisi akurat Calvin saat ini karena Calvin benar-benar bergerak sendiri dan memisahkan diri dari mereka semua. Entah apa yang akan dilakukan oleh Calvin karena mereka kehilangan sambungan dengan Calvin.

Di posisi Calvin sendiri, anak itu sedang dihadapkan dengan 2 orang yang menjadi incaran mereka.

"Kau sudah berani membuka identitas, Leo," tersenyum remeh

"Jangan banyak bicara, apa alasanmu membunuh Kak Jae?"

Jae atau yang bernama lengkap Jaeno Abiyaksa merupakan kakak kandung dari Hamza yang meninggal karena dehidrasi sebab dikurung berhari-hari tanpa makan dan minum. Itu juga menjadi alasan setiap Hamza pulang selalu ditanyai apakah sudah minum atau belum oleh ibunya.

"Siapapun yang mengetahui identitas 'dia' wajib kami basmi."

Calvin tersenyum misterius mendengar jawaban itu. Mari kita lihat, Calvin atau mereka yang akan memenangkan game ini.

"Tapi sayangnya saya sudah lama tahu sebelum kalian menghabisi Kak Jae," ucapnya

Kedua orang yang berada di hadapan Calvin membelalak kala Calvin menyelesaikan kalimatnya. Selama ini ternyata mereka melewatkan target yang harus mereka basmi.

Tanpa mereka sadari, Calvin sudah bergerak lebih dahulu dan berhasil memukul telak rahang keduanya. Calvin menghajar mereka tanpa ampun dan tanpa ingin mengalah sekalipun. Hal itu dapat terlihat dari cara menyerang Calvin yang terlalu liar sehingga musuh kesulitan untuk melihat celah. Kalau selama ini kalian berpikir Calvin benar-benar bolos latihan, kalian salah. Nyatanya Calvin memilih untuk melatih dirinya sendiri tanpa ada yang tahu.

SURREPTITIOUS (END) || (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang