bu lili

136 13 0
                                    


"Rin, Bu Lili masih ada di sana kan ?" Tanya Jennie sambil melihat jalan dari kaca mobil depan.

"Katanya sih masih Jen". Jawab Karina, tetap fokus menyetir.

Sesuai dengan rencana, Jennie dan Karina, minggu ini berkunjung ke Yayasan lansia. Yayasan itu berisi para orang tua yang sudah tidak memiliki keluarga, atau sengaja dititipkan oleh keluarga mereka. Ya, semacam panti jompo.

Mereka datang untuk menyalurkan donasi yang Karina dapatkan dari perusahan tempatnya bekerja. Hal itu sudah berjalan sekitar dua tahun yang lalu. Namun selama Karina di Korea, penyaluran donasi ia titipkan kepada temannya. Sedangkan Jennie baru sekali ke tempat itu, saat pertama kali Karina mengajaknya untuk survey.

Ada satu wanita paruh baya yang teringat oleh Jennie saat pertama kali ia datang kesana.

Wanita itu tidak diketahui jati dirinya. Karena ia mengalami amnesia. Di duga amnesia yang dialami, disebabkan karena kecelakaan yang menimpanya beberapa tahun yang lalu. Namun ia sering menyebut nama 'lili'. Entah nama siapa itu. Dan akhirnya perempuan paruh baya itu di panggil dengan nama Bu lili.

"Rin, gue lupa beli coklat buat Bu Lili". Ujar Jennie teringat waktu itu, saat pertama kali ia datang bersama Karina untuk survey, Bu Lili sedang mengamuk, orang-orang yang mencoba untuk menenanginya di pukuli dan di tendang.

Saat itu kebetulan Jennie sedang memegang coklat, yang akan dibagikan untuk orang-orang yang ada disana. Bu Lili langsung terdiam memandangi coklat yang Jennie bawa. Merasa memiliki umpan untuk menenangkan Bu Lili, sengaja Jennie memperlihatkan coklat itu kearahnya.

Dengan perlahan, dan hati-hati, Jennie memberikan coklat kepada wanita itu. Tak disangka, Bu Lili langsung menerima dan memeluk Jennie dengan erat, tanda terimakasih.

Setelah melepaskan pelukannya, Bu Lili pergi dan berseru "Coklat buat Lili!".

"Aman Jen. Udah gue beli, sekalian sama bahan pokok yang lainnya". Ujar Karina mengangkat tangannya dan membuat bentuk lingkaran dari hasil ditempelkan ujung jari telunjuk dan jempolnya.

"Siiip, Lo emang gercep nih".

"Iya dong! Emangnya elo, lelet!".

"Dih ngelunjak! Dah ah, laki-laki gue muji elo!".

"Hahaha gitu aja baper jen!".

***

Sesampainya di Yayasan lansia, Jennie dan Karina di sambut oleh Pak Jiho, selaku penanggung jawab di Rumah itu. Mereka langsung di persilahkan untuk masuk ke kantor pengurus, sedangkan bahan pokok yang ada di bagasi mobil di bawa oleh pengurus yang lain.

"Jimin, Lo ada disini?" Tanya Jennie

menunjuk ke arah lelaki yang sedang berhadapan dengan laptop di salah satu meja kantor pengurus Yayasan lansia.

"Iya Jen, kebetulan gue salah satu bagian dari pengurus disini" jawab Jimin, ia beranjak dari tempatnya, menghampiri Jennie.

"Kalian saling kenal?" Tanya Karina. Jimin dan Jennie mengangguk.

Jimin adalah teman satu organisasi di kampus dengan Jennie. Di organisasi mereka cukup dekat. Karena Jennie adalah sekertaris sedangkan Jimin adalah leadernya. Namun semenjak pertengahan semester, Jennie memutuskan untuk berhenti di organisasi itu Dengan alasan ingin fokus belajar.

Meskipun Jennie sudah tidak di organisasi lagi, namun komunikasi antara Jennie dan Jimin cukup baik. Beberapa kali saling berbagi kabar, atau mengomentari story media sosial masing-masing. Tapi Jennie baru tau kalau Jimin bagian dari pengurus di yayasan lansia ini.

Dokter (Jenlisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang