"Sepertinya kamu sibuk banget ya Lily, sampai lupa kalau masih ada Kakek dan Nenek disini". Sindir Tuan manoban laki-laki berusia 82 tahun itu, memulai obrolan dengan cucu pertama yang baru saja datang, dan duduk di gazebo belakang rumah bersamanya.
"Maaf Kek. Akhir-akhir ini aku memang sibuk. Tapi bukan berarti aku lupa sama Kakek dan Nenek". Lirih Lisa, menjawab sindiran Kakeknya.
Lily adalah nama panggilan Kakek dan Neneknya kepada Lisa.
Kakek dan cucu pertamanya itu memang cukup akrab, tapi juga sering berdebat. Sama-sama keras kepala.
"Lalu bagaimana dengan permintaan Kakek. Apa kamu masih ingat juga?". Tanya Tuan manoban. Lisa terdiam.
Sebenarnya bukan karena kesibukannya, Lisa alpa untuk mengunjungi rumah Kakeknya, namun karena permintaa sang Kakek yang selalu coba ia hindari. Permintaan yang cukup berat Lisa jalani. Permintaan yang pastinya akan merubah kehidupannya 180 derajat.
Ini pun dia terpaksa datang, karena permintaan sang Nenek, yang sangat disayanginya, dan sulit untuk Lisa tolak.
"Lily, kamu masih ingat kan?" Tanya Tuan manoban membuyarkan lamunan Lisa.
Lisa mengangguk pelan.
"Sudah ada keputusan?"
Lisa menggeleng.
"Lily. Usia kamu sudah sangat matang, tua bahkan untuk menikah. Dan nikah itu sudah menjadi kebutuhan kamu untuk menjalankan hidup. Kamu butuh pendamping, kamu butuh partner hidup". Kalimat itu lagi yang Lisa dengar dari mulut Kakeknya.
"Aku masih bisa hidup sendiri, Kek. Aku gak butuh pendamping hidup". Ucap Lisa dengan serius. Hal itu memang yang saat ini ia rasakan.
Lisa sudah nyaman hidup sendiri, dan menjalankan rutinitas sehari-hari, tanpa adanya drama kehidupan sepasang kekasih.
Tuan manoban menoyor kepala belakang Lisa, menyadarkan kalimat yang baru saja diucapkan cucunya itu.
Nah, kalian tau kan, alasan kenapa Lisa suka sekali menoyor kepala belakang Jisoo, dan inilah jawabannya. Ia meniru dari Kakeknya, dan mempraktekan dikepala Jisoo. Bahaya kalau Lisa mempraktekan balik di kepala Kakeknya.
"Kakek tuh mikirin hidup kamu Lily! Umur udah tua masih jomblo! Cepatlah nikah! Kakek gak mau ya, punya cucu yang jomblo sampai mati!". Omel Tuan manoban.
"Si Jisoo udah punya cewek inceran tuh, Kek. Suruh aja dia nikah duluan". Elak Lisa, malah melibatkan Jisoo, sang sepupu.
"Kamu duluan yang nikah, baru si Jisoo".
"Aku gak mau nikah... Aduh sakit, Kek!". Keluh Lisa, lagi-lagi kepalanya di toyor oleh Tuan manoban, namun kali ini toyoran Kakeknya lebih keras dari pada sebelumnya.
Lisa langsung menghindar dari Kakeknya.
"Biar sadar diri kamu!".
"Aku sadar diri kok Kek. Aku gak butuh pendamping. Hidup aku aman-aman aja tuh. Lagian buat apa nikah, kalo cuma nambah masalah dan beban hidup!". Elak Lisa.
Tuan manoban bertambah emosi. Cucunya yang satu ini memang keras kepala, dan selalu berargumentasi yang membuat Tuan manoban kesal mendengarnya.
"Gak gitu konsepnya Lily. Nikah itu justru menambah kebahagiaan. Kamu akan bahagia mendapat istri, dan kebahagiaan kamu akan bertambah saat kamu punya anak". Kali ini Neneknya yang berbicrubydengan lembut. Perempuan yang terlihat sudah tua itu ikut bergabung di gazebo dengan membawakan kopi dan pisang goreng kesukaan dari kedua laki-laki yang disayanginya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter (Jenlisa)
Romance"YAAA BUKET GUEEE!" teriak Jennie kaget, melihat buket bunga yang akan dihadiahkan untuk Karina, terlepas meluncur dari pelukannya ke lantai, akibat benturan keras yang Jennie rasakan dari seorang wanita yang berjalan terburu-buru, menyenggol lengan...