Rooftop kafe menjadi pilihan Jennie dan Karina untuk mengobrol. Selain view-nya instagramable, apalagi di kala senja saat ini, tempat itu juga nyaman untuk curhat karena tempatnya tidak terlalu ramai.
"Jadinya Lo mau nerima perjodohan itu, Jen?" Tanya Karina setelah mendengar cerita Jennie mengenai perjodohannya dengan cucu dari sahabat Kakeknya.
"Iya Rin. Dengan cara ini, gue bisa nendang si garong itu dari RS!". Ujar Jennie, sambil menampilkan smirking face.
Jennie mengganti panggilannya kepada Lisa menjadi garong, bahkan ia pun mengganti nama kontak Lisa di kontaknya dengan nama 'lisa garong'. Saking kesalnya. Namun kalau di hadapan Lisa dan orang-orang di Rumah Sakit, ia akan tetap memanggilnya dengan nama asli.
Kemarin sore Kakeknya kembali menghubungi untuk menanyakan jawaban Jennie atas permintaannya. Dan beliau mengabarkan, kalau sahabatnya itu pemilik rumah sakit tempatnya Koas, tapi tidak menyebutkan nama cucu dari sahabatnya itu.
Meskipun begitu, Jennie tau siapa cucu Tuan manoban yang akan di jodohkan kepadanya. Dia bahkan sudah mengenal dan merasa akrab dengan orang yang akan di jodohkannya itu Mendapat kabar itu, Jennie seolah mendapatkan angin segar. Apa yang menjadi rencananya kemungkinan besar akan terwujud, sehingga dia akan bernafas lega untuk menjalankan masa koasnya dan berniat akan mengajukan diri untuk menjadi dokter di Rumah Sakit itu, tanpa perlu berhadapan dengan manusia berhati dingin bernama Lisa.
Jennie langsung menerima perjodohan itu, meski awalnya sang Papa meragukan atas jawaban Jennie yang begitu cepat memutuskan.
"Edun! Temen gue kenapa jadi pendendam gini!". Kekeh Karina. Ia tidak menyangka kalau makhluk berhati lembut didepannya ini bisa berubah menjadi iblis kecil hanya karena manusia bernama Lisa itu.
"Lo gak tau aja betapa menyebalkan si garong itu!".
"Iya iya, gue tau. Tapi mikirnya yang waras sedikit Jen, masa Lo rela jadiin perjodohan ini buat ajang bales dendam Lo sama dia. Receh banget hidup Lo". Cibir Karina, lalu ia menyeruput secangkir espresso yang menjadi minuman favoritnya.
Berbeda dengan Jennie, dara berusia 22 tahun itu sama sekali tidak bisa minum kopi, tubuhnya tidak bisa menerima kafein yang ada di dalam kopi. Bagi Jennie, seseruput kopi itu sama dengan racun di tubuhnya, ia akan langsung merasa mual dan sesak didada.
Maka dari itu, Jennie memesan secangkir hot chocolate sebagai pilihan minuman yang menemani curhatnya dengan Karina.
"Gue punya beberapa alasan lain Rin. Nendang si Garong itu cuma bagian kecil alasan gue nerima perjodohan ini".
"Alasan pertama?"
"Kakek pengen liat gue nikah, dia pengen gue bahagia, soalnya dia ngerasa udah tua, takut gak ada umur".
"Kedua?".
"Gue udah kenal sama orangnya. Kebetulan gue pernah diajak makan siang sama dia. Orangnya humble, asyik juga".
"Oh, yang Lo pernah cerita itu bukan sih? Yang sampe perawat di RS pada cemburu sama Lo?!". Ujar Karina, teringat cerita Jennie, yang katanya dia digosipkan berpacaran dengan cucu pemilik Rumah Sakit, tapi Jennie belum pernah menyebutkan nama orang itu.
"That's right!". Seru Jennie, sambil menunjuk telunjuknya kearah Karina.
"Nah, ini bakal jadi hot news di RS. Mereka nambah panas dan cemburu kalo tau gue bakal jadi istrinya Jisoo, bukan pacar!" Seru Jennie, kembali mendapat angin segar. Ia tersenyum lebar.
Mengingat dirinya pernah di gosipkan berpacaran dengan cucu pemilik Rumah Sakit, maka Jennie akan menjadikan kenyataan gosipan mereka, tapi bukan sebagai pacar, melainkan istri dari cucu pemilik rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter (Jenlisa)
Romance"YAAA BUKET GUEEE!" teriak Jennie kaget, melihat buket bunga yang akan dihadiahkan untuk Karina, terlepas meluncur dari pelukannya ke lantai, akibat benturan keras yang Jennie rasakan dari seorang wanita yang berjalan terburu-buru, menyenggol lengan...