𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑒𝑙𝑎𝑠

436 40 10
                                    

"Onel, jelasin ke gue dulu maksud dari perkataan lo tadi," menahan tangan Calvin

Mau tak mau Calvin menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Javi yang menahan tangannya. Berulang kali Calvin menghembuskan napasnya. Calvin sadar bahwa pertanyaannya itu membuat otak Javi penuh dengan teka-teki, tapi di satu sisi, semua belum waktunya.

"Kris, sekali lagi gue tanya," menatap Javi dengan wajah serius

"Menurut lo, cinta yang berakhir dendam itu masuk akal nggak?"

Javi diam sembari menatap dalam ke arah mata Calvin. Sejujurnya Javi tak tahu harus menjawab apa. Entahlah, firasatnya berkata bahwa ia harus menatap Calvin dan menyelami pemikiran anak itu. Hal itu juga yang malah membuat keraguan di hati Javi semakin meluas. Ada hal yang membuatnya ragu sehingga tak dapat menjawab pertanyaan dari Calvin. 

Memangnya ada cinta yang berakhir dendam?

"Semua hal yang diargumenkan akan berakhir tidak masuk akal, bisa saja masuk akal disaat semua hal yang diargumenkan memiliki pandangannya masing-masing. Semua hal tidak bisa dilihat dari satu sisi saja, ada kalanya semua harus dilihat dari dua sisi." Perkataan Javi itu terlontar tanpa adanya landasan yang pasti. Semua terucap begitu saja layaknya aliran sungai.

Calvin terdiam beberapa saat sebelum akhirnya melepaskan cengkraman tangan Javi. "Kalau memang itu yang ada di pikiran lo, maka lo harus bisa mengakumulasikan segala hal, Kris."

"Onel," menjeda ucapannya. "Apa maksud dari semua ini?"

"Bersabarlah sebentar lagi. Saat hari itu tiba, gue harap tidak ada kekecewaan satu sama lain."

Kata-kata itu berakhir begitu saja menyisakan pemikiran Javi yang penuh dengan tanda tangan. Kalian pasti penasaran kan apa yang di foto oleh Javi? Maka tunggulah disaat mereka bertujuh berhasil meringkus semua 'mereka'.


....


Sore ini, 7 Inti Pilar kembali berkumpul dengan 2 kertas tambahan. Saat ini, total dari kertas yang didapatkan oleh mereka adalah 5 kertas. Tak ada yang tahu pasti mengapa 'mereka' mengirim hal tersebut.

"Nevan dapat ini saat berangkat sekolah," mengangkat salah satu kertas. "Dan Lian mendapatkan ini saat menuju markas," mengangkat kertas satunya lagi. "Sebenarnya apa yang mereka rencanakan?"

"Coba kita baca dulu isi dari surat itu agar kita tahu teka-teki apa yang mereka berikan," Rai berucap sembari menarik dua kertas yang berada ditangan Marva

Rai menaruh kedua kertas itu secara bersebelahan dan membacanya mulai dari kertas yang diterima Nevan, "Bayangan pun bisa menjadi musuh terbesarmu." Rai lanjut membaca kertas yang diterima oleh Lian, "Semua ilusi bergerak dengan orbitnya tersendiri."

Rai menatap mereka satu persatu, "menurut lo semua, ini maksudnya apa?"

Tak ada satupun dari mereka yang menjawab pertanyaan dari Rai. Dibandingkan dengan kertas yang mereka dapatkan kemarin, dua kertas yang baru didapatkan ini lebih susah ditebak karena benar-benar seperti tak ada sangkut pautnya dengan 3 kertas sebelumnya.

"Bukankah dua kertas itu berpacu pada bayangan, ilusi dan orbit?"

"Maksudnya?"

"Begini, kertas yang diterima Nevan bertuliskan 'bayangan pun bisa menjadi musuh terbesarmu' bukankah itu berarti bahwa ada pengkhianatan di sekitar kita? Berarti kita harus mencari tahu siapakah bayangan itu? Gue bisa berasumsi kalau maksud dari kata 'bayangan' adalah orang di sekitar kita, karena menurut pemikiran gue 'bayangan' itu pasti selalu ada saat diri kita terkena cahaya dan pasti selalu ada dengan kita."

SURREPTITIOUS (END) || (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang