Brakkk!!!

653 36 0
                                    


"KAKAK bangun! Katanya mau anterin aku ke bandara!!" suara jennie menggema di kamar Yeji, dibarengi lampu kamar yang tadinya padam kini terang benderang, menyinari ruangan yang cukup besar itu, namun nuansanya agak dark. Karena di dominasi warna hitam.

Jennie menjambak rambut Yeji, karena si empunya kamar masih tidur, seolah tak terusik dengan suara yang menggelegar dari mulut kecil Jennie.

Yeji menjuluki mulut adiknya itu seperti pluit tukang parkir. Yang hadir memekakkan telinga pas ada maunya aja, dan ngajak ribut. Karena Yeji pernah mengalami kejadian ribut dengan tukang parkir disalah satu minimarket terkenal. Jennie pernah protes saat Yeji menjulukinya seperti itu. Namun saat itu mulut Jennie keburu di sumpal dimsum oleh Yeji.

 Emosi Jennie langsung meredam kala merasakan mandu buatan sang Mama yang terasa begitu lezat di mulutnya. Bahkan Jennie pernah mengajak Mamanya untuk jualan mandu. Namun ajakannya itu di tolak mentah-mentah oleh sang Papa yang saat itu sedang duduk di samping Mamanya, sambil menyenderkan kepalanya di bahu istri tercinta.

"Gak ada jennie! Papamu ini masih sanggup membiayai kehidupan keluarga ini. Sampe tujuh turunan malah!"

 Begitulah penolakan mentah dari Papanya, ada embel-embel kesombongan didalamnya. Ya meskipun nada bicara datar, tapi berhasil membuat Jennie gedek mendengarnya. Sombong sekali tuan kim ini!

Kembali ke konteks awal. 

Jennie menagih janji Yeji yang katanya mau mengantarkan Jennie ke bandara untuk menjemput sahabatnya, Karina yang pulang ke tanah air setelah satu tahun tinggal di Korea, untuk bekerja.

"SAAKEEEETT ANJ-"

"ANJ APA? HAH? KAKAK MAU NGATAIN AKU APA HAH!!". Jennie sengaja nyolot duluan, karena ia tau apa yang menjadi latah kakaknya itu ketika merasa terusik.

"Hehe.. Anjeli pacarnya Rahul..". 

Yeji nyengir, meralat kata yang terpotong itu dengan nama tokoh di salah satu film India kesukaan emak-emak. Sambil mengelus rambut belakangnya yang terasa perih, akibat jambakan maut dari Jennie. Mau ngomel, tapi yang mau diomeli sudah memasang tampang garang. Gak bahaya ta?!

"Ayok anter aku!".

jennie tak menerima penolakan dari kakaknya yang sudah berjanji akan mengantarnya ke Bandara pagi ini untuk menjemput Karina. 

Tuan kim, Papa dari dua anak itu sempat melihat dan bertanya apa yang sedang di lakukan kedua anaknya itu, saat mereka berjalan melewati ruang tamu, yang kebetulan saat itu tuan kim baru saja datang setelah memberi makan ikan koi yang ada di kolam samping kanan rumah.

Lelaki yang sudah memiliki dua anak, dengan satu istri yang sangat dicintainya itu, memang agak random orangnya. Kerandomannya, nular ke-dua anaknya itu. Tapi kalau sudah serius apalagi marah, semua dibuat bungkam olehnya. Bahkan lebih baik di telan bumi, dari pada ditelan tatapannya yang tajam itu.

Baru saja Yeji hendak menjawab dan meminta tolong Papanya agar terlepas dari Jennie, adiknya yang sedang menjelma jadi iblis kecil. Bagaimana tidak kecil, badannya Jennie saja memang kecil, mungil, menggemaskan. Tapi kalo marah dan emosi, gak tanggung-tanggung! Tangkuban perahu bisa balik ke wujud semula.  Jennie langsung menjawab dengan sarkas.

"Mau ngajarin anak Papa supaya gak ingkar janji!".

"Ajarin yang bener ya, jennie". Balasan santai dari tuan kim membuat Yeji putus asa.

Papanya sama sekali tidak bisa diandalkan. Ia malah mendukung anak kesayangannya berlaku dzolim terhadap anak sulungnya. Dan sangat disayangkan sekali, pelindung dan pembela Yeji sedang tidak ada. Kini Mama sedang ada di rumah Neneknya. Karena kemarin siang di telepon oleh Ibu mertua, katanya ingin membuat makanan tradisional bernama kue mendut. Lagi pengen katanya. Jennie hampir galfok mendengar nama kue yang akan di buat Mama dan Neneknya itu. Ia sempat bertanya dengan polosnya.

Dokter (Jenlisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang