𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑎𝑠

513 45 0
                                    

"Rai," panggil Marva

"Kenapa?" Sahutnya tanpa menoleh ke arah Marva

"Gapapa."

Rai mendengus saat mendengar jawaban Marva. Ia pikir ada sesuatu yang penting sehingga Marva memanggil dirinya. Bolehkah ia membanting sang leader?

"Lo ngerasa nggak sih kalau ada yang ditutupin Calvin?"

"Iya, semua nggak buta akan hal itu, Mar," ucapnya setelah menghembuskan asap nikotin

"Hah...." menghela napas berat. "Bagi satu," mengambil kotak nikotin sesapan yang sengaja Rai taruh di sampingnya

Keduanya asik menghisap nikotin sesapan tanpa keduanya sadari jika Calvin sedang memantau mereka melalui cctv tersembunyi disana.

"Calvin terlalu misterius ya?"

"Bukannya dari dulu? Baik sifatnya yang sekarang maupun yang dulu, keduanya sama-sama misterius," menekan ujung nikotin yang ia sesap ke tembok di hadapannya

Marva mengangguk membenarkan ucapan Rai. Tak pernah ada satupun dari mereka yang benar-benar bisa memahami Calvin, bahkan Lian sebagai sepupu pun kadang dibuat heran dengan Calvin.

"Tapi daripada itu, gue rasa hanya Javi yang benar-benar bisa memahami Calvin," lanjutnya

"Lo mungkin nggak akan lupa gimana Javi yang jadi orang pertama tiba di kejadian itu kan? Gue rasa juga Javi yang lebih tau bagaimana kisah aslinya," ucapnya yang membuat Marva lebih memilih diam

"Kita semua nggak ada yang bakal bisa lupa sama kejadian itu Rai. Kejadian dimana seorang Calvin memilih untuk mengubah jati dirinya, gimana bisa kita lupa sama kejadian itu?"

"Apa ada sangkut pautnya sama mereka?" Tebak Rai

"Kayaknya kita satu pemikiran," menatap Rai

Kedua saling adu tatap dengan diakhiri anggukan. Ya benar, keduanya benar-benar memiliki satu pemikiran untuk ini.

Tring....tring.....

Ponsel Marva berbunyi beberapa kali. Sebenarnya sedari tadi sudah berbunyi, hanya saja Marva mengabaikan panggilan itu.

"Siapa?"

"Bokap," mematikan ponselnya

"Contoh anak durhaka," sindirnya

"Bodo amat," cuek

"Hei bro," merangkul pundak Marva. "Lo harusnya bersyukur karena masih ada bokap dan nyokap, lo liat gue, mana tau gue muka orang tua asli gue."

"Ada plus minusnya lah kita."

"Bedebah," menoyor dahi Marva

"Sialan," desisnya

Ya seperti itulah kedua orang itu jika disatukan. Banyak kata-kata mutiara yang dilontarkan keduanya.


....


"Za," panggil seseorang

"Ya?"

"Masalah tugas kelompok gimana?"

"Minggu depankan? Ya udah minggu ini kita kerjain, terserah mau dimana."

"Oke, gue sama yang lainnya atur."

Hamza mengangguk sekilas dan pergi menuju area parkir. Hamza dapat melihat Lian yang baru akan pergi. Awalnya ia akan menyapa, tapi setelah melirik ke arah sekitar, sepertinya bukan waktu yang pas untuk ia bertegur sapa dengan Lian.

SURREPTITIOUS (END) || (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang