Jennie baru saja keluar kamar mandi, dengan pakaian yang lengkap, dengan handuk yang membungkus rambut.
Netra Jennie tidak mendapat sosok yang sudah jadi istrinya itu di kamar hotel.
Meskipun beberapa kali ia cari sekitar kamar. Tetap Lisa tidak ada. Yang ada hanya sarapan yang sudah terhidang di meja dekat sofa. Satu piring masih utuh berisi nasi goreng dan toppingnya, sedang piring satu lagi sudah kosong hanya ada sisa bumbu dan minyak yang terlihat di piring itu. Sepertinya Lisa sudah terlebih dahulu sarapan. Dan entah kemana dia itu sekarang.
Jennie mengambil posisi duduk di sofa, lalu menikmati sarapan yang sudah terasa dingin, juga segelas susu putih. Sambil menyantap nasi goreng, Jennie memainkan handphone untuk membalas chat yang belum sempat ia balas tadi.
Indera pendengaran Jennie mendengar suara yang berasal dari pintu, ia segera beranjak menuju pintu. Baru saja Jennie hendak membuka, namun pintu itu keburu terbuka oleh Lisa dari luar.
"Eh, li-lisa.." ucap Jennie, melihat Lisa didepan pintu. Netra mereka bertemu dan saling tatap beberapa detik.
Ada sebuah rasa yang tidak biasa didalam hati Lisa saat mendengar Jennie memanggilnya nya. Entah, apakah Lisa sudah mulai jatuh cinta kepada perempuan yang baru kemarin ia nikahi?
"Dari mana, li?" Tanya Jennie, sambil memerhatikan Lisa, ia memakai celana jeans selutut, baju kaos berwarna navy dan menggenggam goodybag kecil berwarna merah tangan kanannya. Lisa memberikan goodybag itu kepada Jennie. Yang sebelumnya ia ambil sebatang coklat dari dalamnya.
"Ini buat kamu" ujarnya, lalu berjalan melewati Jennie, masuk kedalam kamar. Membawa coklat itu. Setelah melihat isi dari goodybag dari Lisa yang berisi es krim dan coklat untuknya, Jennie tersenyum lebar mendapati dua makanan yang ia sukai. Ternyata Lisa tadi pergi ke minimarket untuk membeli coklat dan es krim.
Jennie menutup pintu, lalu mengikuti langkah istrinyanya, menuju ranjang.
Lisa mengambil posisi duduk di sisi depan ranjang, dengan melipat kaki. Kaki kanan berada diatas paha kirinya. Tangan kanannya memainkan remote tv, lalu memilih film fantasi jadul berjudul Charlie and the Chocolate Factory dari platform channel berbayar untuk ditontonnya. Berkisah tentang seorang pemuda yang bernama Willy Wonka yang memiliki pabrik coklat dengan menyuguhkan banyak fantasi didalamnya.
Jennie sempat mengucek mata melihat judul yang dipilih istrinya itu. Takut salah lihat. Ternyata benar, wanita dewasa yang begitu dingin, galak, judes itu memilih film fantasi untuk ditontonnya saat ini.
Unik emang!
Saat opening film, Lisa membuka coklat yang dibelinya. Lalu menikmatinya.
Jennie ikut duduk namun di sisi kanan ranjang agak berjarak dengan Lisa, sambil menikmati es krim yang diberikan Lisa.
"kamu suka film itu?" Tanya Jennie. Heran sebenarnya dengan pilihan film yang Lisa tonton.
Namun Lisa tidak menjawab, ia masih asyik menikmati coklat sambil menonton.
Sementara itu Jennie sambil menikmati es krim sedang berfikir keras untuk memulai pembicaraan dengan Lisa yang menurutnya penting.
Mau mulai dari mana ya?
"Li-lisa, kita check out jam berapa?". Tanya Jennie masih kaku untuk memanggil Lisa. Namun ia harus terbiasa dengan panggilannya ke Lisa itu.
"Dua". Jawab Lisa dengan singkat padat dan jelas.
Jennie melirik jam bentuk kotak yang menempel dinding. Ada waktu tiga jam lagi.
"Habis dari sini, ke rumah orang tua aku kan,?" Tanya Jennie, lebih kememastikan, karena mereka belum ada obrolan akan tinggal dimana setelah nikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter (Jenlisa)
Romance"YAAA BUKET GUEEE!" teriak Jennie kaget, melihat buket bunga yang akan dihadiahkan untuk Karina, terlepas meluncur dari pelukannya ke lantai, akibat benturan keras yang Jennie rasakan dari seorang wanita yang berjalan terburu-buru, menyenggol lengan...