Jennie baru saja sampai di rumahnya pukul delapan lewat dua puluh lima menit, malam. Matanya membulat saat melihat ada Mercedes berwarna putih nya terparkir dihalaman rumah. Ia sangat mengenali siapa pemilik mobil itu.
Jennie berlari kecil memasuki rumah.
" Nenek!" Seru Jennie berlari menghampiri seorang wanita berusia 78 tahun yang sedang duduk di ruang tengah bersama Mamanya. Ada Yeji juga yang duduk dilantai beralas karpet bulu
"CUCU kesayangan ku". Ucap sang nenek
Jennie mencium tangan Neneknya, lalu memeluknya. Kemudian mencium tangan Mamanya yang duduk disamping Neneknya.
"Apa kabar Nenek?" Sapa Jennie. Ia begitu senang Neneknya datang berkunjung.
"Nenek baik. Ruby apa kabar?" Tanya nenek, memanggil Jennie dengan panggilan masa kecilnya.
"kabar ruby juga baik, apalagi di datengin sama Nenek, nambah baik!" Seru Jennie dengan jujur.
Ia memang merasa mood-nya kembali membaik saat melihat ada orang tua dari Papanya datang, setelah seharian capek menghadapi pasien, belum lagi menghadapi sikap para perawat yang sedang dibakar cemburu hanya karena kesalah pahaman mereka terhadap hubungan Jennie dengan Jisoo.
mama tersenyum melihat interaksi antara mertua dengan anaknya.
"Kakek, ikut juga kan Nek?". Tanya Jennie.
"Iya Kakek ikut. Kakek lagi ngobrol sama Papanya ruby ". Jawab sang nenek.
"jen. Misalnya kamu punya permen lima belas, di kasih ke kakak tiga. Nah sisa permen yang sisi ada berapa?". Tanya Yeji, bertanya random pada jennie
"Lima belas". Jawab jennie dengan polos.
"Lah kok masih lima belas sih? Jadi dua belas dong jen, kan udah di kasih ke kakak tiga".
"Enggak ah! jennie gak mau kasih ke kakak. Permennya mau aku ambisin semua!".
Nenek dan mama yang dudu santai itu tertawa mendengar jawaban jennie. Berbeda dengan Yeji, ia terlihat kesal dengan jawaban jennie. Bahkan tangan Yeji sudah mengepal ingin menjitak kepala bocah kecil itu.
"Pelit lo.." ledek Yeji.
"Biarin wlee..!"ejek jennie, sambil menjulurkan lidahnya pada Yeji.
"kalo pelit ntar susah dapat jodohnya loh, mau loh" ujar yeji yang juga membalas ledekan jennie
"Gak mau!".
Mama dan nenek tertawa menyaksikan drama antara anak sulung dan anak bungsu yang jararak usianya tidak terlalu jauh.
"Nenek dari kapan disini?" Tanya Jennie mengalihkan perhatian
"Dari jam sebelas siang". Jawab sang Nenek.
"Oya? Kok gak ngabarin ruby? Kan kalo gitu ruby bisa izin pulang waktu istirahat siang buat nemuin Nenek sama Kakek". Protes Jennie, lalu mengembungkan pipinya.
"Ya tuhan ruby.. makin gemesin aja sih kamu ini" puji nenek, mencubit gemas, pipi Jennie. Jennie nyengir.
"Gemesin pengen nampol, ya Nek". Ceplos Yeji, yang geli melihat ekspresi wajah Jennie yang dibuat-buat.
"kakak..". Panggil mama, antisipasi terlebih dahulu, sebelum Yeji kembali melancarkan kejahilannya kepada Jennie.
sepertinya Yeji akan membuat masalah lagi dengan Jennie. Dan itu adalah kesenangan bagi Yeji.
"Bercanda Ma.." kekeh Yeji. Lalu ia menyomot keripik singkong dari toplesnya yang tersedia di meja.
Jennie menyeringai kearah Yeji. Dengan bahasa wajah mengatakan 'Sukurin lu'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter (Jenlisa)
Romance"YAAA BUKET GUEEE!" teriak Jennie kaget, melihat buket bunga yang akan dihadiahkan untuk Karina, terlepas meluncur dari pelukannya ke lantai, akibat benturan keras yang Jennie rasakan dari seorang wanita yang berjalan terburu-buru, menyenggol lengan...