_____________________________
Happy Reading!
_____________________________•
Di tengah kebingungannya, Arashi sadar jika semua anggota Moona sedang berbaris di sana. Otomatis, tidak akan ada yang tahu jika dirinya melarikan diri sekarang. Perlahan, gadis itu melangkah mundur sembari memperhatikan sekitar. Tidak ada siapapun.Dengan langkah seribu, Arashi berlari menuju gerbang yang posisinya berlawanan dengan barisan anggota Moona. Dari jaraknya sekarang, dia tak dapat melihat keberadaan Paman Jared. Jika tebakan Arashi benar, maka pria itu pasti tengah ikut menunduk pada matahari.
Baru beberapa meter ia berlari, kepalanya menubruk sesuatu. Arashi terjungkal keras. Sambil mengusap kepalanya, ia mendongak, sekadar untuk menemukan bahwa Alvaro lah sosok yang barusan ia tabrak.
"Mau ke mana?"
Arashi terperangah. Kenapa laki-laki ini ada di mana-mana?! Arashi sudah akan bangkit ketika dengan gerakan cepat Alvaro lebih dulu mengangkat lengannya untuk berdiri.
Lelaki bermata cokelat itu masih menatapnya, meminta jawaban.
"Kenapa?" tanya Arashi sinis. "Kau sudah tahu jawabannya. Pergi! Aku mau pergi dari sini! Kau dengar itu?! Kenapa masih bertanya?!"
Alvaro mengembuskan napas lelah. Ia tidak membalas Arashi tetapi malah menarik gadis itu ke arah barisan anggota Moona. Tentu saja Arashi memberontak. "Lepaskan aku!"
"Diamlah!" Alvaro memperingatkannya dengan meletakkan telunjuk di bibir. "Kalau sampai mereka mendengar suaramu di saat seperti ini, tubuhmu mungkin akan dicincang. Mau?"
Refleks, Arashi menutup mulutnya.
Mereka berdiri di barisan paling belakang. Alvaro mulai melonggarkan genggamannya pada lengan Arashi. "Menunduk."
"Apa?" bisik Arashi kesal.
"Ikuti mereka."
Alvaro kemudian menundukkan kepala. Karena Arashi susah untuk diberitahu, dia terpaksa merangkul punggung gadis itu dan membawanya ikut membungkuk seperti anggota lainnya. Arashi menggertakkan gigi geram. Oh, Tuhan maafkan aku. Semua orang ini gila. Mereka berada di jalan yang salah.
Entah berapa lama mereka memberi hormat pada matahari karena sejak tadi, dari lirikan matanya Arashi sadar bahwa anggota lain belum jua mengangkat kepala mereka.
Dia ingin sekali kabur di saat seperti ini, tetapi tangan Alvaro masih menahan lengannya. Tidak keras tapi cukup erat. Karena pasrah, akhirnya Arashi tetap menunduk, berharap agar semuanya cepat berlalu.
Dua menit berselang, semua anggota Moona kembali mengangkat kepala mereka. Saat itulah Arashi menangkap keberadaan Naina yang berdiri cukup jauh darinya. Gadis itu berniat menghampiri tetapi belum sempat Arashi mengambil langkah kedua, Alvaro sudah mencekal lengannya.
"Mau ke mana lagi?"
"Bertemu Naina!" Arashi menyentaknya. "Sudah cukup. Tidak perlu terus-terusan ikut campur dengan keinginanku. Kita bukan apa-apa di sini. Aku hanya mau bertemu dengan Naina!"
Arashi menarik tangannya kasar, meninggalkan Alvaro yang terus mengamati kepergian gadis itu.
🌙🌙🌙
"Naina!"
Gadis cantik berambut cokelat itu menoleh. Ketika mendapati Arashi yang memanggilnya, Naina tersenyum manis. "Hai."

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐎𝐍𝐀: 𝐓𝐡𝐞 𝐈𝐧𝐜𝐞𝐩𝐭𝐢𝐨𝐧
Romance𝓓𝓪𝓻𝓴 𝓡𝓸𝓶𝓪𝓷𝓬𝓮 𝓢𝓽𝓸𝓻𝔂 [𝗪𝗮𝗿𝗻𝗶𝗻𝗴❗: Mengandung beberapa scene kekerasan] "𝗪𝗵𝗲𝗻 𝘆𝗼𝘂'𝗿𝗲 𝘀𝘁𝘂𝗰𝗸 𝗶𝗻 𝘁𝗵𝗲 𝗰𝗿𝘂𝗲𝗹𝗲𝘀𝘁 𝗿𝗲𝗮𝗹𝗶𝘁𝘆." . Arashi Grace Starvy mengikuti acara tahunan kampus yang diadakan di kaki gunun...