𝑠𝑒𝑝𝑢𝑙𝑢ℎ

770 49 7
                                    

"Lo udah sadar?" Pertanyaan itu keluar dari bilah bibir Lian saat baru saja keluar dari kamar mandi ruang rawat Calvin

"Hmm."

Lian membantu Calvin untuk duduk. Yang lainnya sudah pulang untuk membersihkan diri dan sekolah.

"Sakit?"

"Kamu nanyeak?" Julidnya

"Gue serius," menatap Calvin datar

"Mikir lah, abis digebukin Hamza langsung lawan 15 orang. Mana itu badan lebih gede daripada gue," kesalnya

Gimana nggak kesal, baru juga sadar eh ditanyain kayak gitu. Mana ada abis ketusuk nggak ngerasain sakit. Emang rada aneh Lian ini.

"Siapa yang udah gebukin lo?" Suara Lian terdengar tak bersahabat

"Hah...." menghela napas berat. "Biarin ini jadi urusan gue, lo dan yang lain fokus sama pergerakan 'mereka' aja. Setelah ini gue yakin kalau 'mereka' akan bergerak karena merasa udah berhasil adu domba kita," ucapannya terdengar lebih serius dibandingkan yang tadi

"Nggak bisa gitu, kita itu tujuh dan akan tujuh."

"Serah lo Yan, pusing gue," merebahkan tubuhnya

"Aaauuuu....." ringisnya

"Pelan-pelan," membantu Calvin merebahkan tubuhnya

Ceklek....

"Cal," berjalan mendekati Calvin dan menaruh bawaannya di meja samping brangkar

"Kapan sadar?" Tanya Rai sembari mengeluarkan bawaannya

"Tadi."

"Makan? Gue tau lo nggak suka makanan rumah sakit," menyodorkan sendok berisi bubur sum-sum

"Nanti."

"Calvin, gue nggak suka dibantah," nada tanpa intonasi itu membuat Calvin kembali duduk dan menerima suapan Rai

"Kayaknya kalo masalah apes, lo selalu apes deh. Hp ketinggalan di markas, tas isi senjata nggak dibawa, ngelawan musuh pas abis baku hantam sama Hamza. Kurang apes apa lagi lo?"

"Lo kalo mau ngeledek mending minggat," sungutnya

"Canda, kasian bener lo," ledeknya lagi

Calvin mendengus jengah. Mulutnya Rai ini emang tajem banget kayak silet. Kayaknya emang tajeman mulut Rai daripada silet.

"Lo balik sana, ganti baju," titahnya pada Lian

"Sepupu gue."

"Sama gue, balik lo, bau," sinisnya

"Tajem banget mulut lo," celetuk Lian

"Nggak suka? Minggat," fokus menyuapin Calvin

"Lo berdua aja yang minggat, pusing gue," memijat pelipisnya


─────────⊹⊱✫⊰⊹─────────


"Gimana jadinya?"

"Gue yakin setelah ini mereka mulai membuat pergerakan."

"Buat Hamza, jaga jarak dengan Calvin dan mungkin jangan sedekat dengan kita seperti sebelumnya. Buat seolah-olah mereka percaya kalau kita emang udah ke makan hasutan mereka."

"Yang dibilang Nevan benar, intinya kalo dapet info apapun langsung kabarin satu sama lain. Pura-pura percaya sama apa yang mereka bilang."

"Gue harus antar laptop ke Calvin," memotong pembicaraan

SURREPTITIOUS (END) || (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang