Jennie memasukan kertas film Rontgen dari pasien yang terkena penyakit jantung, kedalam map berwarna biru, yang sudah ia baca dan cermati. Hasilnya itu akan ia berikan kepada Lisa.
"yer, gue ke ruangan Dokter Lisa dulu ya." Ujar Jennie memberitahu kepada Yeri.
Yeri yang saat itu baru saja keluar dari kamar mandi, hanya mengangguk. Kemudian duduk kembali di bangku, melanjutkan pekerjaannya.
Tok!
Tok!
Tok!
Tiga kali Jennie mengetuk ruangan konsultasi Dokter Lisa.
"Permisi Dok, saya mau mengantar hasil Rontgen" ucap Jennie kepada Lisa yang saat itu sedang duduk di samping anak laki-laki berusia sekitar delapan tahun.
Lisa menoleh, dan memberikan kode kepada Jennie untuk menyimpan hasil Rontgen itu di mejanya. Jennie menuruti perintah dari kode yang di berikan Lisa. Ia menyimpan hasil Rontgen itu di mejanya.
Saat Jennie hendak pergi, tangannya ditahan oleh anak lak-laki itu. Jennie menoleh, si anak laki-laki menampilkan wajah yang memelas, bibirnya melengkung kebawah, dan matanya berkaca-kaca.
Jennie menautkan alisnya, heran. Ada apa dengan anak kecil ini. Jennie menoleh kearah Lisa. Lisa hanya mangilihkan pandangannya ke arah alat medis untuk pengambilan darah.
Paham dengan maksud Lisa dan ekspresi wajah anak laki-laki itu, Jennie langsung duduk bersimpuh di depan anak laki-laki itu, dengan kedua tangan Jennie menggenggam tangan mungilnya. Jennie mengelus tangan si anak laki-laki.
"Abang namanya siapa?" Tanya Jennie.
"Bambam".
"Nama Kakak, Jennie. Bambam bisa panggil Kakak, Kak jen". Ujar Jennie memperkenalkan diri.
"Kak jen". Ucap Bambam memanggil Jennie.
"Siip. Tos dulu dong". Ujar Jennie mengangkat tangan kanannya dengan telapak tangan menghadap Bambam. Bambam menyambut dengan tepukan tangannya di tangan Jennie.
Sedangkan Lisa bersedekap tangan, menonton drama pendek antara Jennie dengan pasien kecilnya. Entah apa yang akan dilakukan gadis itu.
"Abang Bambam sakit?" Tanya Jennie memanggil Bambam dengan sebutan 'Abang'. Bambam mengangguk. Sepertinya Bambam nyaman dipanggil Abang oleh Jennie.
"Sakit apa, Bang?".
"Pusing".
"Pusing? Ya, kalau gitu sama dong, Kak jen juga lagi pusing nih".
"Kak Jen sakit juga?". Jennie mengangguk.
"Iya, pusing di bawah tekanan dan rodi..". Ujar Jennie dengan penekanan diakhir kata.
Ia sempat menoleh sebentar kearah Lisa.
Wanita bermata hazzel itu menatap tajam kearah Jennie, merasa tersindir olehnya.
"Kakak pusing rodi?". Tanya Bambam dengan polosnya, ia kira rodi adalah nama lain sakit pusing.
"Iya. Kalo Abang, pusing kenapa?" Bambam menggeleng.
"Abang gak tau? Hmm, Kak Jen penasaran, pusing Abang itu namanya apa...". Jennie nengetuk pelipisnya dengan jari telunjuk, sambil menatap langit-langit ruangan. Bambam terdiam. Ia bingung menjawab apa. Karena memang yang dia rasakan hanya pusing aja.
Apakah pusing ada nama yang lainnya juga?
Lisa masih menunggu ending drama yang dimainkan Jennie dengan sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter (Jenlisa)
Romance"YAAA BUKET GUEEE!" teriak Jennie kaget, melihat buket bunga yang akan dihadiahkan untuk Karina, terlepas meluncur dari pelukannya ke lantai, akibat benturan keras yang Jennie rasakan dari seorang wanita yang berjalan terburu-buru, menyenggol lengan...