_____________________________
Happy Reading!
_____________________________•
Rasanya seperti mimpi kala Arashi dibekap kasar oleh senior yang sempat ia sukai itu. Kesadarannya mulai terkikis akibat sesuatu yang lelaki itu berikan padanya, membuat tubuh Arashi lunglai ke rerumputan dengan pandangan yang berbayang.Sebelum kesadarannya terenggut, gadis itu sempat merasakan tubuhnya diangkat dan dibopong dengan model bridal style. Di balik punggung Alvaro, kelopak matanya kian berat. Hingga sepersekian detik kemudian, gadis itu kehilangan kesadarannya.
Apa yang Arashi pandang begitu ia membuka mata beberapa saat berikutnya adalah rerumputan dan semak belukar. Tubuhnya ternyata masih berada dalam pikulan lelaki itu. Karena posisi kepalanya yang terbalik, Arashi mengalami pening luar biasa di pelipisnya.
Dengan kesadaran yang masih setengah, Arashi memberontak dari gendongan Alvaro. Lelaki itu tak menduga jika Arashi sudah sadar jadi saat gadis itu memberontak tiba-tiba, Alvaro tak sengaja menjatuhkannya.
Gadis itu mengerang kesakitan begitu tubuhnya bertubrukan dengan tanah, kendati demikian ia bangkit dengan cepat untuk kabur. Namun, kesadarannya yang belum terlalu pulih menghambat kecepatannya. Baru saja Arashi berlari beberapa meter, Alvaro bisa mengejar dan memeluknya dari belakang.
"Jangan pergi," bisik Alvaro.
"Lepaskan aku...." Arashi menangis. Suaranya terdengar sangat menyakitkan di telinga Alvaro.
Dengan lembut, lelaki itu merapikan rambut Arashi yang berantakan, "Aku tidak akan menyakitimu."
"Please.... Please, let me go!" Arashi kembali memberontak hebat. Karena Alvaro takut gadis itu kabur lagi, ia dengan cepat mengangkat tubuh Arashi dengan posisi bridal style kembali.
Pandangan Arashi berputar-putar. Ia meremas kepalanya yang seakan ingin pecah. Apalagi kini posisi tubuhnya benar-benar membuatnya lemah, tidak bisa memberontak lagi selain memukuli punggung Alvaro sekeras yang ia bisa.
"Turunkan aku!"
Namun, Alvaro seperti mati rasa. Sekeras apapun suara dan pukulan yang diberikan Arashi, lelaki itu tetap berjalan tanpa mau menurunkannya. Arashi yang kehilangan banyak tenaga tidak bisa berbuat banyak selain membiarkan Alvaro membawanya pergi entah kemana.
🌙🌙🌙
Persembunyian yang Bara pilih agaknya membawa keberuntungan bagi lelaki itu karena orang-orang suruhan Iqbal telah berhenti mengejarnya.
Ketika fajar menyingsing, Bara baru memberanikan diri untuk keluar dari semak belukar yang dipenuhi duri. Beberapa titik di tubuhnya sempat tertusuk, tapi itu lebih baik ketimbang tertangkap oleh gerombolan orang aneh tadi.
Matahari belum terbit tetapi dari suara kokok ayam yang berulang kali terdengar, Bara yakin hari baru sudah dimulai. Dengan lunglai, dia berjalan menelusuri hutan di mana sebelumnya ia berjejak.
Gerombolan manusia aneh tadi malam sudah pergi entah kemana, menyisakan kesunyian mencekam dengan intensitas horor yang mendera. Langkah kaki pelannya itu membawa dirinya kembali ke vila.
Betapa hancur hatinya kala menyaksikan mayat yang bergelimpangan tak berdaya. Butuh energi lebih bagi Bara untuk berjalan melewati jejeran mayat-mayat yang sebagian besar ia kenali identitasnya.
"Ini mimpi buruk," gumamnya. "Semua ini pasti hanya mimpi buruk."
Bara berjalan menuju kamar Arashi. Dalam prosesnya, ia menemukan ponselnya yang sudah hancur di tanah. Seketika ingatan akan Iqbal yang meremukkan benda itu membayanginya. Bara menggertakkan gigi. Dilewatinya benda rusak itu untuk mencapai kamar Arashi.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐎𝐍𝐀: 𝐓𝐡𝐞 𝐈𝐧𝐜𝐞𝐩𝐭𝐢𝐨𝐧
Romance𝓓𝓪𝓻𝓴 𝓡𝓸𝓶𝓪𝓷𝓬𝓮 𝓢𝓽𝓸𝓻𝔂 [𝗪𝗮𝗿𝗻𝗶𝗻𝗴❗: Mengandung beberapa scene kekerasan] "𝗪𝗵𝗲𝗻 𝘆𝗼𝘂'𝗿𝗲 𝘀𝘁𝘂𝗰𝗸 𝗶𝗻 𝘁𝗵𝗲 𝗰𝗿𝘂𝗲𝗹𝗲𝘀𝘁 𝗿𝗲𝗮𝗹𝗶𝘁𝘆." . Arashi Grace Starvy mengikuti acara tahunan kampus yang diadakan di kaki gunun...