"DOKTER LISA?!"
Next.....
Rose : jennie, Lo dimana?
Jennie: Gue baru banget sampe parkiran rose, Bentar lagi sampe.
Sambil berjalan, Jennie membalas chat dari Rose, teman se-koasnya di Rumah Sakit Harapan Keluarga.
Rose: jennie, kayaknya Lo harus langsung ke ruangan Dokter Lisa.
Jennie: GUE TAU!
Rose: Santai Bu..
Rose: Siapin mental ya Jen.. gue selalu berdoa yang terbaik buat Lo, dalam menghadapi manusia satu itu. Jennie menghela nafas. Paham apa yang di maksud Rose.
Sudah tiga bulan masa koas Jennie lalui. Ia dan teman-temannya sudah
sangat mengenali sifat Dokter Lisa.
Seorang Dokter yang bekerja di Rumah Sakit Harapan Keluarga, tempat Jennie Koas, juga seorang petinggi bagian rumah sakit tersebut.
Dokter pembimbing yang katanya sangat tampan, rupawan, care kepada semua pasien, selalu berusaha untuk melayani pasien dengan baik, bahkan tersemat kepada wanita 27 tahun itu sebagai calon pendamping idaman.
Tapi bagi Jennie dan teman satu koasnya, dokter Lisa itu orangnya galak, perfeksionis, pendiam dan dingin kayak es balok. Di tambah tragedi saat di Bandara minggu lalu. Dokter Lisa semakin galak kepada Jennie. Tidak, bahkan buas kata yang tepat disematkan kepada Lisa terhadap Jennie.
Padahal Jennie sudah klarifikasi, dan yang bersalah adalah Lisa, karena telah menabraknya dan menghancurkan buket Jennie yang akan dihadiahkan untuk Karina. Tapi lelaki itu sangat gengsi untuk mengakui kalau dirinya salah. Ia malah menyalahkan Jennie, lalu pergi begitu saja. Jennie memang harus selalu siap mental kalau berhadapan dengan Lisa. Dan mengelus dada sambil beristighfar. Ya, lumayan buat ngurangin dosa.
Jennie : Y
Rose: Tiati Lo ditabrak setan RS lagi :D
Jennie: ODOB!!
Jennie mendengus kesal melihat chat terakhir dari Rose.
Jennie memang pernah mengalami hal mistis di rumah sakit yang saat ini tempatnya koas.
Saat itu jam sebelas malam, Jennie baru selesai dengan tugasnya dari dokter Lisa yang gak kira-kira. Sedangkan beberapa teman yang lain sudah pada pulang.
Awalnya Jennie akan pulang bersama somi. Namun somi buru-buru pulang saat mendapat kabar kucing peliharaannya mati satu.
somi itu sekte babunya kucing, dia lebih mementingkan kucingnya daripada hal apapun. Bahkan rela membeli makanan kucing dengan uang yang tadinya akan ia pakai untuk beli seblak.
Jennie berjalan melewati koridor rumah sakit menuju parkiran. Baru beberapa langkah Jennie berjalan di koridor, ia sudah merasakan bulu kuduknya merinding. Dan entah kenapa rasanya koridor yang dilewatinya begitu sepi. Ia tidak tahu, apakah selalu sepi seperti ini kalau sudah malam, atau memang hanya saat itu saja. Karena baru pertama kali Jennie pulang malam, setelah seminggu Koas.
Merasa ada yang tidak beres, Jennie mempercepat langkahnya. Ia sama sekali tidak mau menoleh kearah manapun. Tatapannya lurus kedepan, ingin cepat keluar dari rumah sakit.
Bruuk
Tiba-tiba saja Jennie terjatuh dilantai, setelah merasakan ada sesuatu yang menyenggol bahunya dengan keras. Namun tidak ada siapapun di koridor itu. Hanya ada Jennie, manusia satu-satunya di sana.
Jennie segera bangkit dari jatuhnya, ia berlari menuju parkiran, namun ia kembali terjatuh karena tidak menyadari ada tangga kecil yang ia lewati.
Dada Jennie naik turun, nafasnya tidak teratur. Rasa takut yang saat itu ia rasakan, mengalahkan rasa sakit di kakinya. Jennie kembali bangkit, ia lari sambil berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter (Jenlisa)
Roman d'amour"YAAA BUKET GUEEE!" teriak Jennie kaget, melihat buket bunga yang akan dihadiahkan untuk Karina, terlepas meluncur dari pelukannya ke lantai, akibat benturan keras yang Jennie rasakan dari seorang wanita yang berjalan terburu-buru, menyenggol lengan...