"Arashi."
Gadis itu mengerjap. Pandangannya sedikit berkunang-kunang. Sinar lentera khas komplek itu mulai memasuki retina matanya kala dia sudah membuka mata dengan jelas.
Arashi melenguh. Keningnya sakit sekali dan tangannya mati rasa. Atensi gadis itu teralih dari rasa sakit ketika pipinya dibelai dengan lembut oleh seseorang.
"Arashi," panggil suara itu sekali lagi.
"Alvaro?" Arashi berbisik pelan ketika maniknya menangkap kehadiran sosok laki-laki di depannya. "Apa yang–"
"Kau berkhianat lagi."
Napas Arashi yang masih tak beraturan membuat gadis itu sulit untuk fokus. Dia hanya mengernyit, mencerna maksud laki-laki yang sedang membelai pipinya itu tapi saat ia bergerak, tangannya terbelenggu.
Gadis berambut indigo itu menengadah. Kesadarannya mulai kembali saat ia menyaksikan bagaimana kedua tangannya di ikat pada dua buah batang kayu yang Arashi ingat sebagai tempat orang-orang Moona mengeksekusi korban mereka.
Sorot sayu itu berubah panik kala ia sadar sedang dihadapkan oleh situasi seperti apa. Dia menoleh, menatap Alvaro dengan panik.
"Al, mereka menipumu! Semua orang itu memanipulasi segalanya! Percayalah padaku!"
Namun, lelaki berambut hitam di depannya hanya memandang Arashi miris. "Arashi, kenapa kau seperti ini lagi? Kau... selalu mengingkari janjimu."
"Aku tidak berbohong! Aku bisa membuktikannya!" rengek Arashi. "Alvaro, lepaskan aku! Lepaskan aku dari sini!"
Saat itu, Arashi baru menyadari bahwa mereka berdua sedang ditonton oleh seluruh anggota camp. Bagaimana kasta Moonbeam berbaris mengelilinginya sudah menjadi bukti yang cukup bahwa Arashi kini berada dalam situasi yang amat berbahaya.
"Tuan Arjun memberiku kesempatan." Alvaro membuka suara. Dia masih mengelus pipi Arashi lembut. "Kau sudah tahu apa yang akan aku tanyakan, bukan?"
Arashi menggeleng panik. "Ku mohon... jangan seperti ini.... Aku bukan pengkhianat. Aku tidak pernah mengingkari janji."
"Aku hanya akan menanyakan ini satu kali, sesuai dengan peraturan yang ada, maka jawabanmu menentukan segalanya." Alvaro menunduk sebentar, kemudian ia mendongak. "Arashi...."
"Tidak, Alvaro, tolong jangan seperti ini...." pinta Arashi putus asa.
Namun lelaki itu tidak mengindahkan permintaannya. Dia justru berhenti membelai pipi gadis itu dan mulai memberi titah. "Jadilah pengantinku atau...," manik cokelat Alvaro memandangnya serius, "...mati."
_________________________
Gimana teaser-nya? 👀Buat kalian yang selesai baca DFL terus lanjut kesini, terima kasih banyak 🌹
Cerita ini sudah di-spoil di Side Story #8 di Down For Love. Ya... gambarannya seperti itulah. Hehe.
Semoga suka ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐎𝐍𝐀: 𝐓𝐡𝐞 𝐈𝐧𝐜𝐞𝐩𝐭𝐢𝐨𝐧
Romance𝓓𝓪𝓻𝓴 𝓡𝓸𝓶𝓪𝓷𝓬𝓮 𝓢𝓽𝓸𝓻𝔂 [𝗪𝗮𝗿𝗻𝗶𝗻𝗴❗: Mengandung beberapa scene kekerasan] "𝗪𝗵𝗲𝗻 𝘆𝗼𝘂'𝗿𝗲 𝘀𝘁𝘂𝗰𝗸 𝗶𝗻 𝘁𝗵𝗲 𝗰𝗿𝘂𝗲𝗹𝗲𝘀𝘁 𝗿𝗲𝗮𝗹𝗶𝘁𝘆." . Arashi Grace Starvy mengikuti acara tahunan kampus yang diadakan di kaki gunun...